8. Ribut

650 34 1
                                    

Ketika Vanya tengah sibuk mengerjakan soal matematika, tiba-tiba Vanya merasakan bahwa perutnya sakit. Mungkin sudah menjadi kebiasaan Vanya ketika di pagi hari perut Vanya sangat tidak bersahabat.

"Diba, temenin gue kekamar mandi, yuk." Ajak Vanya kepada Diba yang kini tengah senyum-senyum sendiri melihat layar ponselnya.

Merasa dicuekin, Vanya kembali memanggil Diba seraya memegangi perutnya yang sebentar lagi pasti sudah tidak bisa ditahan. "Diba! Woi!"

Diba menoleh dengan ekspresi yang masih tersenyum. Membuat Vanya geli, "kenapa Vanya?"

"Temenin gue ke kamar mandi."

Diba mengerucutkan bibirnya, "sendiri aja, sih. Gue lagi ngeliat vlog nya Baekhyun sama anjing nya. Lucu banget tau! Liat nih," dengan antusias, Diba memperlihatkan ponsel nya kepada Vanya.

Namun Vanya justru mengalihkan pandangannya dan berdiri hendak meninggalkan Diba.

"Yaudah terusin aja nonton tu plastik! Tapi jawaban matematika cari tau sendiri, ya. Gue udah mau selesai, tinggal satu soal lagi."

Setelah mengatakan itu, Vanya ijin kepada ketua kelas untuk pergi ke toilet. Kebetulan guru matematika hanya memberikan tugas setelah itu pergi meninggalkan kelas.

Diba berdiri dan menyusul Vanya, "Vanya tungguin!"

Vanya yang berada diambang pintu menghentikan langkahnya, "Vanya, ish! Baekhyun engga oplas tau! Jadi jangan katain dia plastik lagi, ya? Nanti enggak gue temenin lo ke toilet," cerocos Diba.

Vanya yang sudah tidak tahan segera berlari seraya memegangi perutnya.

"VANYA TUNGGUIN DEDEK!!"

Vanya menepuk perutnya merasa lega. Lalu Vanya menghampiri Diba yang menatap ponsel nya senyum-senyum seperti dikelas tadi.

Vanya sedikit mengintip layar ponsel nya Diba, namun, Diba yang menyadari hal tersebut pun langsung mematikan ponselnya.

"Kenapa? Kepo sama wajah ganteng nya Baekhyun? Enggak bakal gue kasih unjuk. Nanti ditikung kaya yang udah-udah," ucap Diba.

Vanya menoyor kening Diba, "makannya cepet-cepet punya pacar, biar engga terlalu berharap sama cowok-cowok Korea yang pasti fantasi dihidup lo."

Diba yang semula senderan di westafel berbalik lalu merapihkan rambutnya. "Dari sekian banyak cowok di sekolah ini bahkan di sekolah gue yang dulu, enggak ada yang bikin gue jatuh cinta selain EXO."

Vanya terkekeh pelan, "Daffa?"

Diba menatap Vanya di cermin, wajahnya seketika bersemu. "Cuma temen kali. Lagi juga dia kan fokusnya ke game terus. Mana sempet dia mikirin cewek?"

"Berarti lo suka sama Daffa, kan? Ngaku lo." Goda Vanya. Diba tiba-tiba menjadi salting karena mendengar nama Daffa yang akhir-akhir ini sukses membuat Diba tidak bisa tidur nyenyak.

"Apaan sih Vanya, jangan gitu sih. Udah ayo ke kelas, gue belum sama sekali ngerjain tuh tugas matematika."

Disepanjang koridor, Vanya terus menggoda Diba menimbulkan koridor yang semula sepi seketika ramai karena pertengkaran kecil atau lebih dikatakan bercanda.

Karena Vanya tidak melihat jalan didepannya, Vanya menabrak seseorang. Sontak mereka berhenti bercanda.

"Kalo jalan liat jalan dong! Jangan becanda. Lo mau mati gara-gara hal konyol kaya gitu?"

Vanya dan Diba sontak mengernyit melihat perempuan di depannya itu. Padahal Vanya hanya menabrak sedikit pundak Nia.

"Lah, Vanya cuma nyenggol pundak lo doang kok. Yakali Vanya mati? Kata-kata lo enggak masuk akal." Kata Diba membela Vanya.

MY BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang