5. Masakan Vanya

860 46 6
                                    

Pukul lima pagi, Vanya terbangun dan langsung buru-buru untuk mencuci muka. Setelah keluar dari kamar mandi, Vanya mencepol rambutnya seraya berjalan menuju ke arah dapur. Vanya berniat untuk memasak Capcay, Omelet sayur, dan juga Ayam goreng.

Vanya sengaja memasak cukup banyak, karena Valas nanti akan sarapan di rumahnya dan juga Valas menyuruh agar Vanya membawa makanan untuk istirahat nanti.

Ketika Vanya tengah menyiapkan bahan-bahannya, suara ketukan pintu membuat kegiatan Vanya berhenti dan berniat untuk membukanya. Vanya berjalan dengan pelan seraya memikirkan siapa yang pagi-pagi datang ke rumah nya?

Vanya perlahan membuka kunci pintu nya dan ternyata Valas. Valas sudah rapih memakai seragam nya dan nampak begitu segar. Vanya pun menganga, kenapa Valas datang sepagi ini? Vanya pun masih memakai baju tidur dan wajahnya nampak kusut karena belum mandi.

Valas yang melihat reaksi Vanya pun terlihat gemas, "Kenapa kaget?" Tanya Valas.

"Kamu ngapain sih dateng sepagi ini? Aku juga belum ngapa-ngapain."

"Hmm.. Gaboleh nih? Yaudah aku pulang dulu deh. Nanti, aku kesini lagi kalau kamu udah rapih."

Valas hendak berbalik badan, namun, Vanya mencekal pergelangan tangan Valas.

"Yaudah, kamu masuk. Tunggu di ruang tamu, aku mau masak." Ujar Vanya.

"Aku engga suka nunggu."

"Terus?"

"Aku bantuin kamu masak."

***

Pukul enam lebih lima belas menit, Vanya sudah memakai seragam nya dan langsung menemui Valas di meja makan. Masakan Vanya sudah jadi. Valas tadi membantu Vanya memasak, jadi cepat selesai. Tadi nya Vanya tidak yakin jika Valas bisa memasak, namun setelah dipraktekkan, Valas ternyata begitu ulet dalam melakukkan kegiatannya.

"Cantik." Satu kata yang sukses membuat Vanya tersipu. Lalu Vanya duduk dihadapan Valas.

"Makasih, ganteng." Vanya tersenyum begitu manis.

"Kembali kasih, cantik."

Vanya dan Valas sama-sama terkekeh. Menurut mereka kata-kata itu memang terbilang alay, namun, mereka berdua itu adalah salah satu sumber kebahagiaan mereka.

"Udah, ah. Ayuk kita makan. Aku ambilin yah," Vanya mengambil centong nasi, namun Valas merebutnya dan langsung mengambilkan Vanya lauk pauknya.

Vanya hanya diam seraya memperhatikkan wajah Valas.

"Jangan ngeliatin aku mulu. Nanti belum makan malah udah kenyang duluan lagi."

Ucapan Valas membuat lamunan Vanya buyar dan langsung salah tingkah.

"Valas." Panggil Vanya ketika mereka tengah menyantap makanan masing-masing.

Valas berdehem dan terus melahap makanannya.

"Kamu bisa masak dari siapa?"

"Aku tiap pagi selalu bantuin mamah aku buat masak."

Vanya mengangguk. "Kamu tuh apa-apa bisa, ya. Udah pinter, ganteng, bisa masak pula. Aku kagum sama kamu."

Valas mengulas senyum. Vanya terkadang ucapannya terlalu jujur, namun Valas malah semakin menyukai nya.

"Ah engga, biasa aja. Kamu berlebihan muji nya sampai bikin aku terbang ke langit ke tujuh. Haha.."

Vanya tertawa. "Ih, aku bicara fakta, kok."

"Udah kalau mau muji aku nanti aja lanjutin di jalan. Sekarang makan abis itu kita pergi."

MY BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang