🥂The First Meeting

35.4K 2K 57
                                    

"Wuihhh, cantik banget lo!" puji Marsya pada Tita yang telah memakai seragam kerja formal.

Tita dan Marsya kebetulan tinggal di kos-kosan yang sama, bersebelahan kamar. Mereka berdua merupakan teman sejak kecil. Meski usia Marsya dua tahun lebih tua dari Tita, tapi sifat Marsya terkadang jauh lebih childish.

"Kan lo sendiri yang bilang kalo gue harus tampil layaknya anak kantoran meskipun gue cuma anak magang. Iya kan?"

"Perfecet," Marsya mengacungkan dua jempolnya.

Tita tersenyum bangga.

"Udah yok, nanti kita telat. Jakarta langganan macet kalo pagi, jadi kita jangan sampe kalah dengan mentari," ajak Marsya.

Keduanya pun berangkat bekerja bersama dengan menggunakan mobil Marsya. Kebetulan, letak kantor cukup jauh dengan kos-kosan sehingga mereka harus berangkat lebih pagi.

Selama perjalanan menuju ke Kantor, Tita sibuk dengan ponselnya. Dia ingin mengabari Arsen kalau dirinya sudah mulai bekerja hari ini. Soalnya sejak kemarin, Arsen tidak bisa dihubungi.

"Berasa jadi sopir deh gue," sindir Marsya.

"Ups," Tita tercengir dan segera memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Ta, hari ini Team perencanaan bakal ngadain meeting, lo harus ikut. Gue denger si Megan juga bakal dateng. Gue saranin sama lo untuk sembunyi dari tatapan tuh cowok, sebisa lo deh pokoknya."

"Loh, kenapa?"

"Pakek nanya lagi, udah ikutin aja."

"Gue harus tau alasannya dong."

Marsya menghela nafas. "Megan itu orangnya susah ditebak, dia bisa gampang banget berubah mood. Jadi jangan sampe lo kena imbasnya saat mungkin mood dia lagi jelek. Lo nggak mau kan dipecat di hari pertama lo, kerja?"

"Emang itu orang punya kebiasaan memecat tanpa alasan?" tanya Tita keki.

"Itu adalah salah satu keahlian Megan yang nggak bisa diganggu gugat," jawab Marsya.

"Lo tenang aja, gue nggak akan semudah itu dia singkirkan," ujar Tita percaya diri.

"Eh, nenek lampir, lo lupa kalau itu perusahaan dia?"

"So...?" tanya Tita dengan sebelah alis terangkat.

"Hak dia mau pecat siapa aja. Sejauh ini semua karyawan yang dia pecat nggak bisa berbuat apa-apa selain pasrah."

"Lo tenang aja, gue bukan tipikal cewek yang pasrah sama keadaan, apalagi kalo ditindas."

Marsya menggelengkan kepalanya. Dia mengira Tita sudah salah makan pagi ini dan berharap sahabatnya itu tidak berbuat ulah di hari pertamanya kerja.

✿✿◕‿◕✿✿

Tita disambut hangat oleh beberapa orang di Divisi perencanaan, khususnya para laki-laki di sana. Hanya sebagian kecil yang memandangnya sebelah mata lantaran dia adalah karyawan magang. Tapi Tita tidak perduli, dia tidak akan mengusik orang lain selama orang tersebut tidak mengganggunya.

"Gue udah cantik belom?" tanya salah seorang wanita di sana. Sejak tadi dia hanya menatap cermin kecil di tangannya.

"Udahhh, jangan lo tambah-tambah lagi bedaknya, nanti malah kayak badut," teman di sebelahnya mengingatkan.

Tita hanya melirik sekilas, kemudian kembali fokus pada kertas-kertas yang akan menjadi bahan meeting hari ini. Dia harus mempelajarinya dan menguasai setiap materis yang ada di dalamnya.

"Woi, Pak Megan udah mau kesini," ujar salah seorang yang masuk dengan tergesa-gesa.

Keadaan menjadi sibuk seketika. Para wanita tadi mulai membereskan alat rias mereka dengan terburu-buru. Para pria yang sibuk bermain game pun langsung mematikan ponsel mereka. Cara duduk mereka seketika kompak, seperti murid yang sedang menyambut kedatangan gurunya.

Pria yang selama ini selalu Marsya bicarakan dengan segala pesona dan kengeriannya, akhirnya muncul juga. Ini pertama kalinya Tita melihat Megan, meski nama pria itu sudah sangat melekat di otaknya karena Marsya selalu menyebutnya.

Megantara Arion Melviano, memiliki wajah tampan, tubuh atletis dan tatapan setajam burung elang.

Semua lantas berdiri, melihat itu Tita jadi ikutan berdiri. "Selamat pagi, Pak!" sapa semua orang.

"Pagi," jawab Megan datar. Begitu dia duduk, barulah semua orang duduk.

Salah seorang Asisten kepercayaan Megan, bernama Fandy, memulai meeting dengan menyebutkan segala sesuatu yang Megan inginkan untuk proyek besar ini. Semua terlihat mengamati dan mendengar dengan seksama, ada yang mengangguk, namun ada juga yang masih belum paham.

"Apa kalian sudah mengerti dengan apa yang diinginkan oleh Pak Megan?" tanya Fandy.

Semua mengangguk patuh, kecuali Tita. Dia mengangkat tangan,membuat semua orang menoleh ke arahnya dengan tatapan curiga. Termasuk si boss besar, Megan, yang langsung menatap Tita dengan tajam.

"Ada apa Tita?"

"Maaf sebelumnya, Pak, saya hanya ingin menyampaikan pendapat saya tentang ide penggunaan material yang menurut saya kurang Pas dengan budget yang kita sesuaikan. Bila material yang kita gunakan semuanya menggunakan kualitas-kualitas premium, maka proyek ini akan mengalami kerugian."

Semua terkejut mendengar itu. Tita berani mengkritik rencana Megan di saat dirinya baru hari ini bergabung di Perencanaan. Padahal rencana Megan itu sudah ada sejak satu bulan yang lalu dan tak pernah ada satu orang pun yang berani menentang.

"Kamu siapa ya?" tanya Megan. Dia tadinya tak menyadari keberadaan Tita, karena Megan memang tidak pernah menatap para karyawannya satu persatu. Sosok Tita yang terasa asing, membuatnya mengerutkan kening.

Tita lantas berdiri dan menatap Megan dengan berani. "Saya Titania Elara, Pak. Saya karyawan magang yang baru bergabung hari ini," ucapnya memperkenalkan diri tanpa rasa takut.

Megan menatap Tita dengan tajam, cukup lama hingga membuat semua orang menahan nafas. Entah apa yang akan Megan lakukan pada Tita, tapi yang pasti mereka semua akan terkena imbasnya.

Tita duduk kembali.

"Cari mati tuh anak," ujar Marsya yang sejak tadi sangat kepo hingga nekat mengintip dari balik jendela kaca, untuk melihat bagaimana sahabatnya bekerja hari ini.

"Kita bakal diajak mati juga sama dia," sambung Mada. Dia adalah Head HRD yang merupakan pacar dari Marsya.

✿✿◕‿◕✿✿

Kalian Tim mana nih.

Baru mulai baca?

atau tim baca ulang?

Hey, Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang