"Sekarang lo liat kan, siapa yang lemah?"
Varo masih tengah menatap tubuh--lebih tepatnya pakaian Viona yang sudah robek. Tulangnya? Ia habiskan juga. Entahlah giginya itu mengandung kalsium berapa karat.
"WOY JALANG! JAWAB!" Varo meneriaki pakaian Viona. "Keparat!"
Ia merasa dirinya itu sudah gila. Meneriaki sebuah pakaian yang robek."Puas udah bunuh adek gue?"
Suara itu membuat Varo menoleh. Sesosok perempuan dengan rambut acak-acakan yang diikat sekenanya.
Wanita itu tersenyum miring, "Ilmu membunuhnya memang masih dangkal. Tapi, ambisinya ngalahin apapun." Ia melirik ke arah pakaian Viona.
Varo menaikkan alis dengan sedikit lengkungan di bibirnya, "Lo gak sedih adek lo gue makan?"
Xian sedikit tertawa kecil, "Sedih? Keluarga psikopat abadi Sierra sedih? Konyol!" Ia melempar batu ukuran sedang ke arah Varo lebih tepatnya, matanya. Untung ia bisa menghindar.
"Hoo.. jadi salah satu keluarganya turun tangan untuk balas dendam atas matinya jalang lemah ini?" Varo menutup wajahnya tak percaya.
Xian yang mendengar itu hanya tersenyum miring, "Jadi ini yang bunuh adek gue? Cowok bacot dengan ilmu kebal berlagak banci?" Kenapa adiknya itu bisa mati dengan mudah ditangan keparat ini?
Taring-taring Varo mulai menajam, "Jaga omongan lo, kalo gak mau kayak adek lo ini!" Ia menunjuk pakaian Viona kembali.
Xian seperti tak menghiraukan ucapan Varo, "Vi, kenapa lo bisa dengan mudah mati ditangan keparat bangsat kayak dia sih? Malu-maluin marga Sierra aja."
Varo benar-benar sudah tidak tahan. Kuku-kukunya kembali panjang dan tajam, taringnya menjadi lebih panjang dan kuat, kedua anggota tubuhnya itu bisa menghancurkan batu besar sekaligus.
Xian tetap dalam kondisi tenangnya, "Hoo... sang monster marah ya? Apa perkataan gue bikin lo marah?" Ia bertanya mendekati Varo tanpa memegang senjata apapun.
Bola mata Varo sudah berubah menjadi merah. "Mata lo kenapa? Diwarnain pake spidol kah?" Xian benar-benar tidak takut dan bersikap sangat sangat tenang.
"LO NGEREMEHIN GUE, HAH?!" Suaranya yang bukan seperti manusia lagi, membuat burung-burung terbang ketakutan mendengarnya. Tetapi kesadarannya masih menjadi manusia. Belum terpengaruh sepenuhnya.
Xian mengerutkan alisnya, "Ngeremehin? Enggak kok. Gue cuma nanya, apakah bukan banci namanya kalau bertarung pake ilmu kebal? Gitu." Ia menaikkan bahunya dengan wajah yang ... entahlah.
Varo benar-benar tak tahan dengan sikap Xian yang semakin membuatnya marah. "LO MAU GUE MAKAN JUGA, JALANG?!"
Xian berhenti memutari Varo, kemudian menatapnya lekat-lekat. "Apa lo bilang tadi? Coba ulang." Bola mata hijaunya yang menusuk itu tidak membuat Varo takut. Seharusnya Xian lah yang takut padanya.
"JALANG BRENGSEK!" Varo menancapkan gigi-giginya ke leher Xian. Tidak ada perlawanan darinya.
Saat Varo mulai mengais-ngais kukunya ke bagian tubuh Xian, cewek itu tak meringis sedikit pun. Saat ia kembali menancapkan kuku-kuku tangannya ke kepala Xian, cewek itu hanya mengaduh gatal.
"HEH, KEPARAT! GAUSAH SOK NGATAIN GUE BANCI KALO LO SENDIRI JUGA PAKE ILMU KEBAL!"
Saat Varo mencabik-cabik tubuh Xian, bagian yang telah ia cabik itu tumbuh membentuk sendiri. Varo terkejut dibuatnya. "JALANG! MAKSUD INI APA HAH?! LO PERMAININ GUE?!" Ia menunjuk lengan Xian yang baru saja ia cabik dan tumbuh kembali seperti semula. Mana ada yang seperti itu?
Melihat kebingungan dan kekesalan di wajah Varo, Xian tertawa dengan sangat keras. Sampai bebatuan terbelah dan pohon tumbang dibuatnya.
Tangan Varo kembali melayang ke wajah Xian dan menggoresnya. Tetapi, tak lama luka itu menutup kembali secara sempurna. Ini sungguh tidak masuk akal.
"Var, lo kira adek gue sama gue itu sama? Lo kira, kemampuan adek gue yang dangkal itu berarti gue juga dangkal?! IYA?!" Xian membentak Varo dengan teriakan yang sangat menggelegar.
"JAWAB GUE, KEPARAT! IYA KAN?!" Varo tak bisa membuka mulutnya, hanya kedua bola matanya yang masih menatap mata hijau Xian yang sangat tajam.
Xian mendekati Varo, "Ternyata, keluarga Reomus gak punya otak semua ya. Baru tahu." Ia memasang senyum remeh ke arah Varo.
Varo menunduk dengan taring dan kuku yang kembali menajam. "Mending lo balik ke tempat lo sana. Mumpung gue lagi ngasih kesempatan." Xian memainkan jemarinya yang sudah menjadi kebiasaan ketika sedang meremehkan orang lain.
Varo sepertinya sedang mengumpulkan semua kekuatan yang masih ia punya.
Varo tidak kunjung merespon, "Oke. Kalo gitu, gue aja yang pergi. Gue begini, karena keluarga Reomus berkerabat dengan keluarga Sierra. Makanya, gue juga heran cuma lo yang memberontak."
"Untuk itu, gue gak bakal memulai kalo lo gak mulai. Bye!" Setelah mengucapkan itu, Xian langsung berjalan meninggalkan Varo.
Tetapi, tampaknya amarah Varo semakin menggebu-gebu.
Kemudian, ia berlari tanpa suara mendekati Xian yang masih santai berjalan. "Mati lo, jalang!" Lirihnya.
***
Jangan panas dulu guys! Sabar... masih ada yang lebih seru lagi!
Terus, jangan langsung menyimpulkan sifat kedua tokoh ini ya...
TINGGALKAN JEJAK SEBELUM SCROOL!
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Psycho [END]
Mystery / Thriller"Kalo membunuh itu jangan langsung dihabisi. Disiksa aja dulu." *** Cerita ini, lebih menceritakan tentang, "bagaimana cara seorang psikopat membunuh korbannya?" Cerita ini bukan creepy creepy an, tapi bagaimana kalian para readers menahan diri untu...