10. Takut

705 28 6
                                    

Daffa menatap sebal kearah Diba yang kini terus melahap cemilan seraya melamun. Keadaan Diba benar-benar kacau, karena Diba benar-benar marah dengan mamahnya, Diba menolak pulang ke rumah. Dan atas izin Rani, Diba akhirnya menginap di rumah Daffa. Rani juga sudah bilang kepada mamahnya Diba kalau Diba menginap dirumahnya.

Kamar Daffa kini hampir penuh dengan sampah cemilan yang sudah dilahap habis oleh Diba hingga pukul tiga dini. Tadinya Daffa kira, ketika Daffa begadang untuk bermain game, Diba akan tertidur. Namun, setelah Daffa selesai, ternyata Diba masih setia memakan cemilannya di samping Daffa.

"Lo ga tidur?!" Pertanyaan Daffa seperti menggertak, namun Diba hanya menggeleng dan meneruskan makannya.

Daffa melihat di sekitarnya, kamarnya benar-benar berantakan gara-gara Diba.

"Lo makan sebanyak ini?!"

Diba tidak merespon.

Ketika makanan terakhirnya habis, Diba berdiri dan berbaring di ranjang milik Daffa.

Daffa yang melihat hal tersebut pun terkejut, "Eh-eh siapa yang bolehin lo tidur di kamar gue?!"

Diba menutup setengah tubuhnya dengan selimut, lalu menatap Daffa dengan tanpa rasa bersalah. "Tante Rani."

Setelah itu Diba mencari posisi yang nyaman dan mulai terlelap.

Daffa sangat terkejut karena perilaku Diba yang seenaknya. Karena kekesalannya sudah tidak terbendung, Daffa menarik selimut tersebut lalu keluar dari kamar.

Diba tiba-tiba terkekeh melihat Daffa yang sepertinya marah besar, lalu Diba mengambil selimut yang berada di lantai lalu mulai tertidur tanpa memikirkan Daffa yang kini berada di luar kamar.

"MAMAH!" Teriak Daffa sambil menangis seraya menuruni tangga.

***

Delvin baru saja selesai rapat dan hendak pergi dari ruang rapat. Namun, seseorang memanggilnya dan Delvin mengurungkan niatnya untuk pergi dari ruangan tersebut.

Yang memanggil Delvin adalah tangan kanan Delvin, yaitu Broto, ayah dari Nia.

"Pak, saya baru tahu kalau ternyata anak kita sekarang satu sekolah." Ujar Broto seraya nyengir.

Delvin menaikkan satu alisnya, "terus? apa masalahnya?"

"Anak saya sering cerita tentang Valas ke saya. Katanya Valas anaknya ganteng, pintar, pokoknya idaman anak saya banget, deh."

Delvin yang baru saja minum air di botol, lalu menutup botolnya dan meletakkannya kembali di meja.

"Bukannya sombong, nih. Semua sifat dan kegantengan saya memang menurun ke Valas. Jadi ya engga perlu di raguin lagi," ucap Delvin dengan nada bergurau. Sontak keduanya tertawa begitu saja.

"Tapi sayangnya, Valas udah punya pacar, ya, pak?"

Delvin mengangguk. "Mereka pacaran dari awal mereka brojol."

Keduanya kembali tertawa. Seakan-akan hal yang mereka bicarakan benar-benar asik dan lucu. Padahal Broto berniat menjodohkan Nia dengan Valas.

Mungkin, ini terlalu cepat.

***

Valas kini berada di rumah neneknya, yaitu Dahlia. Valas terlihat tengah memasak di dapur dengan Dahlia. Walaupun umur Dahlia sudah makin menua, dan jalannya pun sudah memakai tongkat, namun, Dahlia masih terlihat sehat.

Valas meminta bantuan kepada Dahlia untuk membuat dimsum. Hampir sebulan sekali Valas mengunjungi rumah neneknya hanya untuk membuat dimsum untuk Vanya. Dahlia pun tidak merasa keberatan akan hal itu. Justru Dahlia senang karena cucu nya sering mengunjungi rumahnya.

MY BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang