Prolog

1.7K 92 13
                                    

Tahun 2015. Maret.

Dirumah keluarga yang dibilang cukup mewah, terlihat seorang wanita tengah sibuk didapur dengan bantuan para pelayan dirumah untuk mempersiapkan saparan.

Para pelayan membantunya dalam segi mempersiapkan bahan, sisanya diserahkan pada Nyonyanya.
"ini nyonya Kim, kami sudah selesai. Apa nyonya ingin kami bantu untuk memasaknya?"

"eoh, tidak usah aku bisa sendiri. Kamsahamnida sudah membantuku." ucapnya tersenyum.

"tidak masalah nyonya, kami senang walaupun hanya membantu seperti ini." ucap pelayan satunya.

"kalau begitu kami permisi nyonya." ucap yang satunya lagi.

"nde, tapi aku boleh minta tolong kalian untuk membersihkan meja makan? Karna aku sebentar lagi akan selesai." ucapnya.

"nde Nyonya."

"kamsahamnida." ucapnya tersenyum sampai matanya menyipit, dan para pelayan meninggalkannya sendiri didapur.

Sebenarnya wanita itu tidak perlu sibuk untuk memasak karna para pelayan akan melayaninya.
Tapi mungkin karna dia sudah terbiasa melakukannya sendiri tidak ingin diperlakukan seperti itu.
Dan para pelayan pun sudah mengetahui dan terbiasa akan nyonya nya kalau masalah urusan dapur, paling tidak kalau nyonya nya sedang tidak sehat baru lah mereka yang mengurus dapur.

Kim Jisoo tengah serius dengan masakannya, tiba-tiba dikejutkan oleh tangan kekar yang melingkar dipinggangnya.

"eoh, kau mengejutkanku." ucap Jisoo yang melanjutkan memasaknya.

"kau terkejut eoh? Bukannya aku selalu seperti ini hmm?" ucapnya yang kepalanya tadi ditaru dipundak Jisoo menoleh menatapnya dari samping.

"nde itu benar, untung aku tidak mempunyai riwayat penyakit jantung huuh." ucapnya mendengus.

"hehe tapi kalau pun kau mempunyainya, aku akan melakukan berbagai cara supaya kau tidak mempunyainya." ucapnya tersenyum dan dibalas senyuman juga oleh Jisoo.

"sayang, apa menurutmu sudah ada penerusku didalam sini?" ucapnya mengusap perut rata istrinya.

"kita baru melakukannya kemarin, tidak mungkin secapat itu." ucapnya terkekeh.

"tapi kita sudah sering melakukannya sayang, pernikahan kita sudah ingin memasuki setahun. Kau tau itu." ucapnya cemberut.

"haha nde, aku tidak tau kapan. Tapi kau bersabarlah mungkin kita belum diberi izin untuk memilikinya sekarang." ucap Jisoo tersenyum.

"hmm, aku akan selalu sabar menunggunya."

"tapi kalau misalnya aku tidak bisa memberimu keturunan bagaimana? Apa kau akan menikah lagi?" tanyanya bercanda pada suaminya.

"Tidak! Dengar ya sayang, walaupun kau tidak bisa memberiku keturunan aku tidak akan pernah menduakanmu dengan menikah lagi. Kita akan hidup bersama sampai tua nanti, lagi pula kita bisa mengadopsi anak." ucapnya mengeratkan pelukannya, menandakan bahwa pria itu benar-benar tidak ingin kehilangan wanita yang sedang dipeluknya.

Jisoo tersenyum haru mendengarnya, ia sangat beruntung mempunyai suami seperti Kim Seokjin. Dia pria kaya raya yang mempunyai sifat dingin namum sangat romantis ketika dengan istrinya. Jisoo pun tidak mengerti kenapa Seokjin sampai mencintainya bahkan menikah dengan wanita rendah seperti dirinya. Jisoo pikir waktu itu hanyalah imajinasinya dapat memiliki kekasih ataupun suami seperti Seokjin, tapi semua itu ternyata benar terjadi pada dirinya. Dan Jisoo sangat mensyukurinya.

"tapi bisakah, kau melepaskan ku. Bukannya kau ingin berangkat bekerja? Yang ada nanti kau bau dapur." ucap Jisoo.

"aku belum memakai dasinya sayang." ucap Seokjin masih enggan melepaskan pelukannya.

ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang