7. Ulangan

691 39 3
                                    

Vanya terlonjak kaget ketika ada seseorang yang tiba-tiba menarik tangan kiri Vanya. Vanya tidak bisa melihat dengan jelas siapa cowok itu. Karena posisinya cowok tersebut membelakangi Vanya dan terus menarik tangan Vanya.

"Lo siapa?" Tanya Vanya mulai ketakutan. Karena cowok tersebut membawa nya kelorong belakang sekolah yang sangat sepi.

"Lepasin gue!"

Vanya terus memberontak agar tangannya terlepas, namun cengkraman cowok itu malah semakin kencang membuat tangan Vanya memerah.

Cowok tersebut melepaskan cengkramannya, dan berbalik menatap mata Vanya dingin. Vanya memegangi tangannya yang memerah.

"Kak Brian?" Vanya sedikit terkejut, karena ternyata cowok yang menariknya secara kasar adalah Brian salah satu anggota OSIS yang membimbing kelas Vanya selama tiga hari.

Tidak mau basa-basi Brian menyodorkan ponsel kedepan Vanya, "maksud kakak?"

"Nomor lo."

Vanya menatap ponsel itu sebentar, lalu wajahnya mulai cemas. "Maaf ya, Kak, gue gak bisa ngasih nomor gue ke kakak." Ucap Vanya. Lalu Vanya segera pergi dari situ, namun tangannya kembali dicekal oleh Brian.

Brian kembali menyodorkan ponsel nya. "Nanti kalau ketahuan Valas, lo bisa dibunuh. Lo masih mau hidup, kan, kak?"

Brian menaikkan satu alisnya. Brian semakin yakin dari awal ia bertemu dengan Valas bahwa Valas adalah seorang psikopat.

"Vanya!"

Diba lari tergesah-gesah dan memegangi dadanya yang terasa sesak. Vanya mengerutkan keningnya bingung. "Lo abis dikejar-kejar setan, ya?" Tanya Vanya kepada Diba.

"Aigoo! Vanya gue tuh nyariin lo dari tadi tapi enggak ketemu. Ternyata lo disini sama-"

Diba menggantung ucapannya, ia melirik Brian yang sedang menatapnya dingin. "Kak Brian." Sambung Diba dengan nada pelan.

Diba buru-buru mengalihkan pandangannya kearah lain. Pasalnya, Diba trauma dengan tatapan Brian yang dingin itu. Karena sewaktu masa pengenalan lingkungan sekolah, Diba pernah membuat kesalahan dan dibentak oleh Brian. Hingga Diba menangis, karena Diba sangat tidak suka jika ada orang yang membentaknya.

"Lagian ngapain lo nyariin gue?"

"Gue takut lo pingsan di kamar mandi. Abis lama banget, lo gak mau ikut ulangan matematika yang waktunya tinggal setengah jam lagi?"

Vanya menepuk jidatnya, "eh ya ampun! Gue belum ngerjain sama sekali!" Kata Vanya panik.

"Ayo ke kelas!" Ajak Vanya yang langsung mendapat anggukan dari Diba. Vanya menarik tangan Diba dan langsung berlari meninggalkan Brian yang sedari tadi berdiri mematung.

Ketika Brian hendak melangkah, Vanya tiba-tiba berada di depannya, "Maaf ya kak. Gue ke kelas dulu. Bye!"

Lalu Vanya kembali berlari dan masih setia memegang tangan Diba. Sedari tadi, Diba hanya pasrah diperlakukan seperti bukan manusia oleh Vanya karena main tarik-tarik tangannya.

Brian menahan tawanya.

***

Valas dan Daffa baru saja selesai bermain game. Dan Valas kalah berkali-kali melawan Daffa. Itu artinya sesuai kesepakatan yang tadi mereka buat, Valas harus memijit Daffa selama lima menit.

"Nih dibagian ini Las," Ucap Daffa seraya memegangi pundaknya.

Dengan malas, Valas menuruti apa yang diperintahkan oleh Daffa.

"Yang bener dong mijitinnya. Nanti cewek lo brewokan kalo ngga bener." Celetuk Daffa tanpa sadar.

Valas mendorong tubuh Daffa hingga Daffa tersungkur kelantai.

MY BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang