Bab 10

116 11 0
                                    

Di dapur, Jennie sudah selesai dengan aktivitas nya. Tinggal menyajikan nya pada Kai. Ia berjalan perlahan ke ruang tamu. Tiba-tiba Jennie melihat seperti ada sesuatu yang ia lewatkan.

"Astaga kokies nya kelupaan."

Jennie pun kembali ke dapur, mengambil kokiesnya yang terletak dimeja keramik. Kemudian membawanya ke ruang tamu.

"Maaf lama," ucap Jennie seraya menyajikan nya dimeja.

"Iya gak apa-apa," Kai pun meraih minuman nya, menyeruput nya sedikit. Kemudian ditaruh kembali gelas itu, "Seger. Makasi ya."

"Sama-sama."

"Jennie. Kamu tinggal sendiri dirumah sebesar ini?" obrolan dimulai.

"Enggak. Aku tinggal sama oppa nama nya Hoseok, aku biasa manggil Hobi oppa," Jennie menyeruput minumannya, lalu memakan kokiesnya.

"Kalau orang tua mu?"

"Orang tua ku tinggal di Gwangju. Biasalahh masalah bisnis," Kai mengangguk paham. Orang tuanya juga begitu. Tapi ada perbedaan.

Orang tua Jennie masih lengkap dan pastinya selalu bersama. Sementara, orang tua Kai sudah tidak lengkap seperti dulu. Lantaran ayahnya sudah pergi ke Sang Pencipta saat Kai berusia tiga belas tahun. Jadilah sang ibu yang menggantikan posisi ayah sebagai direktur perusahaan.

"Jadi kamu dua bersaudara ya?" Jennie mengangguk sebagai jawaban.

"Enak ya punya saudara. Jadi gak kesepian kalau ditinggal orang tua," raut wajah Kai berubah sedih ketika mengenang tak ada lagi sang ayah disisinya.

"Aku..aku..ini.." entah kenapa lidahnya terasa kelu saat hendak menceritakan kehidupannya.

Jennie merasakan situasi ini. Ia pun duduk lebih dekat dengan Kai. Menepuk punggung nya pelan agar sang empunya tak merasa sedih lagi.

"Kalau kamu gak sanggup cerita, jangan dipaksain cerita. Aku ngerti kok," ucap Jennie.

Selang beberapa saat, Jennie kembali ke posisi duduknya semula. Menyeruput kembali minuman nya. Begitupun dengan Kai.

Kai menarik napas kemudian menghembuskan nya perlahan, "Aku ini anak tunggal dan ibuku direktur perusahaan. Jadi gak heran kalau aku selalu sendiri. Aku kesepian."

"Aku paham. Aku aja yang punya saudara berasa kayak gak punya," Jennie memakan kokies nya. Mengunyah nya sedikit kesal jika mengingat oppanya yang jarang dirumah.

"Hobi oppa sibuk latihan atau kumpul kumpul para member grupnya dulu, jadi ya aku sendiri. Oh iya, ada ahjumma juga sih," lanjutnya.

Obrolan antara Jennie dan Kai terdengar sangat asik. Bisa mengenal satu sama lain. Hanya saja orang tua mereka belum saling kenal.

Tak terasa, waktu sudah petang. Kai pun memutuskan untuk pulang. Ia sadar, dirinya bukanlah siapa siapa bagi Jennie. Tapi tak selamanya seperti itu bukan? Kai bahkan belum menyatakan cinta nya, jadi masih ada harapan.

***

Jennie merebahkan tubuhnya diatas kasur. Menatap plafon kamarnya yang bercat putih itu. Memikirkan hari ini bersama Kai.

Jennie senang bisa berbagi cerita dengan Kai. Bisa mengenal teman pria nya lebih dekat. Tapi,, apa tidak terlalu dekat? Apa akan baik baik saja? Pikiran Jennie mulai negatif. Ia pun beranjak ke meja belajar nya, mencari jawaban dari pertanyaan nya.

Jennie membuka laptop yang berlogokan gigitan apel yang berada diatas meja itu. Mencari tanda tanda orang jatuh cinta dikolom pencarian google. Kemudian membaca salah satu web nya.

Victim of Love [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang