Mine

1 2 0
                                    


🎹


Rasanya Eve ingin mati saja!

Apa yang telah dilakukakan mulut bodohnya? Biasanya Eve selalu bisa mengontrol, tapi malam itu ia benar-benar lepas kendali.

Jika ia bisa membongkar pasang mulutnya mungkin sudah ia ganti mulutnya itu dengan yang baru!

Jangan salahkan otaknya,salahkan mulutnya ini.

Sejak peristiwa malam itu, Eve seperti menghindar dari Erik. Walaupun ia telah berdalih pada Erik kalau ia berkata begitu agar tidak ada cowok yang mengejar dirinya lagi.

Tapi ia tidak yakin kalau Erik akan percaya. Sudah jelas karena wajah cowok itu menunjukan yang sebaliknya dari perkataannya pada Eve.

Ia benci suasana canggung didekat Erik dan ingin memaki dirinya sendiri karena ialah pelakunya.

Eve memasuki kelasnya dengan lesu. Ia tidak sadar bahwa Karin sahabatnya telah melihatnya sedari tadi.

"Kenapa muka lo?" Tanya gadis itu saat melihat wajah Eve yang suram.

"Ada masalah sama ka Erik?"  Eve menghela nafas pelan. Sepertinya ia terlalu banyak curhat pada Karin atau karena dirinya yang terlalu kelihatan galau hingga gadis itu tahu kalau dia ada masalah.

"Iya." Jawabnya dengan lesu.

"Sekarang apalagi?"

"Gue malu Rin. Gue...." Eve kembali menghela nafas sebelum melanjutkan. "Gue ngomong didepan Erik kalau gue pacaran ama dia!!!!"  Ucapan terakhir Eve dikatakannya dengan lantang.

Dibeberapa sudut terdengar tarikan nafas terkejut, juga bunyi sesuatu yang jatuh. Seketika kelasnya yang ramai mendadak hening. Eve yang tengah menelungkupkan kepalanya di atas meja,mendongkak.

Gadis itu menetap polos seisi kelas yang tengah menatapinya seolah ia adalah makhluk aneh dari luar angkasa. "Kenapa?" Satu pertanyaan itu membuatnya mendapat jitakan sayang dari Karin.

"LO BENERAN PACARAN AMA KA ERIK?!! JADI SELAMA INI GOSIP ITU BENER?!"  Eve merasa tuli sesaat mendengar teriakan karin plus hujan lokal dari cewek itu.

"Apaan sih? Gosip apa?"

Beberapa cewek dikelas mereka mulai mendekat. Bergabung bersama Karin dalam mengorek informasi penting berkaitan Erik dan Eve.

"Beberapa hari lalu lo ditembak Doni anak kelas sebelas ips 3 kan? Trus katanya setelah dia nembak lo dan lo tolak,dia dicegat ama Ka Erik. Dan lo mau tahu apa yang dibilang Ka Erik ama Ka Doni?" Karin seolah sengaja menggantung ucapannya sebelum perkataan selanjutnya membuat wajah Eve seketika memerah dengan detak jantung yang meningkat.

"Lo punya dia dan lo pacar dia."

Itu.....beneran?

🎹

Sisa hari itu dilalui Eve dengan melamun dan kadang tersenyum tidak jelas. Ia sebenarnya tidak percaya pada perkataan Karin dan mengatakan itu semua tidak benar.

Tapi banyak yang mengatakan bahwa itu benar karena disana banyak saksi mata dan Doni sendiri juga bilang begitu. Bahkan katanya dia baru kali ini lihat ekspresi menyeramkan dari seorang Erik Hardikusuma.

Lalu perilaku Erik selama ini menunjukan kalau dia sayang padanya.

"Dan bukan sebagai sahabat!" Itu yang ditegaskan Karin saat Eve akan mengelak.

Juga tatapannya yang penuh cinta hanya ditujukan pada Eve seorang. Selama ini baru Eve perempuan yang ia perlakukan beda dari perempuan yang selama ini menjadi pacar-pacarnya. Dan semenjak ada Eve juga, Erik seolah meninggalkan semua perempuan yang pernah menjadi pacarnya.

Eve lalu mulai berpikir,sejak kapan Erik menyukainya? Kenapa dia tidak tahu kalau Erik menyayanginya bukan sebagai sahabat? Apa dia tidak sepeka itu?

Tapi fakta bahwa Erik menyukainya membuat kupu-kupu diperut Eve beterbangan hingga menimbulkan rasa gelitik diperutnya. Jadi seharian itu ia seperti orang gila. Bahkan sempat juga ditegur gurunya dan dihukum mengerjakan soal dipapan tulis yang berakhir dimarahi karena tidak bisa mengerjakannya. Bukan tidak bisa tapi lupa. Pikirannya terlalu fokus pada Erik.

Tapi sesaat senyum manis itu hilang diganti raut kecemasan. Bagaimana nanti jika ia bertemu Erik? Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana ia harus bersikap? Seperti biasa atau...Arghh bagaimana ini?! Rasanya akan sangat canggung melebihi apapun!

Karin yang menyadari sahabatnya itu menjadi gelisah, menghentikan tulisan tangannya.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Gimana nanti kalau gue ketemu Erik?"

"Maksudnya?"

"Yah...sikap gue...gimana nanti? Gue canggung banget kalau ketemu dia. Secara gue udah tahu perasaan dia trus dia mungkin udah nyadar perasaan gue..." katanya pelan.

Karin melirik sekitar perpustakaan. Cukul sepi dan hanya beberapa anak saja disini. Kelas mereka tidak kedatangan guru, jadi diberi tugas. Karin mengajak Eve ke perpustakaan agar lebih tenang mengerjakan tugas.

Ia lalu mendekatkan dirinya pada Eve dan berbicara sepelan mungkin.

"Bersikap biasa aja. Lo harus nunjukin kalau lo gak terpengaruh ama gosip itu. Biar dia-nya ngerasa kalau dia harus berjuang lebih keras lagi buat dapatin lo dan buat lo percaya kalau dia sayang ama lo."

"Gue tahu lo belum yakin ama omongan gue tadi pagi. Tapi dengan tindakan lo nanti yang biasa-biasa aja,gue yakin seribu persen kalau sebentar lagi gue bakalan dapat PJ dari lo."

"Kenapa?" Rasanya Karin ingin menjitak kepala gadis ini. Ini kepala isinya apa sih? Lola banget mikirnya.

"Yah karena kalau lo biasa aja,dia jadi nunjukin kalau dua emang sayang ama lo secara verbal dan nonverbal!"

"Dia bukan hanya nunjukin kalau dia sayang ama lo tapi dia juga akan nayatain perasaannya sama lo!" Ucap Karin dengan gemas. Tanpa sadar suaranya sedikit mengeras hingga penjaga perpustakaan melotot padanya.

Karin meminta maaf tanpa suara sambil tersenyum manis pada penjaga perpustakaan yang sudah agak tua itu. Lalu kembali melihat Eve datar.

Dilihatnya Eve menatap kearahnya tapi dalam keadaan melamun. Mungkin memikirkan ucapannya tadi. Karin menghela nafas lelah. Selama ini ia berusaha agar membuat Eve peka dengan perhatian Erik. Tapi selalu sia-sia dengan alasan gadis itu yang mengatakan mereka sahabat. Ck gak ada persahabatan yang suci antara perempuan dan laki-laki! Sahabatnya ini terlalu naif.

"Jangan ngelamun kerja tugasnya cepat biar cepat pulang." Katanya memutus lamunan Eve.

Disaat seperti ini,ia merasa bahwa ia yang paling tua diantara mereka berdua.

🎹

DOUBLE ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang