Bagian 1

2.3K 168 18
                                    

Kim Chaewon

Aku dan Minju sudah lama bertunangan. Kami bertunangan sejak berada di tingkat terakhir sekolah dasar. Saat itu aku cukup terkejut dengan keputusan kedua keluarga. Aku ingin menolak pertunangan itu, tapi aku juga takut terhadap mereka. Minju juga tidak dapat melakukan apapun meski aku tahu dia tidak menyutujuinya.

Sebelumnya, hubunganku dengan Minju hanya sebatas kenal. Aku mengenalnya karena ia anak dari rekan ayahku. Kami bahkan tidak pernah berinteraksi. Kami juga hanya bertemu ketika ada acara keluarga.

Seusai acara pertunangan yang bersifat tiba-tiba dan cepat. Aku bertanya pada ibuku, "Kenapa aku bertunangan dengannya? Kami bahkan tidak saling mengenal dengan baik." Ibuku kemudian tersenyum tipis. Ia mengelus rambut panjangku, lalu berkata, "Setidaknya kau sudah beberapa kali bertemu dengannya. Aku tahu ini sulit bagimu karena kau masih kecil. Ibu harap kau bisa bahagia bersamanya."

Setelah itu, ia kemudian meninggalkan ku yang terdiam. Ibuku benar, aku saat itu masih kecil dan tidak tahu apa-apa.

Sekarang, aku sudah berumur tujuh belas. Dan ayahku menyuruhku untuk tinggal disebuah apartemen bersama dengan Minju. Aku menoleh ke tempat ibuku duduk. Mencoba meminta bantuannya. Ia menatapku dengan tatapan maaf.

"Apa kau mendengarkanku, Chaewon?" tanya ayahku yang membuatku kembali menoleh kepadanya yang sedang sibuk dengan gadget.

"Iya, aku mendengarkan. Kapan aku mulai pindah?" balasku dengan bertanya.

"Aku sudah memanggil pelayan untuk memindahkan barang-barangmu ke apartemen pagi ini." Aku langsung menoleh ke kamarku. Ada 2 pelayan yang keluar masuk kamarku sambil membawa sebuah koper.

"Setelah sarapan selesai, kau langsung pergi menuju apartemen." aku menghela napas panjang. Ayah sangat serius dengan hubungan ini.

______

Aku sudah berada di depan apartemen yang akan kutinggali dengan Minju. Apartemen ini berada di kawasan elit. Aku mengira mereka akan menempatkanku dan Minju di tempat yang sederhana. Ternyata tidak.

Aku melangkah masuk ke dalam gedung. Menuju resepsionis untuk mengambil kunci apartemen. Setelah itu aku segera menuju ke lantai lima. Tidak butuh waktu lama untuk mencari tempat yang kutinggali.

Aku membuka pintu tempat yang kutinggali. Ruangan ini sangat luas. lebih luas dari yang kuduga. Aku berkeliling untuk melihat-lihat.

Ternyata ada dua kamar dalam ruangan ini. Aku tersenyum lega mengetahuinya. Aku tidak perlu tidur dengannya. Tiba-tiba aku mendengar sebuah bel berbunyi. Dengan segera aku menuju pintu lalu membukanya.

Kim Minju. Dia terlihat semakin cantik dan menawan. Aku terdiam melihatnya hingga ia berdehem.

"Maaf, masuklah." aku kemudian menyingkir dari pintu. Memberi jalan untuknya.

"Ruangan yang luas," ucapnya dengan melihat keseluruh ruangan.

"Ada dua kamar di ruangan ini. Kau ingin yang mana?" ia kemudian menatapku. Cukup lama kami bertatapan. Membuatku sedikit grogi.

"Kenapa?" tanyaku padanya akhirnya.

"Aku yakin pelayan kita sudah menaruh barang kita di kamar masing-masing. Tidak usah memilih juga sudah mendapatkan kamar tidur." Aku terdiam mendengar jawabannya. Ugh, aku merasa malu sekarang.

Kemudian aku duduk di sofa depan televisi. Ini sangat canggung. Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa padanya.

"Unnie, apa kau ingin jeruk peras?" ia bertanya dari dapur. Aku berpikir sejenak, sepertinya aku haus

"Iya! Tolong buatkan!" balasku dengan sedikit seruan.

Selang beberapa menit. Minju datang sambil membawa dua gelas jeruk ditangannya. Ia menaruhnya di meja kecil yang ada di depan kami. Setelah itu ia duduk di sampingku. Tubuhnya ia sandarkan pada sandaran sofa.

"Apa kau kelelahan?" aku bertanya padanya untuk mengetahui keadaannya.

"Sedikit," balasnya singkat lalu mengambila segelas jeruk dan meminumnya.

Saat ingin mengambil gelas. Ponselku tiba-tiba berdering. Ada panggilan masuk dan itu dari ayah Minju. Aku kemudian meminta izin untuk mengangkat panggilan.

Halo?

Kim Chaewon


Iya, ada apa, Tuan Kim?

Apa kau sudah bertemu dengan Minju?


Sudah, Tuan Kim.

Baguslah, aku hanya ingin bilang tolong jaga dia untukku. Kau bisa melakukannya, kan?

Iya, aku pasti akan menjaga Minju. Dia akan menjadi tanggungjawab saya, Tuan Kim. Sudah seharunya aku menjaganya.

Baiklah kalau begitu. Akan kuingat perkataanmu. Sampai jumpa, Chawon.


Aku menaruh kembali ponselku di saku celana. Perkataan ayah Minju membuatku teringat kalau suatu saat nanti aku akan menikah dengannya. Aku menghela napasku. Entah kenapa aku merasakan sakit pada dadaku.

Setelah berdiri cukup lama di balkon. Aku kembali masuk kedalam. Bergabung dengan Minju yang sedang fokus menonton televisi.

Sadar aku sudah kembali. Ia menoleh kepadaku. Menatapku dengan serius hingga membuatku sedikit salah tingkah.

"Unnie, aku ingin membicarakan sesuatu."

"Oh? Kau ingin membicarakan apa?"

"Hm ... aku yakin, baik kau dan aku tahu jika kita bersama karena pertunangan. Dan kita berdua juga tahu jika kita tidak saling cinta." Ia menjeda perkataannya. Membuatku menunggu kalimat selanjutnya.

"Karena itu, Unnie. Aku meminta izin padamu." dia memohon padaku. Aku tidak paham dengan yang ia katakan.

"Meminta izin?"

"Iya, aku menyukai seseorang di sekolah. Dan aku sangat ingin mendapatkannya. Aku ingin berpacaran dengannya, Unnie. Jadi izin kan aku untuk mendapatkannya."

Perkataannya membuatku terkejut. Haruskah aku mengizinkannya? Aku tidak tahu. Tapi jika tidak ku izinkan aku akan menyakiti hatinya.

"Baiklah, kau mendapatkan izinku." ia melebarkan matanya tepat ketika aku menyelesaikan kalimatku.

"Benarkah, Unnie? Unnie, serius memberiku izin?" aku hanya mengangguk melihat dia yang terlewat senang.


Senyumannya yang lebar membuat ia semakin cantik. Minju benar-benar orang yang menarik. Apapun yang ia lakukan selalu menarik perhatianku.

Namun sepertinya kau belum menyadari kehadiranku.

Kenapa aku merasakan sakit pada dadaku?

Kenapa? Apa aku mulai menyukainya? Minju?

Fiancee | [2kim]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang