Tiga

15 3 1
                                    

Wafda's POV

Huh.

Hari ini semua orang berangkat lebih awal atau kenapa, ya? Baru jam enam pagi. Jalan udah penuhnya kayak gini.

"Bang, Reno pesen ojek online aja deh ya. Di pertigaan besar depan. Bang Wafda biar masuk tol langsung." kata laki-laki di sebelahku. Ia langsung menyambar ponsel pintarku.

"Boleh, Ren. Gapapa?" tanyaku.

"Iya. Reno di turunin di toko sebelum pertigaan, ya."

Kita menembus kemacetan kota metropolitan ke-5 di Indonesia. Sampai di depan toko yang kita maksud, aku meminggirkan mobil.

"Udah dapet?" tanyaku.

"Udah, nih. Reno turun ya." dia meletakkan ponselku lalu mencium tanganku. Ojek online yang dimaksud parkir di depan mobil kami.

"Ati-ati, Ren! Bekel Bunda dimakan, ya!" sahutku.

Reno mengacungkan jempol sambil berlari menuju motor ojeknya. Setelah dia pergi, aku melanjutkan perjalanan.

Reno, adikku. Selisih umur yang agak banyak yang bikin aku malah jadi kayak bapak dia.

Gerbang tol tetep aja rame juga. Aku mendesah sambil menyiapkan kartu pembayaran.

Dua mobil lagi.

Satu mobil lagi.

Yes!

Aku menempelkan kartu.

Maaf saldo tidak cukup?!

Aku mengganti kartu yang lain.

Maaf saldo tidak cukup juga?!

Hah??!!?

Aku panik. Mobil-mobil di belakang sudah pada membunyikan klakson.

Ini petugas tolnya dimana sih?! batinku.

Tiba-tiba ada orang yang mengetuk kaca mobilku.

Tuk tuk.

"Astaga."

Perempuan. Tidak asing. Siapa tapi?

Aku menurunkan kaca mobil lebih lebar.

"Mas, pake punya saya dulu ya. Kasian mobil belakan banyak yang antre." ujarnya sambil tersenyum.

"Eh, iya. Maaf ngere—"

"Ngak apa-apa. Silahkan, jalan." kata perempuan itu ketika palang pintu sudah naik.

Aku tidak asing dengan wajahnya.

"Makasih, ya!" ucapku malu. Ia hanya membalas dengan senyuman tenang. Lalu kembali ke mobilnya yang, astaga.

Aku melihat dari kaca spion. Mobilnya bukan yang persis di belakang ku. Dua mobil di belakangku. Baik banget.

Eh! Bodoh. Kamu habis malu-maluin banget Wafda!!

Astaga.

Aku kemudian mempercepat laju kendaraanku. Sampai di hotel aku segera parkir kemudian terburu-buru menuju kantor untuk pengarahan pagi. Lalu aku menghentikan langkahku.

Perempuan di cafe, yang menghentikan kerja jantungku tiga detik seminggu yang lalu.

Aku memukul kepalaku.

Kenapa gak minta nomor untuk ganti uang tol?!

untitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang