Tahun Ke Dua Belas

33 11 0
                                    

Dua belas tahun hidupku.

Tak terasa sudah satu tahun pertemananku dengan makhluk di kepalaku. Seringkali ia mengajakku pergi ke dunia yang tak kukenal. Mengajarkanku hal-hal baru yang aneh. Mengenalkanku pada teman-teman baru yang wujudnya bukan manusia. Aku tahu ini sangat janggal namun mau bagaimana? Diumurku yang kedua belas ini, hanya monster-monster inilah yang seakan mau menemaniku. Kuikuti semua maunya, kubiarkan mereka menguasai diriku, kubebaskan mereka menghitamkan jiwaku. Tak bisa kupungkiri bahwa ada bagian diriku yang sudah hancur, layu, dan warna yang bisa kullihat hanyalah monokrom. Semua hanya karena kenaifanku menganggap para monster adalah teman yang kan membantuku. Bodohnya aku. Hanya karena aku benar-benar takut sendiri tanpa teman. Ya, yang kubutuhkan hanya seorang teman, namun di dunia manusia tak kudapatkan makhluk yang bernama 'teman', jadi ciptakan sendiri, di dunia ku sendiri. Ciptaan yang tanpa disadari menghancurkan tuannya sendiri. Layaknya senjata makan tuan. Sakit, pedih namun melegakan saat kucoba menggoreskan senjata milik temanku yang menawarkannya seakan memberikan kesenangan. Monster-monster ini merajalela. Aku baru ingat karena ada seseorang yang mengingatkanku, bahwa aku sempat benar-benar putus asa. Aku yang selama ini hidup sendirian dengan jiwa yang kesepian, bingung dan heran pada emosi ku sendiri. Kukira aku menerima sambutan pertolongan dari seorang teman, "Marchel Alfa Aria " namanya. Aku disini, pada titik paling menjijikan, aku terjebak dalam diriku sendiri. Aku yang sejak dulu tak punya tempat melampiaskan emosi burukku, aku yang tidak pernah sanggup menunjukkan emosiku, dan aku menciptakan "Aliven" lain, Aliven yang lebih kuat, Aliven yang lebih keren. Sampai akhirnya aku muak pada diriku sendiri. Aliven mulai melakukan kehendaknya semaunya, ingin mengendalikan tubuhku sepenuhnya. Pada titik ini, sampai titik ini. Aku benar-benar putus asa. Aku tak bisa memenangkan tubuhku lagi, ia seringkali datang dalam kehidupan malamku. Mengusik orang-orang yang masih mau berbincang padaku. Tolong, bantu aku. Aku selalu berteriak sepanjang malam namun tak ada seorang pun yang mendengar, aku ditelan oleh diriku sendiri. Lalu dengan naifnya aku mengira akulah yang ditawarkan pertolongan oleh temanku, Marchel. Aku meminta bantuannya, aku meminta pertolongannya, dengan bodohnya aku bertanya "Apa kau mau berteman dengan seorang sakit jiwa", dan aku sangat benci jawabannya,"Ya, aku mau". Namun ketika ia tahu kebenarannya, duniaku hancur. Ia memandangku dengan tatapan orang-orang yang kutemui saat aku masih SD, menyedihkan. Kini aku sadar, ia tidak pernah mengulurkan tangannya, sejak awal akulah yang menarik tangannya dengan paksa. Ia tidak pernah meninggalkan ku, sejak awal aku memang tidak punya siapa-siapa. Aku makhluk yang tak berguna ini pun sempat berusaha dan berjuang menjadi yang dunia harapkan. Percayalah, aku telah melampaui batas kemampuuanku. Aku yang gelap ini memiliki harapan untuk bisa menjadi setitik cahaya untuk seseorang. Bukankah lucu? Harapan bodoh.

I am AliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang