PART 3

3.2K 801 270
                                    

"Tersenyumlah! Sebab lelucon ini yang bakal gue perjuangin hingga nanti."
(Adrian Hendrawan)

Pagi itu kira-kira pukul 07.00 lebih 7 menit 34 detik. Suasana sekolah belum terlalu ramai. Rian cs tiba di sekolah, berjalan melewati pintu gerbang menuju kelas mereka dengan melintasi beberapa kelas lain dan lorong. Suasana histeris para siswi jika melihat keempat cowok ganteng ini adalah pemandangan biasa. Apalagi para siswi baru yang satu-dua mungkin baru saja mencuri dengar informasi ahwal keempat pemuda ini.

"Rian ... tunggu bentar! Ada titipan," ucap Dewi—anak kelas XI IPA-2—sambil menyodorkan sebuah bungkusan berwarna kuning yang diikat dengan pita merah muda.

"Dari siapa, ya?"

"Sorry, Yan, pengirimnya nggak mau diketahui. Pokoknya ambil aja."

"Cie ... penggemar rahasia lagi ya, hahaha." Lagi-lagi Kenzo mencari muka di hadapan Dewi. "Giliran gue dapat kado dari lo kapan, Wi?" tanyanya sembari menaik-turunkan kedua kening.

"Lo ulang tahun?" Dewi menanggapinya polos.

"Udah ... udah! Makasih ya, Wi." Rian melerai Kenzo yang akan mengeluarkan jurus menggombal berikutnya.

Dengan posisi berjalan paling depan, Rian melanjutkan langkahnya yang setelah itu disusul teman-temannya. Meninggalkan Dewi di depan kelas sepuluh. Pada ujung lorong, satu belokan lagi akan tiba di kelas. Tampak Linda berjalan tergesa menuju mereka.

"Rian ... Rian, lo dicari kepsek," ucap gadis itu dengan napas yang sedikit kejar-kejaran.

"Oh. Iya."

"Gitu aja?" tanya Linda selanjutnya.

"Terus harusnya respons gue gimana, wahai Nurlinda Permana?"

"Hmm, au ah. Terserah lu aja, wahai Adrian Hendrawan! Gue duluan, dah ...!" Linda melintas di hadapan empat bersahabat ini seraya mengibaskan rambutnya dan berjalan lenggak-lenggok bak model.

"Linda sayang ... tunggu, dong!" Lagi-lagi Kenzo mengeluarkan taringnya.

Linda sempat melirik sebentar kepada laki-laki itu. Namun, setelahnya ia melangkah lagi. Dengan langkah yang sengaja lebih dianggun-anggunkan.

***

"Kenapa, Bro?"

"Ada apa?"

"Anggota badan lo masih utuh, 'kan?"

"Lo nggak diapa-apain, 'kan?"

"Lo masih perawan, 'kan?"

Rian dibanjiri pertanyaan oleh Kenzo. Laki-laki itu menempelkan telapak tangannya di kepala Rian. Vano juga ikut-ikutan memeriksa bagian tubuh yang lain. Sementara Eza hanya duduk manis di kursi melihat tingkah konyol teman-temannya.

"Udah-udah. Apaan sih, geli tau." Rian menggelinjang sebab ulah Kenzo dan Vano. "Nggak ada apa-apa kok, kalian kayak baru liat gue masuk kantor aja," jawabnya sambil mengeluarkan ujung kemeja putihnya yang sejak dipanggil ke ruangan kepala sekolah tadi terpaksa terselip rapi di pinggang celana.

"Ya 'kan kali aja, siapa tahu ada guru yang naksir ama lo, Yan. Karena sering langganan ke kantor, hahaha." Kenzo tertawa geli.

"Setuju!" Vano menambahi.

"Dasar mesum, gini-gini gue masih suci."

"Yan, kenapa kamu dipanggil kepsek?" tanya Thea yang tiba-tiba berdiri di hadapan Rian.

"Eeeeh ... eh ... anu, kepsek titip salam untuk janda tiga anak tetangga kos gue, hehehe."

"Aku serius, Yan!" Thea menampakkan wajah kekecewaan.

RUMPUT SMA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang