“Nja” panggil Dean.
Senja yang tadinya akan menyuapkan suapan terakhirnya kembali menaruh sendok yang akan masuk ke dalam mulutnya.
“Ada apa?”
“Gw tau kalau dari awal lo cuman nganggep omongan gw yang kemarin bercandaan. Tapi kali ini gw serius nja. Gw sama lo sama-sama dewasa. Dan gw rasa, gw mau lo buat nemenin gw” ujar Dean.
“Iyalah gw nemenin lo. Kita kan sahabatan dah lama yan”
“Bukan itu nja, gw mau lo nemenin gw disaat gw susah, seneng, dan sedih. Gw mau lo jadi bagian dari perjalan gw. Senja Adisinta Natanegara, will you marry me?”
***
Senja terpaku mendengar pernyataan Dean. Ia tidak menyangka bahwa Dean akan benar-benar seserius ini soal ucapannya waktu itu. Dia berpikir bahwa Dean hanya bercanda waktu itu.“Hahahah.. lo gak lagi becanda kan? Gak lucu yan kambing lo” ujar Senja berusaha mencairkan suasana yang sempat menegang.
“Gak ada yang bercanda disini nja. Gue serius sama apa yang gue omongin” balas Dean dengan menatap dalam ke arah Senja.
Senja terdiam sejenak. Sesekali ia menarik nafas panjang beberapa kali.
“Oke, gini. Gue gamau njalanin suatu hubungan yang gue sendiri gak tau gue sayang sama dia apa enggak. Gue enggak mau lo nyesel ke depannya. Please, pikirin lagi” ujar Senja berusaha menasehati Dean.
“Apa ini tandanya lo nolak gue?” tanya Dean.
“Gue sama sekali gak maksut buat nolak lo. Gue Cuma mau lo berfikir lagi sama apa yang lo bilang. Lo emang mau mulai suatu rumah tangga tanpa cinta? Suatu hubungan gak bakal lancar kalo hanya satu orang yang mencintai” ujar Senja.
Dean hanya menunduk lalu kembali mengangkat kepalanya.
“Ya udah jangan dipikirin lagi. Mending kita pulang. Udah malem” balas Dean sembari tersenyum tipis.
***
Sejak kejadian hari itu, hubungan Dean dan Senja merenggang. Entahlah, apakah itu hanya perasaan Senja atau memang Dean menjauhinya. Sebenarnya Senja sedikit tidak nyaman dengan keadaan ini. apalagi Dean dulu dan sekarang adalah sahabat dekatnya.
Senja menghela nafas panjang. Ia harus memikirkan cara agar hubungan persahabatannya dengan Dean kembali membaik. Senja beranjak dari kursi kerjanya dan mengambil sling bag miliknya yang ada di atas meja.Senja memutuskan ia akan berkunjung ke kantor Dean untuk sekedar meminta maaf.
***
Senja keluar dari mobilnya lalu langsung masuk ke dalam lobby kantor milik Dean. Ia menghampiri meja resepsionis untuk bertanya apakah Dean sedang ada di ruangannya atau tidak. Dan sepertinya dewi keberuntungan tengah berpihak padanya. Resepsionis itu bilang, kalau Dean tengah berada di ruangannya.
Begitu sampai di depan ruangan Dean, Senja mengetuk pintu kaca tersebut.
Tok tok tok
“Masuk” suara bariton tersebut berasal dari dalam ruangan Dean.
Senja terkikik geli membayangkan sahabatnya sewaktu SMA yang kelakuannya selengekkan bisa berlagak menjadi laki-laki yang dingin dan misterius.
“Selamat siang pak” sapa Senja begitu ia memasuki ruangan Dean.
Dean yang seperti mengenali suara tersebut langsung mendongakkan kepalanya.
“Loh lo ngapain disini?” tanya Dean keheranan.
“Bisa saya bantu pak?” balas Senja dengan suara yang dibuat-buat mirip Dean tadi.
“Ck. Kupret lo ngapain ke sini?” tanya Dean sekali lagi.
“Ya main lah, masa nggak boleh main ke kantor temen sendiri” jawab Senja sembari mendudukkan tubuhnya ke sofa yang ada di ruangan Dean.
“Ya ga salah tapi pasti ada sebab kan” balas Dean.
Dean beranjak dari duduknya untuk menghampiri Senja, namun baru beberapa langkah kakinya tersangkut oleh karpet membuat Dean kehilangan keseimbangannya dan secara tidak sengaja menjatuhkan tubuhnya diatas Senja.
Senja yang kaget dengan pergerakan Dean hanya bisa diam terpaku sampai sebuah suara menginterupsi mereka.
“Gue nggak nyangka ternyata lo nusuk gw dari belakang nja” ujar perempuan tersebut.
***