Cinta palsu. Siapa yang tidak mengenal itu, terutama Taehyung. Dia baru saja merasakan itu saat wanita yang ia suka bahkan sudah menjadi tunangannya mencintai sahabatnya sendiri. Tapi, cinta kembali mengenalkannya dengan hal yang tak diduganya. Apak...
"Apa kamu masih ada rasa dengan wanita itu?" tanyaku lantang.
Matanya membulat melihatku.
"Apa itu... benar?" tanyaku pelan.
Melihat Taehyung yang tetap diam dan tidak ada tanda-tanda menjawab, aku berdiri ingin ke kamar mandi.
"Tunggu," dia mencekal tanganku.
"Kemarilah," dia menarikku dan duduk di sebelahnya.
"Boleh aku tahu apa kamu baru aja cemburu?" godanya. Heol, yang benar saja.
"Ish, kan aku nanya," Taehyung mencolek daguku yang langsung kutepis.
"Ih, ada yang cemburu."
Aku memukulnya dengan bantal namun sialnya, karena posisiku yang duduk di ujung ranjang membuatku terjatuh tertimpa bantal.
"Astaga, lucu sekali kamu ini," Taehyung tertawa melihatku dan sepertinya tidak berniat menolongku.
"Udah ah, aku mau tidur." seruku.
Aku berjalan mengitarinya dan tidur membelakangi posisi Taehyung yang sedang duduk dibelakangku.
Taehyung masih saja menggodaku dengan menoel pipiku, mencolek daguku, dan memainkan jariku.
"Ehm," dia berdehem pelan.
"Duduklah," katanya tegas. Aku spontan duduk menghadapnya dengan menunduk.
"Jadi, kamu mau tau perasaanku gimana?" kata Taehyung padaku.
"Ga jadi," aku membuang muka.
"Aku sedang bicara serius, jadi tolong tatap aku." katanya tegas.
Aku menatapnya yang menatapku dalam.
"Aku dan dia hanya sebatas teman saja." katanya.
"Hanya?"
"Iya,"
"Apa gak ada hubungan?" tanyaku pelan.
"Nanti kamu mulai cemburu," godanya kembali.
"Ih, gajadi deh." bibirku mengerucut.
"Iyadeh, tapi janji jangan marah ya?"
Aku menganggukkan kepala melihatnya.
"Jadi dulu itu, aku ketemu dia di sebuah kafe yang menyediakan minuman favoritku," katanya pelan.
"Aku penasaran siapa yang membuat kopi ini sampai ketika dia gak sengaja menumpahkan minuman ke bajuku. Dan aku mulai jatuh cinta dengannya," mata Taehyung menerawang.
