🥂One Chance

30.1K 2.3K 37
                                    

Masih selowwww 🤭

🌺🌺

Meeting akhirnya ditunda, semua Karyawan disuruh kembali ke tempat masing-masing untuk melanjutkan pekerjaan. Semua orang menghujani Tita dengan tatapan marah, lantaran posisi mereka saat ini berada di ujung tanduk, gara-gara keberanian Tita tadi.

Sementara Tita masih santai saja karena mengira dirinya tidak bersalah sama sekali. Dia merasa apa yang diutarakannya tadi adalah sebuah kebenaran dan merupakan hal yang baik untuk project.

"Tita, lo dipanggil ke Ruang HRD," ujar Bani, yang baru saja masuk dan membawa begitu banyak berkas.

"Kita bakal lembur lagi malam ini," keluh Bani dan langsung disambut oleh keluhan yang lainnya.

"Gila, ini kan malam minggu," protes Yudha.

Tita segera keluar dari Ruangan itu karena telinganya panas mendengar namanya selalu disebut-sebut sebagai penyebab lemburnya mereka malam ini.

Tita pergi ke Ruangan HRD yang berada di lantai 5. Sepertinya nama Tita mulai tersebar luas di perusahaan gara-gara kejadian tadi. Buktinya semua orang sedang menatapnya saat ini, dengan tatapan yang tidak bersahabat.

Tita pun masuk ke Ruangan sahabatnya itu, ternyata di sana juga ada Mada.

"Hai," sapa Tita dengan ramah. Tapi wajah Marsya dan Mada terlihat muram.

"Ta, kenapa sih lo nggak nurut aja dengan ide gue tadi pagi?" tanya Marsya sedikit mengeluh.

"Ide apaan?" tanya Tita bingung.

"Gue kan udah bilang, lo sembunyi aja. Jangan menampakkan diri di hadapan Megan, dia itu berbahaya. Eh, bukannya sembunyi, lo malah terang-terangan menunjukkan diri," keluh Marsya. "Pakek acara nentang dia segala, lagi."

"Loh, gue ngelakuin hal yang bener, Sya. Kalau project ini dijalankan dengan apa yang mereka rencanakan, maka semuanya akan failed. Perusahaan ini bakal rugi besar. Apa gue salah kalau gue memperingatkan mereka?"

"Duh, Ta, lo tuh baru di sini. Selama ini Pak Megan selalu sukses menangani project apapun. Dia pasti udah bikin Plan B, misalkan Plan A dia memang gagal. Tugas kita hanyalah melakukan apa yang sudah dia tentukan," Marsya kembali mendebat.

Tita menghela nafas.

"Dan sekarang, kita bertiga dipecat karena keberanian lo itu," ucap Marsya lagi.

Mata Tita sontak terbelalak lebar. Dia menatap Marsya dan Mada bergantian. Dari ekspresi keduanya, sepertinya mereka serius soal pemecatan itu.

"Nggak bisa seenaknya gini dong!" protes Tita marah.

"Bisa aja, soalnya ini Megan, bukan lo. Dia itu nggak punya hati, ngerti lo?" Marsya terlihat sedikit marah dengan Tita. Bagaimana tidak? Dia sudah sangat bersusah payah untuk bisa masuk MAM Company, ditempatkan pada posisi enak pula. Tapi tiba-tiba, sahabat terbaiknya membuat dirinya dipecat dalam sekejap.

Mada sejak tadi hanya diam. Tapi dari ekspresinya, Mada pun nampak sangat kecewa.

"Gue bakal urus ini," kata Tita yang kemudian berdiri.

"Eh, lo mau ngapain lagi?" tanya Marsya.

Tapi Tita telah keluar dari Ruangan itu.

✿✿◕‿◕✿✿

BRAK!

Megan begitu terkejut saat pintu ruangannya dibuka dengan kasar oleh seorang wanita dari luar sana. Wanita itu terlihat marah, dia berjalan mendekat dengan langkah lebar dan tatapan layaknya pembunuh berdarah dingin.

Hey, Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang