[ Part 16 ]

4.9K 242 24
                                    

✖️▪️▪️✖️▪️▪️✖️

Akhirnya, aku menemukan secercah cahaya yang mampu membantu aku keluar dari labirin masalah yang rumit ini.

✖️▪️▪️✖️▪️▪️✖️

Nampak gadis berambut hitam panjang yang terurai itu, sedang bergelut dengan berkas-berkas yang menyangkut dengan masalah-masalahnya. Padahal matahari sudah mulai terbenam dan berganti dengan bulan, namun rasanya rasa lelah tidak dapat mengalahkan keinginan Clarista membereskan masalahnya.

"Cla? Gue berangkat ya, lo jangan lupa kabarin gue kalo ada apa-apa, okay?" tiba-tiba gadis berambut keriting nampak berada di ambang pintu ruangan kerja milik Clarista. Azara

"Oke, lo hati-hati di sana. Pastiin orang yang berhianat sama gue lo tumpas, dan lo sampein sama semua bawahan. Gue bakalan naikin gaji karyawan kalo perusahaan gue bisa mempertahankan peringkat ke 1 di dunia." Sahut Clarista, namun matanya tidak lepas dari berkas-berkas itu.

"Siap, nona Rista. Lo jangan lupa makan, gue udah masak tadi" Titah Azara. Ya, Azara memang pandai memasak, berbeda dengan Clarista yang sama sekali tidak pernah ke dapur.

"Iya.. Bawel amat si lo" Ucap Clarista seraya menghentakkan giginya, sehingga terdengar suara decitan dari gigi putih dan rapih itu.

"Yee dasar lu. Yaudah gue pamit, byee" Pamit Azara hingga hilang di balik pintu.

'Sebenernya apa yang lo sembunyiin sih, Zar?'

Saat Clarista sudah kembali terfokus sepenuhnya pada berkas-berkas di hadapannya, kembali terdengar suara ketukan dari ambang pintu yang memang tidak tertutup sepenuhnya itu.

"Permi--" ucapan seorang wanita paruh baya itu terpotong ketika Clarista mengarahkan senjata tajamnya ke arah wanita paruh baya itu

"Ada perlu apa? Sudah saya katakan. Saya sedang tidak ingin di ganggu" geram Clarista yang masih mengarahkan senjata kesayangannya, pedang kecil yang amat sangat mengkilat. Kilatan itu menyembunyikan beribu orang yang telah tersayat bahkan tertusuk oleh pedang kecil itu.

"Sa-saya ingin memberikan kotak ini, Nona" Nampak wanita paruh baya itu sangat gemetar, terlihat ia menelan salivanya susah payah karena iris matanya menatap lekat pedang berkilau itu.

Clarista menyimpan kembali pedang kesayangan itu, kedalam tempat yang menjadi tempatnya. "Kotak apa?" Ucap Clarista penuh penekanan "Saya harap itu berguna" lanjut Clarista

"I-ini Nona" wanita itu memberikan kotak berwarna emas, nampak kotak itu terkunci kuat. Namun tidak menggunakan kunci, kotak itu nampak seperti berangkas yang menggunakan sandi.

"Apa isinya?" Tanya Clarista seraya mengambil kotak emas itu

"D-data-data pribadi tuan Braga, saya fikir Nona lebih berhak untuk menjaga kotak itu." meskipun pedang mengkilat itu sudah kembali kesarangnya, namun bibir wanita paruh baya itu masih gemetar.

"Apa sandi kotak ini?" Tanya Clarista seraya melihat-lihat luar kotak itu

"Tuan Braga selalu menyayangi Nona, dan tuan Braga selalu menyayangi saudara Nona. Mungkin Nona bisa mencoba dengan 'C'LARISTA'."

"C'LARISTA?  Semua huruf besar?" ulang Clarista seraya mulai menatap sebuah kotak berwarna putih, yang berada di samping dinding kotak dengan huruf yang berjejer rapih.

C'Larista ( Hiatus )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang