MTCM 🖤 12

1.2K 40 8
                                    

Kafin mengamati sava yang sedang menikmati jus alpukat nya , sava tidak menyadari bahwa kafin sedang menatanya dengan tajam. Kafin masih marah, lebih tepatnya memendam amarah karna kejadian tadi, bagaimana bisa dia begitu tenang seakan akan tidak terjadi apa apa?! batin kafin.

Sava mendongakkan kepalanya dan mata mereka berdua bertemu.

"Sudah minumnya? Saya pesan kan makan, kamu belum makan dari pagi" kafin hendak berdiri tapi sava menahan lengannya.

"Aku makan dirumah aja, jus alpukat udah cukup di perutku" sava menepuk kan perut nya. Kafin pun duduk lagi, masih mengamati sava dengan tajam.

Sava mengerutkan alisnya heran melihat kafin menatap nya seperti itu "Kenapa sih serem banget tatapannya"

Kafin langsung mendelikkan matanya, "Cara berfikir mu gimana sih sava?" Ucap kafin geram.

Sava menaikkan satu alisnya bingung.

"Bisa bisanya kamu bersikap biasa saja setelah harga dirimu dijatuhkan oleh ibu ibu tadi. Sampe dimaki maki, punggung kamu luka, tapi kamunya diem aja, aku ga habis fikir" Kafin menghembuskan nafas nya kasar.

"Aku gapapa kafin, aku beneran gapapa. Aku paham perasaan ibu tadi yang udah kehilangan anak nya. Mungkin kalau kejadiannya menimpa aku , mungkin aku akan lebih parah" ujar sava sembari mengedikkan bahunya.

Kafin menatap dalam mata sava "Akan saya pastikan hal buruk seperti tadi tidak menimpamu"

.
.

Kafin dan sava berjalan berdampingan menuju ruang kerja sava untuk mengambil barang barang dan kemudian pulang, tetapi tangan sava yang hendak memegang gagang pintu tertahan oleh tangan seorang paruh baya, dilihat nya siapa pemilik tangan tersebut dan ternyata ibunya rafa, pasien yang meninggal hari ini.

Kafin mengeraskan rahangnya, ketika kafin lebih mendekat ke sava, sava menahan tubuh kafin dengan satu tangan lainnya seakan menyuruh kafin untuk tetap di belakangnya.

Ibu rafa menatap sava dengan berkaca, bahkan dengan satu kedipan pun air matanya akan terjatuh, sava melihat keadaan ibu rafa dihadapannya ikut merasakan kesedihan dan kehilangan. Tiba tiba badan ibu rafa meluruh kelantai dan berlutut di kaki sava, badan sava otomatis mundur selangkah dan menahan lengan ibu rafa supaya tidak melakukan hal ini.

Ibu rafa menangis "Maafkan saya dokter, saya tidak bermaksud" sembari sesenggukan.

"Bangun bu, jangan seperti ini, saya sudah memaafkan ibu, saya tau perasaan ibu seperti apa" Sava membantu ibu rafa berdiri lagi, ibu rafa langsung memeluk hangat badan sava

"Terimakasih dokter, maaf kan saya sekali lagi" Ibu raffa mengusap air matanya dan menunduk tak berani menatap sava.

Sava tersenyum tulus , "Sama sama ibu, saya juga mau minta maaf dan saya ucapkan bela sungkawa ke ibu" Sambil memegang tangan ibu raffa, dan ibu raffa tersenyum .

.
.

Malam hari, dikediaman kafin dan sava. Kafin sibuk berkutat dengan laptop yang ada dihadapannya saat ini, sedangkan sava yang sedang asik menikmati series drama korea yang berjudul Start up.
--Eh, kalian tim do san atau tim ji pyeong nih? WKWKWK--

Perut sava bergemuruh menandakan ia lapar, dan sava rasanya ingin sekali makan ramyeon.

Sava mengecilkan volume tv dan ia menengok ke arah kafin.

"Ehm, kafin" panggil sava pelan, ia takut mengganggu kafin yang sedang bekerja.

Kafin segera menoleh kearah sava, "Oh tuhan! Mengapa saat ini sava begitu menggemaskan, dengan bibir mungil yang sedikit cemberut itu" batin kafin, dan ia langsung mengenyahkan pikiran nya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marrying The Cold Man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang