Semua karyawan di bagian Divisi perencanaan dibuat kaget saat tiba-tiba mereka diajak meeting di jam pulang bekerja. Dengan wajah cemas, mereka semua duduk di Ruangan meeting itu bersama seorang Megan yang dingin.
"Apa kita semua akan dipecat?" tanya Jihan, berbisik pada salah seorang teman di sebelahnya.
"Duh, jangan dong," balas Rani berbisik.
Tita yang sejak tadi duduk di kursinya cuma bisa diam saat mata Megan terus menatapnya dengan tajam. Dia merasa terintimidasi kali ini, sungguh.
"Saya ingin memberitahukan pada kalian, bahwa ada sedikit perubahan pada project kali ini," ucap Megan tanpa berbasa-basi.
Semua sudah sangat cemas, mereka saling pandang dengan lirikan mata sebagai kode ketakutan.
"Bahwa Project dari Milenieal Industries akan dipimpin oleh Titania Elara."
Semua orang sontak terkejut, mereka menatap Tita tak percaya. Keputusan Megan ini menggemparkan Divisi Perencanaan, bagaimana bisa seorang Karyawan magang akan memimpin sebuah Project yang begitu besar nilainya.
Sementara yang diberikan kekuasaan, malah menatap Megan dengan mata terbelalak lebar. Dia sama sekali tak mengetahui rencana ini, mereka tak membicarakannya saat di Ruangan Megan tadi.
"Semua sudah saya limpahkan, jadi apapun yang saudari Tita putuskan maka itulah yang akan terjadi pada Project ini," ucap Megan lagi.
Tidak tanggung-tanggung, Megan sepertinya memang sudah kehilangan akal sehat. Bisik-bisik pun menggema di sana, mengatakan kalau Tita telah melakukan sesuatu pada Megan sehingga Boss galak itu bertindak seaneh ini.
"Meeting selesai. Besok pagi kita berkumpul kembali di sini, untuk memulai project ini dari awal lagi. Mengerti?"
"Mengerti Pak!"
Megan pun berdiri, dia menatap Tita yang juga sedang menatapnya dengan jenis yang sangat meremehkan. Seolah-olah tatapannya itu bilang, "ini pelajaran buat wanita sombong seperti kamu."
Semua karyawan masih sibuk bergosip di Ruangan itu, sementara Tita dengan cepat keluar untuk mengejar Megan.
Tita menemukan Megan di depan pintu utama Loby, dengan mobil mewah yang telah terparkir di sana. Sebelum Megan masuk ke mobil, Tita lebih dulu menghadang langkah CEO tampan itu.
"Pak, kenapa anda mengambil keputusan secara sepihak seperti ini? Apa maksudnya saya harus memimpin project besar ini dengan menggantikan Bapak?" tanya Tita, protes tepatnya.
"Kenapa, kamu takut? Bukankah ini adalah salah satu cara terbaik untuk kamu merealisasikan pendapat kamu itu?"
Tita terdiam.
"Kamu bisa mengundurkan diri kalau memang tidak sanggup. Akui saja, kamu kalah," tantang Megan.
"Ini bukan soal kalah ataupun menang, Megan. Ini bukanlah sebuah keputusan yang bisa kamu ambil secara sepihak tanpa meminta pendapat dari semua Team." Tita dengan lancang memanggil Megan tanpa embel-embel "Pak".
Megan tersenyum miring. Aneh memang, dia seperti sedang menemani tikus kecil bermain. Padahal ini bukanlah gaya Megan.
"Tapi, baiklah. Kalau anda memang ingin menguji potensi saya, akan saya tunjukkan bahwa semua plan anda pada Project ini memang salah besar." Tita tersenyum miring.
Megan mengepal tinju ketika Tita pergi dengan begitu sombongnya. Dia tidak pernah mendapatkan perlakuan sehina ini dari Karyawannya.
"Ck ck ck, anjir tuh cewek, makan apa ya dia?" tanya Fandy sambil menepuk pundak Megan. Fandy adalah Asisten pribadi Megan, sekaligus sahabatnya sejak kecil. Mereka berdua itu tidak terpisahkan. Bahkan ada gossip yang beredar kalau keduanya pasangan sesama jenis.
✿✿◕‿◕✿✿
"Jadi, menurut saya kita tidak perlu menggunakan material-material dari hasil import, dikarenakan harga yang harus kita keluarkan sangatlah mahal. Sementara di Indonesia ini, masih banyak suplier yang menjual berbagai material premium dengan harga yang jauh lebih murah. Contohnya kita bisa mencoba dengan brand ini..."
Tita mengganti layar dengan slide kumpulan brand material beserta harganya. Di sana juga ada perbandingan bahan dari material yang semula dipilih Megan dengan bahan dari material yang diganti oleh Tita. Di sana terlihat jelas kalau tidak ada perbedaan sama sekali dari nilai bahan, kualitas serta kepuasan pelanggan yang pernah mencobanya.
"Shine Company, sering sekali mendapatkan tender untuk membangun hotel berbintang lima dengan menggunakan bahan-bahan lokal ini, terbukti setelah puluhan tahun hotel tersebut tetap berdiri kokoh. Tidak ada complain sama sekali," ujar Tita lagi.
"Jadi menurut saya, dari pada kita memasok material dengan harga yang sangat mahal, lebih baik kita memperbaiki kualitas pekerja di lapangan."
Megan mengamati setiap presentasi Tita yang sialnya sangatlah mengesankan. Wanita itu berdiri di depan layar sorot, dengan wajah bercahaya. Tidak ada rasa gugup sama sekali saat Tita menampilkan hasil kerjanya di depan semua orang yang jauh lebih senior.
"Dengan mengganti suplier dari material yang akan kita gunakan, bukan berarti kita mengurangi kualitas pekerjaan kita untuk mencapai keuntungan yang lebih besar. Melainkan, kita mengurangi resiko kerugian, namun tetap memberikan kualitas yang terbaik untuk Client."
Semua nampak tak bisa menyembunyikan kekaguman mereka pada Tita. Apa yang Tita utarakan, merupakan terobosan yang benar. Bila Project kali ini berhasil dengan mengacu pada konsep kerja Tita, maka Margin Perusahaan akan naik dan mereka bisa memperoleh bonus lebih banyak tahun ini.
Kemudian slide beralih pada struktur bangunan yang akan dikerjakan pada Project ini.
"Dengan perencanaan yang matang, budget yang sesuai, kualitas pekerja yang memadai, serta material yang cukup, saya jamin kita akan mampu menaikkan margin sebesar 25% dari rencana awal. Margin ini nantinya akan semakin meningkat apabila pada Project-project selanjutnya kita tetap mempertahankan sistem kerja yang seperti ini."
Semua mulai mengangguk setuju.
Megan memainkan pulpen di tangannya, dia menatap Tita, bukan pada layar. Sejak tadi, semua yang Tita kerahkan untuk presentasi tidak ada yang salah sedikitpun, malah luar biasa. Tidak ada yang pernah memberikan presentasi sebaik Tita, karena mungkin kebanyakan dari mereka semua terlalu takut menghadapi Megan.
"Kuncinya hanya satu, yaitu tepat waktu. Selain hasil kerja yang bagus, biasanya Client juga mengutamakan progress yang cepat. Bila kita mampu memberikan apa yang mereka inginkan, tidak menutup kemungkinan kita akan mampu mendapatkan tender berikutnya dari Perusahaan mereka tanpa perlu bersaing dengan kompetitor lain."
"Sekian."
Prok. Prok. Prok.
Semua orang memberikan tepuk tangan pada Tita. Mereka mengucapkan kekaguman atas presentasi yang menakjubkan itu.
Tita pun tersenyum pada semua orang dan mengucapkan terima kasih atas pujian yang terlontar. Kemudian dia menatap Megan, menaikkan sebelah alisnya. Seolah berkata, "gue di lawan!"
Megan pergi tanpa berkata apa-apa, dia meninggalkan ruangan meeting bersama asistennya, Fandy.
✿✿◕‿◕✿✿
Happy reading^^
Momi akan sangat senang kalau kalian mau vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Boss!
RomanceMegantara Arion Melviano, seorang CEO muda, tampan dan penuh pesona. Dia tidak percaya pada wanita dan cinta sejak tunangannya memilih laki-laki lain yang lebih mapan di saat dirinya masih berstatus Mahasiswa. Lalu ada lagi seorang wanita bernama Ti...