Semua orang berengsek. Mo. Fran. Jimi. Loveyna ditinggal sendirian begitu saja. Jimi mungkin menenangkan Fran. Sementara Mo... ah, untuk apa Loveyna peduli pada orang itu? Bimo tersaruk-saruk pergi. Loveyna melangkah ke arah yang berlawanan. Dia menahan diri untuk mencari kotak obat. Biar saja luka-lukanya Bimo infeksi. Biar saja lukanya bernanah. Dia sudah menyakiti Loveyna. Dia berdansa dengan Fran. Tadi, Bimo memegang tangan Fran begitu erat.
Dia pengkhianat sialan yang pura-pura bersahabat dengan Bimo. Dia menunggui Loveyna pulang. Dia rela Loveyna ajak ke salon. Bimo mau mendengar keluhan Loveyna. Bimo mau mengantar Loveyna ke mana saja. Saat Loveyna keras kepala dan ingin menang dia mengalah. Bimo bahkan...
Langkah Loveyna terhenti.
Dia memandangi kerlip lampu. Suara-suara seperti menjauh. Ada yang salah. Ada yang Loveyna lewatkan. Dia membayangkan wajah Jimi. Loveyna menunggu reaksi. Getar-getar itu masih ada tapi berbeda. Loveyna pikir itu rasa suka. Ada yang salah.
Sekarang Loveyna bisa melihat lebih jelas. Jimi hanyalah pembuktian sesaat. Ego Loveyna tidak terima karena dia menolak Loveyna. Jimi semacam target. Loveyna yakin kalaupun Loveyna pacaran dengannya dalam seminggu Loveyna bosan. Dia suka tantangannya. Dia suka menaklukkan Jimi.
Namun, untuk jadi pacarnya?
Loveyna bayangkan Fran dan Jimi berpegangan tangan. Dia menunggu sengatan rasa sakit di dada Loveyna. Loveyna menunggu reaksi apa saja yang mungkin terjadi kepada Loveyna. Tidak ada. Dia tidak merasakan emosi yang sama saat membayangkan Fran dan Bimo bergandengan.
Betapa butanya Loveyna.
Dia menangis lega. Loveyna cemburu. Dia cemburu karena Fran menempel kepada Mo. Bagaimana Loveyna bisa begitu buta?
Akhirnya Loveyna tahu apa isi hatinya yang sebenarnya. Rok tutu Loveyna bergoyang. Dia mulai berlari. Loveyna meneriakan nama Bimo. Loveyna mencari dia di tempat yang mungkin dia datangi. Sepertinya Bimo sudah pulang. Dia tidak ada di manapun. Loveyna keluar. Dia mencari taksi.
Bimo seperti tempat nyaman yang selalu ada untuk Loveyna. Loveyna buta. Apalagi yang Loveyna cari? Keren dan ganteng hanyalah tampilan luar. Hanya selapis bungkus yang membeda-bedakan orang. Bahkan saat Loveyna punya pacar, dia lebih sering bersama Bimo. Bimo tidak tergantikan.
Rumah Bimo sepi. Loveyna menunggu di pinggir jalan. Dia menelaah hatinya. Mengapa Loveyna menolak Bimo? Loveyna mencari jawaban dalam dirinya sendiri. Dia membiarkan malam yang sepi menuntun Loveyna pada jawaban. Loveyna tersenyum. Rasanya dia tahu alasannya.
Loveyna takutBimo akan melukai Loveyna lebih dalam. Maksudnya, sudah banyak cerita tentang teman berubah jadi pacar berubah jadi musuh lalu berubah jadi orang asing. Loveyna tidak mau menjadi salah satu dari kumpulan orang itu.
Oh, betapa bodohnya Loveyna. Betapa banyak waktu yang terbuang sia-sia. Tangis Loveyna pecah. Loveyna bukan orang yang baik. Bimo menyukai orang sekacau dia harusnya membuat Loveyna bersyukur. Akan Loveyna terima. Dia mau jadi pacar Bimo.
*
"Lo?" Bimo mengerjapkan mata. Ini pasti salah lihat.
Gundukan warna cerah itu bergerak. Muka Loveyna kotor bekas-bekas menangis. Rok tutunya kusut. Dia sesegukan. Sepertinya dia sudah cukup lama duduk di luar. Bahunya gemetar. Bimo tahu Loveyna kedinginan.
"Bodoh!" bentak Bimo. "Untuk apa kamu ke sini." Dia melepas jas lalu menyampirkan ke badan Loveyna.
Loveyna menangis lagi.
Bimo ingin meninju entah siapa. Mungkin dirinya sendiri. Bimo memaksa nada suaranya lebih lembut. "Ayo pulang. Orangtuamu pasti khawatir." Sebetulnya Bimo lelah. Dia ingin mengobati luka-lukanya. Bimo ingin berbaring. Tapi tidak ada bedanya ditambah bersusah-susah mengantar Loveyna. Sekalian saja capeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo Dan Mo Dan Segala Kemungkinan
TeenfikceBimo sadar sebagai cowok feminin dia akan selalu dianggap aneh. Tidak punya teman, tidak masalah. Dia bisa hidup sendirian. Sebagai cewek yang memenuhi segala jenis ceklis menjadi geng populer, Loveyna justru tidak menyukai status itu. Dia tidak suk...