MTCM🖤9

2.6K 69 3
                                    

Hari mulai sore, Sava dan Liza sedang berbincang di taman belakang sambil menikmati teh hangat dan cemilan biskuitnya. Suara dering ponsel mengagetkan mereka berdua. Ternyata ponsel Liza yang berdering.

"Siapa kak?" Tanya Sava, Liza tak menjawab pertanyaan Sava melainkan langsung mengangkat telfonnya.

"Hallo, gimana beb?" Jawab Liza ditelfon.

"Oh kak ken" gumam Sava yang langsung mengetahui siapa yang nelfon kakak iparnya kini. Sava masih memandang Liza yang mulai menampakkan wajah sedihnya.

"Lho kok gitu sih?" Wajah sedih kak Liza terlihat begitu jelas sekarang.

"Aku nyusul aja gimana? Aku ga mau dirumah sendirian" Mata Liza mulai berkaca-kaca, Sava bingung hanya bisa mendengarkan.

"Ck, kamu mah sukanya gitu, nyebelin!" Kak Liza ngambek dan langsung memberikan ponselnya ke Sava dan diterima Sava dengan wajah bingung.

"Hallo kak, gimana? " Sava masih bingung, kenapa kakak ipar nya malah memberikan ponsel ini padanya.

"Kakak titip Liza ya dek, Kakak ga bisa pulang malam ini, masih banyak banget kerjaan, ini ada masalah soalnya. Kakak usahain pulang besok pagi" ujar Kenzie dengan suara yang sudah tidak enak, mungkin ia merasa sedih dan tak enk hati sudah meninggalkan istrinya selama semalam.

"Oh gitu, ya kalo aku sih gapapa, dirumah juga banyak kamar , daripada kak Liza pulang terus di rumah sendirian malah bahaya. Tapi nih kak Liza sekarang mau nangis tuh mukanya udah ditekuk gitu, tanggung jawab nih!" Sava langsung mengembalikan ponsel Liza, dan tangan Sava mengelus punggung kakak iparnya yang sedang sedih, maklum hormon ibu hamil.

"Tapi harus janji! Iya besok harus pulang, aku ga mau kalo kamu kelamaan disana" rengek Liza pada kenzie  dan tangan Sava masih mengelus punggung kakak iparnya itu.

"Ya udah, kamu hati hati disana, jangan telat makan, oh ya oleh oleh juga jangan lupa ya! " ujar Liza dengan lembut dan kalimat terakhir dengan nada riang, perubahan suasana hati ibu hamil memang tidak bisa ditebak.

"Ya I love you too bebb" ujar Liza dengan senyum.

Sava yang mendengarnya pun juga ikut tersenyum dan seketika merenung..

"Kapan ya aku sama kafin bisa kayak gitu? Kayaknya ga mungkin, aku ga bisa terlalu berharap pada manusia es kayak kafin" batin sava.

"Hei , bengong aja!" Liza mengagetkan Sava yang sedang melamun .

"Eh hehehe" Sava hanya meringis dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Suami kamu kok jam segini belum pulang? Udah jam lewat kantor lho ini, kamu ga kangen?" Tanya Liza dan seketika sava diam mematung.

"Ehmm, iya kayak nya lembur lagi kak, kemarin juga pulang jam 8 an" ujar Sava dengan nada sedih, ia tak tau ini nada sedih memang dari hatinya atau hanya sandiwara. Mengalir begitu saja .

"Lembur? Kamu ga telfon aja langsung? Gih telfon sekarang, tanyain pulang jam berapa dia" Sava hanya tergagap, masa iya telfon kafin lagi sih, haduh bisa bahaya nih jantung aku kalo terus terusan interaksi sama dia, mana kak Liza nginep sampel besok lagi, haduh. Apa mungkin ini bisa kujadikan latihan ya untuk lebih mendekatkan diri ke kafin?.

"Ya udah aku telfon dulu kak" ujar Sava dengan nada pasrah dan langsung mendial nomer telfon suami nya itu. Sava menunggu dengan cemas, harus mulai pembicaraan bagaimana dengan kafin.

"Ada apa?" Sava kaget begitu kafin mengangkat telfonnya. Nada dingin itu lagi.

"Eh, cuma mau tanya, kamu pulang jam berapa malam ini? Lembur lagi?" Tanya Sava dengan nada lembut yang sedikit terpaksa. Sandiwara dimulai.

Marrying The Cold Man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang