Megan turun dari mobil mewah yang menjadi alat transportasinya dari Apartemen, ke Kantor. Mobil itu adalah seri terbaru dari kelas Lamborghini, yang selalu membuat para karyawan meneteskan liur mereka. Secara harfiah.
Kedatangan Megan langsung disambut ramah oleh para Karyawan. Berbagai sapaan dia terima, mulai dari yang tulus menyapa atau sekedar cari muka.
Siapa yang tak terpesona pada Megan, dia masih muda tapi berhasil menjadi CEO sukses dengan kadar ketampanan maksimal. Sikapnya yang dingin, jarang tersenyum apalagi berinteraksi dengan karyawan, membuatnya makin jadi bahan kepoan para gadis di sana.
"Selamat Pagi, Pak. Ada beberapa berkas yang harus Bapak tanda tangani, semua berkas itu sudah saya titipkan pada sekretaris Bapak," ujar salah seorang Staff kepercayaan Megan.
"Baik," jawab Megan seadanya.
BRAK!
Secangkir kopi tanpa sengaja tumpah mengenai kemeja putih Megan. Semua orang membelalakkan mata lebar-lebar.
"Ma-maaf, Pak, saya teledor," ujar salah seorang Office Girl bermuka pucat. Tadi dia sangat terburu-buru untuk menaruh Kopi itu ke Ruangan salah satu petinggi Perusahaan yang sangat tidak suka bila tidak ada kopi di mejanya saat dia datang. Makanya wanita itu tak berhati-hati sehingga menabrak Megan tanpa sengaja.
"Pecat dia!" teriak Megan tanpa mau memaafkan kesalahan wanita yang sudah tua itu.
"Pak, Pak tolong... Tolong jangan pecat saya. Tolong..." mohon wanita itu sambil berlutut di depan kaki Megan. Dia sudah belasan tahun bekerja sebagai Office girl di Perusahaan itu, sejak Zaman Papanya Megan masih memimpin perusahaan.
Megan tidak menggubrisnya, dia melangkah pergi tanpa belas kasihan. Begitulah Megantara Arion Melviano, pria kejam tak berperi-kemanisiaan yang sangat suka memecat karyawan meski hanya dengan kesalahan kecil saja.
Para karyawan menatap prihatin pada wanita itu, tanpa ada yang mau perduli lebih dalam karena takut terkena imbasnya juga.
Megan memang kejam, siapapun mengakui itu. Dia tak bisa dikendalikan, bahkan oleh Papanya sendiri.
Namun tanpa semua orang tau, di balik kerasnya sikap Megan, ada yang sedang dia lindungi, yaitu hatinya.
✿✿◕‿◕✿✿
"Pak, berkas-berkas ini berisi data para karyawan magang yang mulai bekerja di Perusahaan kita besok," beritahu Marsya, selaku Staf HRD di perusahaan itu.
"Baiklah, kamu taruh saja di meja," suruh Megan tanpa mengalihkan matanya dari layar laptop.
"Ehm," Marsya berdeham, nampak cemas. "Di antara para karyawan magang itu, salah satunya saya tempatkan pada bagian perencanaan untuk..."
"Apa kamu bilang?!" Megan sontak menoleh pada Marsya dan marah. "Kamu menempatkan karyawan magang yang bahkan baru bekerja di perusahaan besok pada bagian perencanaan? Apa kamu bercanda, Marsya?"
"Ma-maaf, Pak, tapi kita kekurangan orang. Saya sudah membaca profil dari karyawan magang tersebut dan saya rasa dia cocok untuk menempati posisi yang masih kosong di divisi perencanaan. Head HRD pun setuju, karena posisi ini memang sedang urgent, Pak. Hanya untuk sementara waktu sebelum kami bisa menemukan karyawan yang sesuai dengan kriteria perusahaan, Pak." Marsya menjelaskannya panjang lebar.
Megan menghela nafas. "Baiklah, saya akan ikuti kemauan kalian. Tapi perlu kalian ingat, bahwa Divisi perencanaan adalah tombak dari perusahaan ini. Sedikit saja kalian melakukan kesalahan, maka perusahaan ini akan Collapse. Pastikan Karyawan yang kalian pilih memang berkompeten dalam bidangnya, apalagi kita sedang menangani proyek besar. Saya tidak mau ada kesalahan sekecil apapun. Paham?"
"Paham, Pak." Marsya mengangguk mantap.
"Silahkan kembali bekerja," suruh Megan.
"Terima kasih, Pak." Marsya pun segera keluar dari Ruangan super mewah itu dengan menghembuskan nafas lega.
Megan menekan tombol di salah satu telepon, sekertaris pribadinya menerima panggilan itu dengan cepat.
"Naomi, kenapa pakaian ganti saya belum juga tiba? Apa kamu ingin saya memakai pakaian kotor ini untuk meeting nanti?" sergah Megan.
"Ma-maaf, Pak. Akan segera saya urus," ujar sang Sekretaris.
Hari ini Mood Megan benar-benar rusak gara-gara tragedi kopi tadi. Dia paling tidak suka bila pagi-pagi dibuat marah, karena akan berefek seharian hingga membuatnya uring-uringan.
✿✿◕‿◕✿✿
"Gimana, Sya?" seorang wanita bertanya dengan antusias pada sahabatnya yang baru saja kembali.
"Gila ya lo, gue rasanya mau mati tau nggak? Ngadep Pak Megan itu berasa ngadep singa, serem gila," keluh Marsya.
"Emang galak banget?" tanya wanita itu penasaran. Rada sedikit ngeri juga karena sebentar lagi Megan akan menjadi boss-nya juga.
"Hmm, bukan cuma galak, tapi ular kalah kali berbisanya sama dia. Gue bisa panas dingin lama-lama liat muka gantengnya itu," pipi Marsya seketika bersemu merah.
"Yeeee," wanita itu memukul lengan sahabatnya itu.
"By the way, Ta, lo kenapa sih maksa banget pengen gabung ke Divisi perencanaan? Lo tau kan gimana beratnya bergabung di sana? Gue aja ogah!"
"Gue pengen buru-buru lulus kuliah, Sya. Gue harus dapetin nilai A, untuk itu Divisi inti pada perusahaan akan membawa gue kesitu."
"Hmm, karena Arsen kan? Karena dia lo jadi pengen lulus kuliah dan nikah sama dia?"
Wanita itu tersenyum malu-malu. Dia bernama Titania Elara, biasa dipanggil Tita. Dia adalah mahasiswa tingkat akhir yang akan magang. Keberuntungan Tita adalah memiliki sahabat yang sudah bekerja lebih dulu pada sebuah perusahaan besar, bagian HRD pula. Jadi, dia bisa sedikit KKN untuk bisa magang di perusahaan itu.
"Tapi lo harus inget, Ta, jangan bikin kesalahan. Bisa digorok gue sama Megan. Dia udah wanti-wanti gue," Marsya memperingatkan.
"Lo tenang aja, gue nggak sebodoh itu sampai harus mengorbankan kuliah gue cuma untuk hal-hal bodoh." Tita meyakinkan Marsya.
"Oke, tenang gue kalo gitu." Marsya menghempas pantatnya ke kursi kerjanya. Bertemu Megan bagaikan mengikuti perang, lelahnya minta ampun. Lelah dengan pesona dan kesangaran pria itu.
"Besok, gue udah mulai kerja nih?" tanya Tita.
"Hmm," jawab Marsya.
"Pakek jeans boleh?"
"Mau gue mutilasi lo?!" sergah Marsya.
"Hahaha, becanda kali, Neng." Tita tertawa keras.
"Ya kali lo mau pakek jeans ke kantor, lo pikir ini Mall?" keluh Marsya.
"Hehehe, otak gue masih sehat kok, tenang aja. Paling geser pas Arsen lagi bikin ulah doang," Tita tercengir.
"Dia masih suka selingkuh?"
"Nggak kok."
Jawaban Tita itu terdengar meragukan. "Gimana mungkin lo bisa percaya untuk menikah dengan cowok yang nggak bisa setia, Ta?"
"Makanya gue mau buru-buru nikah sama Arsen, biar gue bisa kasih segalanya ke dia. Jadi dia nggak perlu cari pelampiasan di luar lagi," jawab Tita dengan tenang.
"Hati lo terbuat dari apa sih, Ta. Arsen itu nggak akan pernah berubah, percaya sama gue."
Tita tersenyum. "Gue selalu percaya sama lo, tenang aja." Kemudian dia berdiri dan menyandang tasnya. "Gue harus cari pakaian kerja dulu, biar besok gue nggak kelupaan sampe harus pakek jeans."
Marsya melotot dan hendak melempar Tita dengan buku, tapi wanita itu keburu keluar dari ruangannya.
✿✿◕‿◕✿✿
Ebook sudah Ready yaaaaaa ...
Kalian bisa WA admin ke 0813-777-333-41Tapi tenang, akan tetap update sampai tamat dengan jadwal yang teratur setiap hari Selasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Boss!
Любовные романыMegantara Arion Melviano, seorang CEO muda, tampan dan penuh pesona. Dia tidak percaya pada wanita dan cinta sejak tunangannya memilih laki-laki lain yang lebih mapan di saat dirinya masih berstatus Mahasiswa. Lalu ada lagi seorang wanita bernama Ti...