RAKA || 20

1.2K 71 10
                                    

Senja membuka pintu rumahnya dengan wajah lelah. Seharian ini ia harus menjalankan banyak meeting yang memusingkan kepala. Belum lagi masih banyak kesepakatan yang belum memenuhi target perusahaan bulan ini. ditambah dengan perlakuan Dean dan Raka yang semakin gencar mendekatinya membuat Senja tambah pusing.

Senja mendorong pintu rumahnya agar terbuka. Rumahnya terlihat sangat gelap. Apakah bibi lupa menyalakan lampu? pikir Senja.

Senja meraba dinding untuk mencari saklar lampu. Ia sedikit kesusahan karena suasana benar-benar gelap. Membuat Senja sedikit merasa ketakutan. Begitu Senja menekan saklar lampu yang ada di ruang tamu dan lampu menyala. Betapa terkejutnya Senja mendapati kakak dan ayahnya tengah berada di ruang tamu.

Surya terlihat berdiri di belakang kursi roda yang ayah Senja kenakan. Mereka berdua terlihat tersenyum lebar saat mendapati wajah Senja yang Nampak terkejut. Dengan mata berkaca-kaca Senja menghampiri ayah dan kakaknya dan langsung memeluk ayah dan kakaknya.

“Kok abang ga bilang mau ke sini?” tanya Senja begitu pelukan rindu itu terlepas.

“Abang sebenarnya udah lama pengen nyusul kamu. Tapi kata ayah suruh rahasiain sama kamu dulu biar surprise katanya” jelas Surya.

Senja langsung menoleh ke arah ayahnya dengan wajah cemberut.

“Ayah kok jahat?” ujar Senja dengan bibir ditekuk dan mata berkaca-kaca.

Jika berada di luar terutama di kantor Senja terlihat sangat berwibawa dan tegas, berbeda jika ia berada di lingkungan keluarga. Ia akan menjadi anak manja meski umurnya sudah tidak pantas untuk bermanja seperti anak kecil.

“Kamu ini, udah besar masa gitu aja mau nangis” balas ayah Senja sedikit terkekeh dengan tangan yang terulur membelai suari hitam rambut Senja.

Senja hanya memberengut kesal mendengar perkataan ayahnya.

“Udah sana kamu bersih-bersih sana. Badan kamu bauk” ejek Surya dengan menutup hidungnya.

Senja hanya memutar kedua bola matanya malas. Ia lalu beranjak dari sana dan pergi meninggalkan ruang tamu tanpa memperdulikan tawa yang tercipta dari kedua orang yang sangat Senja sayangi.

***

Senja mengeringkan rambutnya yang basah dengan hairdryer sambil memandang wajahnya yang terpampang dicermin. Senja melihat dari pantulan cermin, Surya memasuki kamarnya dan mendekat ke arahnya.

“Adek abang sekarang udah besar ya” ujar Surya sambil mengambil alih tugas Senja yang sedang mengeringkan rambut.

“Ya iya dong bang, masa mau jadi bocil terus” sungut Senja.

Surya hanya mendengus mendengar jawaban dari Senja.

“Kamu mah ngrusak suasana banget dek”

“Lah emang abang mau suasana apa? Mencekam? Kalo mencekam mending nonton makmum aja yuk, katanya nyeremin” balas Senja ngawur.

“Terserah kamu deh dek, makin gede otaknya ga mengembang malah menyusut’’ ujar Surya.

“Ngledek nihh” balas Senja dengan wajah marah kea rah Surya.

“Nggak, mana berani abang ngledek adek abang yang paling baik ini. btw, kamu ga ada niatan punya pacar lagi dek? Atau justru suami?” tanya Surya.

“Lah abang kenapa bahas hal itu deh” sungut Senja tak senang.

“Umur kamu udah cukup dek, abang tau kalau kamu masih takut untuk memulai suatu hubungan. Tapi bukan berarti saat kamu disakitin satu cowo kamu juga berfikir cowok di dunia ini semua sama” ujar Surya sambil meletakkan hairdryer di atas meja rias Senja.

“Jangan pernah kamu nutup hati kamu hanya karena kamu pernah disakiti oleh pemilih hati yang sebelumnya. Karena bagimanapun juga,obat dari patah hati adalah jatuh cinta lagi. Abang harap kamu berfikir lebih dewasa lagi” lanjut Surya diakhiri dengan mengelus pelan rambut Senja lalu berlalu pergi dari kamar Senja. meninggalkan Senja dengan keterpakuan.

***

Dengan langkah pasti Senja memasuki Wira Enterprise. Perusahaan milik keluarga Dean yang kini dikelola oleh Dean sendiri. Senja berencana membicarakan beberapa hal penting baginya dan mungkin bagi Dean. Ya, Senja sudah mengambil keputusan dan ia harus tegas terhadap keputusan ini.

“Bu Senja ada yang bisa saya bantu?” tanya resepsionis tersebut.

“Deannya ada”jawab Senja.

“Ada bu, beliau sedang ada meeting. Ibu Senja bisa menunggunya di ruangan Pak Dean” terang resepsionis tersebut.

Senja mengangguk lalu berlalu menuju lift untuk menuju lantai ruangan Dean berada. Begitu ia sampai di depan ruangan Dean disana sudah ada sekertaris Dean yang langsung menyambut Senja dengan ramah.

“Bu Senja mari saya antar” ujar wanita tersebut dengan senyum ramah.
Senja membalas senyum wanita tersebut dan mengikuti sekertaris tersebut.

Skretaris tersebut mengantarkan Senja ke ruangan Dean dan meminta Senja untuk menunggu Dean dengan duduk di sofa yang ada di ruangan Dean.

Lama Senja menunggu Dean selesai meeting, ia memilih menghabiskan waktu dengan membaca beberapa e-mail yang masuk lewat ponselnya. Sekitar tiga puluh menit berlalu, pintu ruangan Dean terbuka. Disana sudah berdiri Dean dengan stelan kantornya.

Dean berjalan menghampiri Senja dan mengambil tempat duduk di samping Senja.

“Udah lama?” tanya Dean sambil membuka jasnya dan meletakkannya di pegangan sofa.

“Lumayan” jawab Senja.

“Tumben main ke sini. Ada apa?”

“Gw mau ngomong sesuatu sama lo”

“Ngomong apa? Ngomong aja gapapa” jawab Dean dengan senyuman manis seperti biasanya.

“Kata lo, lo suka sama gw---. Gw rasa gw mau coba jalanin ini sama lo. Gw mau lo bantu gw buat lepas dari rasa takut akan jatuh cinta itu. Gw mau jadi pacarlo. Sesuai yang lo minta waktu itu. Gw rasa lo orang yang tepat buat bantu gw. Kata lo dulu gw orang yang hebat yang mampu memendam perasaan sampai segitu. Dan gw mau orang yang hebat juga yang damping gw ngelawan ini. dan gw yakin orang itu lo”

****




TBC :*
SALAM, HESTI :)

MEET AGAIN (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang