Part 20

226 46 0
                                    

Dulu, Loveyna tidak mengerti apa yang dimaksud orang-orang benci, tetapi rindu. Maksudnya, kalau memang tidak suka pada seseorang, bencilah dengan segenap hati. Persis seperti yang Loveyna lakukan kepada Fran. Apa pun yang Fransesca lakukan meskipun itu kebaikan, membuat Loveyna kesal setengah mati.

Sebaliknya. Kalau memang suka, katakan.

Bila belum berani, tunjukkan dengan perhatian. Persis seperti kode-kode yang Loveyna lempar kepada Jimi. Meski herannya, dia tidak sadar sama sekali.

Sekarang, Loveyna tahu bagaimana rasanya benci, tetapi rindu. Loveyna marah besar kepada Bimo. Loveyna ingin meninju jakunnya. Biar lidahnya terjulur selamanya, maka Bimo tidak akan bisa mencium siapa pun. Hukuman itu sepadan dengan apa yang sudah dilakukannya kepada Loveyna.

Namun, dalam hati terselip rasa lain. Loveyna ingin menangis. Pedih sekali. Kata orang, seseorang yang paling berarti justru melukai paling dalam. Keberadaan Bimo begitu besar. Loveyna sendiri kaget mengapa hatinya bisa sesakit ini.

Kebas.

Loveyna kecewa. Bimo mengkhianati kepercayaan yang dia berikan. Orang yang Loveyna kira sahabat, ternyata cuma ilusi. Bimo berubah dalam satu detik. Ia menjadi orang asing. Kalau pun ada sisi Bimo yang sesungguhnya, Loveyna tidak bisa menebak yang mana. Loveyna tidak tahu mana yang benar dan mana yang bohong.

Saraf-saraf kulit Loveyna terasa aneh. Ada yang salah saat Loveyna makan sendirian di kantin. Ini kursinya dan Bimo. Loveyna tidak nyaman duduk sendirian. Loveyna baru sadar, inilah pertama kalinya dia duduk tanpa Bimo di sana.

Sial, kalau begini sekolah bisa-bisa membuat Loveyna depresi. Terlalu banyak tempat khusus dia dan Bimo. Setiap belokan yang terpikirkan oleh Loveyna hanyalah si pencuri ciuman itu.

Insting Loveyna tergelitik. Dia menoleh.

Mo.

Bimo ingin mendekat. Tanpa Loveyna sadari, otot-otot di mukanya langsung mengencang. Loveyna tahu tampangnya pasti sangat jelek hingga Bimo berhenti. Dia ragu. Lalu, melangkahkan kakinya lagi.

Kilasan kejadian kemarin melintas di kepala Loveyna. Emosi meruap di dalam dada Loveyna.

Mo.

Penipu ulung sedunia. Oh, lihat saja. Kalau dia nekat minta maaf, Loveyna banting mukanya ke meja. Loveyna yakin bisa membuat gigi Bimo copot satu dua biji.

Bimo menghela napas, membatalkan niatnya. Dia duduk di kursi lain.

Baguslah.

Loveyna menikmati makan siangnya. Setengah mati dia coba untuk memandang lurus ke piring. Namun, apa daya sesekali Loveyna melirik ke arah Bimo. Mukanya kusut. Kantong matanya menggantung tanda kurang tidur.

Kemudian, Loveyna tersedak.

Fran mendekati meja Bimo. Mereka duduk berdua. Ini... tidak bisa dipercaya. Cepat sekali nona licik ini melancarkan serangan.

Jangan terpancing.

Pandangan Loveyna beralih ke noda-noda di meja kantin. Jangan terpancing, Lo. Kalau kamu terpancing, Fran yang menang. Loveyna tidak akan memberikan Fran kesempatan merasa senang.

Loveyna memicingkan matanya. Fran menoleh ke meja Loveyna. Benar dugaan Loveyna, ia mengecek reaksi Loveyna. Dia pikir Loveyna akan histeris? Dia pikir Loveyna akan melongo seperti orang bodoh? Oh, Nona, kamu tidak tahu berhadapan dengan siapa. Loveyna hafal semua trik yang Fransesca lakukan. Dia pikir mereka sudah satu sekolah berapa lama?

Loveyna beranjak pergi. Biar saja dua pengkhianat itu saling mengakrabkan diri. Dua orang hina itu memang cocok satu sama lain.

*

Lo Dan Mo Dan Segala KemungkinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang