🎹Eve sangat kesal dengan kakaknya. Cowok itu telah menghabiskan susu kotak miliknya pemberian Erik dikulkas. Saat ditanya cowok songong itu malah menjawab "milik kamu milik aku juga."
Sebel 'kan?
Jadi nanti kalau Erik itu jadi pacar dia, Erik juga jadi pacar kakaknya? Emang kakaknya mau sama yang sejenis?'kan gak!
Kenapa jadi bahas pacar dan Erik sih?
Eve sedang uring-uringan dikamar saat tanpa sengaja tangannya menyentuh kalung yang ia pakai.
Kalung berbandul piano yang cantik. Erik yang memberikannya. Ingatannya kembali kehari dimana cowok itu memberinya kalung ini.
Ia tersenyum cerah saat mengingat bagaimana senyum Erik saat melihat ia memakai kalung ini. Butuh usaha keras hanya untuk membuat dirinya memakai kalung ini. Kalung sahabat.
"Tapi sayangnya aku udah gak nganggap kamu sebagai sahabat Rik."
Ia masih memainkan kalung itu saat didengarnya suara mobil yang ia kenali diluar. Gadis itu membulatkan mata lalu segera meloncat dari tempat tidur. Ia berlari menuruni tangga dengan cepat hendak menyamperi orang itu.
Sampai dibawah,dilihatnya Ino tengah berdiri di sebelah pria dewasa yang memiliki senyum khas. Ibunya juga ada di situ. Pria itu itu melihat kearahnya dengan senyum hangat
Senyum yang sangat Eve rindukan. gadis itu berlari menghambur kearah pria tersebut dan memeluknya erat."Papa, Eve kangen sama papa. Papa perginya lama banget." Serunya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Jika tidak ada Ino disini Eve pasti sudah menangis.
"Lebay. Baru dua minggu juga." Tuh kan?
"Pa,liat ka Ino tuh dia ngejek aku." Kata Eve merajuk.
"Ino jangan ganggu adek kamu. Gak tahu kamu yah kalau dia nangis nanti kan ayah yang kena" kata ayahnya sambil tertawa. Eve hanya mengerucutkan bibirnya dan melirik sebal kearah Ino yang sedang memasang muka mengejek.
"Sudah-sudah kalian ini papa 'kan baru pulang. Biar papa istirahat dulu. Ayo pa. Mama udah nyiapin air. Mandi terus makan." nyonya rumah sudah mulai memberi perintah.
"Kalian udah makan semua?"
"Udah kok. Papa juga kenapa gak beritahu Mama kalau datangnya siang begini? 'Supaya mama bisa masakin agak banyak."
"Mau kasih suprise aja buat kamu dan anak-anak."
"Papa ini."
Masih dapat didengar Eve dan Ino percakapan orangtua mereka. Papanya yang merupakan inspektur kepolisian kadang sangat sibuk dan tak bisa pulang. Jadi sangat jarang mendengar percakapan mesra ayah dan ibu mereka. Jika yang tadi bisa dikatakan percakapan mesra.
"Kamu pasti lagi mikir gimana kamu sama Erik pas nikah nanti. Iya'kan?"
"Enggak ada kok"
"Bohong ngaku aja deh"
"Nggak kak! enggak! Kalau enggak yah enggak!"
"Yah gak usah ngegas kali. 'Enggak' nya banyak amat."
"Kakak sih...."
Lalu keduanya terdiam,menyandarkan tubuh di sofa panjang. Mereka lega,ayahnya pulang cepat. Dulu karena kasus itu ayahnya jarang berada dirumah, sibuk mencari pelaku kejahatan itu. Sudah tidak ingat rumah, makan dan kesehatan juga lupa. Tapi sudah hampir tiga bulan ini keadaan ayah mereka membaik. Tentu saja dukungan yang diberikan oleh isterinya,ibu sikembar dan si kembar juga tentunya,walau salah satu dari mereka juga mengalami masa sulit itu.
"No....aku kangen."
Ino menoleh cepat kearah saudarinya.
Mengamati perubahan ekspresi diwajah Eve.Tidak ada. Datar. Tapi itu yang ditakutkan Ino.
"No...kapan-kapan kesana yah. Aku kangen."
Ino mengelus rambut Saudarinya dengan lembut menenangkan. "Iya. Nanti kita pergi kesana. Berdua aja."
Disaat begini saudara memang yang paling bisa diandalkan.
🎹
Ino pernah berjanji pada Eve,akan selalu melindungi gadis itu. Walaupun dengan sikapnya yang songong dan tengil itu selalu membuat Eve kesal padanya.Melihat Eve yang marah-marah padanya atau melihat Eve yang memanyunkan bibirnya kesal merupakan kesenangan tersendiri baginya. Itu lebih membahagiakan daripada melihata gadis itu dengan ekspresi kosong.
Dulu,saat peristiwa itu terjadi merupakan cobaan terberat dan terbesar bagi keluarga mereka. Ino yang tiba-tiba saja menjadi anak pertama dirumah mereka tidak bisa menahan kesedihan,melihat orang yang berbagi rahim bersamanya, menderita.
Hari-harinya dipenuhi dengan airmata dari sang ibu, tatapan kosong dari sang adik dan ayahnya yang adalah kepala rumah tangga harus pergi untuk menyelesaikan kasus itu.
Nyaris gila Ino jika saat itu tidak ada Erik. Anak populer disekolah mereka yang bertemu dengannya dan Eve saat dirumah sakit milik keluarga mereka. Dari situ kedekatan antara Erik dan Eve mulai timbul.
Tapi tidak semudah itu. Ino saja sampai bingung pada Erik. Cowok itu sudah ditolak berkali-kali,bahkan pernah Eve melemparnya memakai piring rumah sakit. Untung saja terbuat dari stainlestel jika tidak habislah cowok itu.
Karena kesabaran, kemurahan, dan kebaikan seorang Erik sedikit demi sedikit Eve dapat menerima kenyataan.
Ia sering berbagi keluh kesahnya pada Erik. Bukan lagi pada psikiater. Ia juga mulai dapat mengontrol emosinya lagi.
Dulu hidup Eve hanya terdapat pada satu titik, tapi saat kehilangan titik itu, ia mendapatkan satu titik yang lebih besar. Erik.
Satu titik yang akan menjadi cahayanya. Ino selalu berharap demikian.
Mereka dulu tidak saling mengenal hanya sebatas mengetahui. Tapi dengan adanya peristiwa itu,mereka bukan hanya saling mengenal,mereka juga saling memahami, saling mengisi.
Juga.....saling mencintai.
🎹
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE E
Teen FictionHanya satu kalimat sederhana yang mengatakan aku membutuhkanmu. Diiringi denting piano ini,perasaan yang ingin kukatakan padamu. Je te veux. I want you