PART 1

8.2K 1.3K 703
                                        

"Jagalah yang pantas dijaga! Dan gue ngerasa lo pantas gue jaga."
(Adrian Hendrawan)

Februari, 2012

Namanya Rian. Adrian Hendrawan, begitulah namanya saat dipanggil Pak Mamat-guru matematikanya-ketika diabsen. Nama depannya adalah pemberian almarhum bapaknya yang meninggal ketika ia masih kelas 5 SD. Adapun nama belakangnya adalah pemberian dari ibunya.

Wajah tampan pemuda asal Sulawesi satu ini adalah alasan mengapa dia jadi idaman para siswi di sekolahnya, sekolah bertaraf internasional dengan segala tetek bengek aturannya. Aturan begitu ketat yang dibuat oleh pihak sekolah tidak berlaku bagi Rian. Dia selalu saja lolos. Sehingga belum cukup setahun ini beasiswa yang didapatnya sudah terancam dicabut.

"Adrian Hendrawan? Adrian Hendrawan?" ujar seorang pria dengan kulit sawo matang, mengabsen para siswa yang ada di hadapannya. Kacamata dan kumis tebalnya sangat pas untuk wajah bulat yang sudah sedikit keriput itu.

"Bolos, Pak," ucap seluruh murid dengan serentak.

"Bapak sudah duga, pasti mereka bertingkah lagi." Pak Mamat sedikit mendesis.

***

Hari ini cuaca agak mendung, tetapi langit masih enggan mencurahkan air matanya. Suara bising dan kepulan asap dari vespa antik bermerek Grand Sport mengepul terengah-engah. Pemiliknya tidak peduli dengan itu. Seragam putih abu-abu lengkap dengan dasi dan topi berlogo 'Tut Wuri Handayani' dikenakan oleh empat orang pengendara yang susul-susulan di aspal yang masih menyisahkan fatamorgana di atasnya.

Dipimpin paling depan oleh Rian dengan vespa bututnya. Jika dilihat lekat-lekat ternyata ada tulisan tambahan yang menemani logo di topinya, 'BIG BOSS' tertulis dengan spidol hitam permanen. Tidak cukup hanya di situ. Tiga bintang digambar pada masing-masing bahu di kiri-kanannya. Seperti memamerkan kalau dia 'lah pimpinan dari pasukan ini.

Di urutan kedua, motor Sport Kawasaki ninja 250 CC yang telah banyak dimodifikasi di sana-sini, dikendarai oleh Eza Elvano Eduardo. Anak tunggal pengusaha batu bara nomor wahid di Kalimantan. Kota kelahirannya.

Bagaikan langit dan kerak bumi. Berbeda dengan Rian, Eza dari sisi penampilan jauh lebih rapi. Rambut lurusnya mengilat karena sering diminyaki. Mata sipit Eza adalah warisan dari ibunya yang merupakan keturunan asli Tionghoa yang dinikahi ayahnya 20 tahun silam. Jam tangan bermerek yang harganya selangit melingkar di pergelangan tangan pemuda berkulit putih ini, sehingga menambah daya tarik tersendiri bagi gadis-gadis materialistis.

Selanjutnya, pemuda bernama lengkap Bimo Kenzo. Lebih akrabnya disapa Kenzo. Pemuda asli Padang, ada di kota ini karena keluarganya memiliki usaha rumah makan Padang yang bisa dibilang cukup terkenal. Nama Kenzo cukup jauh dari nama Minang. Namun, wajah khasnya tidak bisa bohong, dengan mata tajam dan dagu runcing yang dimiliki pemuda satu ini. Cukup tampan, tetapi ketampanannya tertutupi oleh gayanya yang acak-acakan. Sehingga lebih terkesan sangar. Rambut ikalnya dibiarkan tanpa disisir. Bukan karena malas, tetapi sepertinya memang begitu ciri khasnya. Dengan gaya andalannya ini Kenzo juga termasuk dalam deretan idola di SHS. Meskipun urutan yang ke sekian.

Lalu pada urutan terakhir ada Stevano Julio. Panggil saja Vano, si tampan berotak cerdas. Pemuda berkacamata satu ini di mata gadis-gadis tidak kalah menarik dibanding tiga temannya sebelumnya. Apalagi Vano terkenal sebagai kutu buku yang kerap langganan juara olimpiade. Berbagai macam buku dibacanya. Bahkan beberapa buku porno juga bertengger manis di rak buku yang ada di kamarnya. Satu yang unik dari Vano, adalah menjadikan kata 'setuju' sebagai slogan khasnya setiap dimintai pendapat.

***

Sebuah kasur empuk berwarna silver adalah tujuan akhir dari perjalanan mereka. Keempat sekawan itu menghempaskan badan di sana. Kamar dengan interior mewah ini adalah basecamp mereka. Kamar Eza. Siapa lagi. Dia 'lah yang paling pantas memiliki kamar semewah ini. Di samping kamar ada studio musik yang lama tidak terpakai. Kebetulan Eza adalah seorang eks-drummer dari sebuah group band. "Bosen aja!" Itu selalu menjadi jawaban Eza jika dipertanyakan mengapa dia keluar dari band-nya itu.

RUMPUT SMA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang