4. Nonton

1K 57 3
                                    

Diba kini sedang menatap ponsel nya dengan kesal. Dia tengah menunggu supir nya yang akan menjemput nya pulang, namun, sudah setengah jam Diba berdiri di depan gerbang, supir Diba belum juga tiba.

"Ih! Kemana sih Pak Herman? Kesel deh harus nunggu kaya gini!" Seru Diba. Sekolah sudah lumayan sepi. Karena bel sudah berbunyi setengah jam yang lalu.

Diba memasukkan ponsel nya ke saku baju, dan Diba menyilang kedua tangannya di dada seraya celangak-celingkuk.

Diba menghentakkan kaki nya semakin kesal, "Aigoo! Tuh supir ga kasian sama istri sah Ooh Sehun apa, ya? Udah cukup gue tuh LDR an sama Oppa yang paling ganteng dan nunggu dia kembali kesini. Terus ini juga gue di suruh nunggu supir jemputan?"

Diba memang benar-benar Kpop garis keras. Dari gaya bahasa yang Diba lontarkan sehari-hari, pasti selalu ada bahasa Korea yang sulit di mengerti oleh teman-temannya.

"Ngayal boleh, tapi jangan ketinggian. Jatuh nya sakit sampe ke ampela." Daffa berdiri di samping Diba yang tengah menatapnya bingung.

Sedetik kemudian Diba tersenyum miring, "Lah suka-suka gue! Hidup-hidup gue, kok lo yang repot?"

"Udah jangan banyak bacot, sekarang lo ikut gue."

"Kemana?"

"Pulang, lah! Lo mau terus disini?" Tanya Daffa.

"Siapa lo ngajak gue pulang bareng?" Diba menatap Daffa bingung.

"Lo lupa? gue kan tetangga baru lo. Terus nyokap lo nyuruh gue buat ngajak lo pulang bareng, karena supir lo lagi nganterin nyokap lo belanja." Jelas Daffa.

Diba baru ingat. Daffa adalah tetangga baru nya yang sangat caper kepada mamah nya. Diba ingin sekali mencakar wajah Daffa karena Daffa sangat pintar mencari perhatian mamah nya. Karena itu, mamah Diba menyarankan agar Diba membuka hati nya untuk Daffa. Namun, Diba tidak akan pernah membuka hati nya untuk pria manapun, kecuali Sehun tentunya.

"Terus? Karena lo tetangga gue, gue harus pulang bareng lo, gitu?" Tanya Diba. Daffa terkekeh pelan.

"Terus lo mau berdiri disini sampai jadi debu, gitu?" Daffa berbalik nanya.

Diba memalingkan wajahnya. Yang dikatakan Daffa ada benarnya juga. Masa iya Diba akan terus berdiri disini? jelas-jelas Pak Herman tidak akan datang menjemputnya.

"Gue naik taxi aja!"

Daffa tiba-tiba menarik tangan kanan Diba dan mengajak Diba pergi menuju ke parkiran. Diba ingin meronta, namun, cengkeraman Daffa lebih kuat membuat Diba pasrah mengikuti nya.

sesampai nya di parkiran, Daffa langsung memberikan helm nya untuk Diba. Dia menaikki vespa matic putih miliknya dan menyuruh Diba untuk naik.

"Ini motor lo?" Tanya Diba seraya menerima helm yang diberikan oleh Daffa.

"Yoi. Kenapa? Keren, kan?"

Diba memperhatikkan motor yang di duduki oleh Daffa. Sebenarnya, Diba suka sekali cowok yang memakai vespa. Dia akan menjerit histeris ketika di jalan ia melihat cowok-cowok mengendarai motor vespa. Terlalu berlebihan bukan? ya itu lah Diba.

"PD banget lo!"

"Ngaku aja kali. Gue kan dulu di SMP juga termasuk cogan yang banyak diminati kaum hawa, loh. Banyak yang mau duduk di belakang vespa gue. Tapi gue gabolehin sama sekali, kecuali nyokap gue. Harusnya lo beruntung, karena lo cewek pertama yang gue bolehin naik vespa bareng gue." Tutur Daffa panjang.

Diba meneguk ludahnya tak percaya. Diba adalah cewek pertama yang naik vespa milik Daffa?

Diba menggigit bibir nya seraya melirik-lirik vespa putih milik Daffa.

MY BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang