Lima

20 3 2
                                    

Wafda's POV

Aku menyesap kopi di mejaku dengan terburu-buru. Entah kenapa, waktu masih senggang tetapi aku sangat tergesa-gesa untuk memeriksa kiriman kerangka bunga di basement.

"Pagi, Pak Wafda!" sapa salah satu staff Public Relation.

"Pagi, Alda."

"Buru-buru kemana, Pak?" tanyanya.

"Meriksa kerangka dari Benang Jawa Foundation. Di basement."

"Biar saya sa—"

"Tidak perlu. Saya juga bisa."

"Eh, iya. Baik, Pak." jawabnya.

Aku memang sedikit ketus kalau di kantor. Karena wanita di sini sangat genit. Sampai aku geli.

Aku berjalan menuju basement melewati tangga. Jangan tanya kenapa gak pakai lift. Sampai di bawah, aku mencari kerangka bunga yang di maksud Pak Wargo, GM Benang Jawa. Tapi mataku ditarik oleh mobil yang pintu nya terbuka.

Seseorang disana keluar. Seperti tahu orangnya. Lalu ia kehilangan keseimbangan dan berpegangan pada pintu mobil. Aku mempercepat langkahku—tepatnya berlari, menuju orang itu.

Oh, perempuan. Batinku saat melihat rok yang jatuh di perempat betisnya dan heels kulit hitam delapan centimeter.

Aku bisa mendengar napas nya yang tidak beraturan.

"Mbak, gapapa?" tanya ku dari balik pintu mobilnya yang terbuka.

"Eh?" ia terkejut.

"Em, maaf. Tadi saya lihat Mbak mau jatuh, jadi saya kira—"

Berkah apa, bertemu dia lagi.

"Mbak yang tadi pagi bayarin tol saya ya?" tanyaku langsung. Lalu aku mengintip pukul berapa sekarang. 14.03

Lalu mata kita bertemu—tiga detik. Aku melihat dari ekor mataku, tangan kirinya mulai mencari sesuatu untuk menyangga badannya. Dan benar, dia hilang keseimbangan.

Aku menangkap badannya—yang kecil. Wow. Percayalah. Ia terlihat tidak sekecil itu. Oke. Aku panik.

Leher dan kepalanya menggantung, karena aku hanya menahan punggungnya. Dia berkeringat dingin. Tidak memoles make up di wajahnya, dan aku bisa melihat betapa pucatnya wanita ini.

Mungkin dia juga kesiangan, jadi belum make up.

Astaga bisa-bisanya aku fokus ke arah sana.

Aku meraih kepalanya dengan tangan kananku dan kuletakan di pundak kiriku. Ku perlebar pintu tadi dan memundurkan kursi kemudi. Kemudian aku memindahkan wanita itu ke kursi dan menidurkan posisi kursi.

Aku mengaktifkan mobil untuk menyalakam AC kecil agar dia tidak pengap, lalu menemukan gantungan kertas di kemudinya.

Apabila menemukan saya tidak sadarkan diri, tolong lakukan ini :
1. Tolong dudukan saya di kursi kemudi.
2. Tolong tinggalkan saya. Saya akan sadar dalam waktu 3 menit.
3. Tidak perlu menelpon ambulance.
4. Termakasih sudah menolong saya.

untitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang