____
"Aku Yakin rasa itu masih ada, yaa walaupun hanya sebesar titik."
-Stay Alive-
____
o0o
"Devan!"
"Dev!!"
Langkah kaki Devan bertambah laju. Telinganya seakan tuli dengan teriakan gadis yang mengejarnya sedari tadi. Wajahnya datar, dadanya sesak akibat menahan amarah yang mendesak keluar.
Aldi tak berbohong, Regin benar-benar bersekolah ditempat yang sama dengannya. Dan ia menyesal kala terlambat menyadari hal tersebut.
"Devan!"
Langkah kaki Devan berhenti. Regin tersenyum samar saat menyadari Devan merespon panggilannya. Walaupun direspon pada panggilan yang ke puluhan kalinya.
Devan membalikkan badan sepenuhnya menghadap Regin.
"Pergi." Ucapnya datar.
Senyum tipis Regin memudar dalam hitungan detik.
"Dev—"
"Gue bilang pergi."
Devan memang tak berteriak dihadapannya. Tapi, bagi Regin dengan Devan berbicara pelan dengan raut datar, itu lebih menyakitkan.
"Gue cu—"
Devan meninggalkan Regin cepat sebelum Regin sempat mengucapkan katanya. Kepala Regin tertunduk dalam. Untungnya sekarang ia berada dikoridor yang tak ada siapapun yang lewat. Jadi ia bebas mengeluarkan sisi lemahnya sebentar. Ia tak menangis, hanya menunduk saja.
"Eh? ketemu lagi."
Regin merasa suara itu berasal dari tempat yang tak jauh darinya. Dan Regin berani bersumpah, ia mengenali suara tersebut.
Regin menoleh secepat kilat.
Ryan berdiri dengan gaya alaynya. Mengedipkan sebelah matanya pada Regin, tak ketinggalan pula senyum bodoh yang tercetak diwajahnya.
Demi apapun?! belum selesai satu masalah Regin, kini hidupnya harus kembali merasakan resah akibat kehadiran tamu yang memaksa datang ini.
Regin menatap datar bercampur malas pada Ryan.
"Mau ngindarin gue ya?" Tanya Ryan sambil menaikkan kedua alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive
Teen FictionKeluargaku memang lengkap, tapi hancur. Aku memiliki hati, tapi jarang ku gunakan. Aku wanita, tapi hampir tak pernah menampakkan sisi kelembutan. Setiap anak pasti ingin dibimbing orang tuanya. Setiap anak pasti ingin diberi perhatian dan kasih say...