BAB 11 : Kekalahan yang nyata

19 2 0
                                    

Alfred yang sedari dulu tidak pernah yang namanya memetik bunga, kini ia lakukan setiap hari. Membuat siapapun yang sudah kenal lama dengannya, dibuat heran.

Pak Den yang biasa mengurusi kebun miliknya itu pun kebingungan ketika melihat setiap hari Alfred datang untuk memetik setangkai mawar putih.

Sebenarnya, ia ingin sekali bertanya kepada tuannya itu, tapi nyalinya tidak cukup banyak untuk berbicara se-formal itu. Makanya, ia hanya diam dan membiarkannya saja.

Disatu sisi, Alfred semakin suka dengan rutinitas ini. Melihat mawar putih yang memukaunya itu membuatnya teringat dengan wajah Hira.

Setelah sudah mengambil setangkai bunganya, Alfred lantas kembali ke mansion. Di depan gerbang kebun, ia bertemu dengan Pak Den. Memberinya senyuman tipis, lalu kembali melanjutkan perjalanan.

Hutan pinus ditengah perjalanannya membawanya kepada kenangan ketika kali kedua ia membawa Hira kesini.

Mereka memetik beberapa tangkai mawar putih, menanam tanaman yang pertama kali Alfred lakukan, juga membuat sebuah memori paling indah yang pernah ada.

Hiranya selalu tersenyum kala itu. Dan Alfred ingin mewujudkannya kembali.

"Mobil anda sudah siap, Tuan." Kata pengawal saat Alfred sudah memasuki kawasan mansion.

"Baik."

Rutinitasnya, setelah mengambil bunga, Alfred langsung bergegas menuju rumah sakit. Menemui Hiranya.

***

Gera mengidap sebuah gangguan jiwa yang dinamakan kepribadian ganda. Gera merasa, ketika dirinya sedang dikuasai amarah, ia tidak sepenuhnya sadar. Ia seperti dikendalikan oleh orang lain.

Itu mengapa, ia suka membunuh orang-orang sekitarnya. Bahkan membunuh ayah kandungnya sendiri dan juga ibu tirinya-ibu Alfred.

Gera tidak merasakan bahwa dirinya yang membunuh mereka. Benar kata Alfred, yang membunuh bukan dirinya, tapi bayangannya.

Bayangan yang selama ini mengikutinya. Bayangan jahat yang tidak pernah menginginkan kedamaian. Bayangan yang selalu membuat emosinya tidak pernah terkontrol.

Keterpurukannya tidak hanya disitu, seminggu setelahnya, ia dinyatakan berhenti menjadi Manajer di perusahaan Geraldton yang selama ini dinaunginya, dibanggakannya, hingga menjadi saksi atas kejahatannya. Bukan, kejahatan bayangannya.

Semesta benar-benar benci kepadanya. Semua aksi pembunuhannya, sudah diketahui polisi. Dan saat ini yang bisa Gera lakukan adalah, pasrah. Semesta sudah merencanakannya.

Gera didekam didalam penjara seumur hidup karena banyaknya pembunuhan kejam yang ia lakukan. Gera tau, ia sudah kalah sebelum berjuang.

Hanya karena tamparan keras dari Alfred dengan kata-katanya, Gera kalah.

"Aku tidak butuh pengacara, sudah, biarkan aku membusuk dalam penjara." Katanya didalam sidang beberapa hari yang lalu.

Alfred yang hadir disitu, hanya diam menyaksikan. Dulu, ia memang ingin memusnahkan musuhnya yang satu ini. Tapi ketika Hira datang, keinginannya itu berubah, menjadi ingin menyadarkan musuhnya ini. Tanpa melukai siapapun.

Hira pernah berkata, "Kalau didalam hati manusia kebanyakan menyimpan dendam, nggak akan merubah semua yang diinginkan. Itu cuma bisa jadi pelampiasan, yang buat orang lain terluka. Alfred harus mengontrol diri untuk tidak melakukan kejahatan yang bisa membahayakan orang lain, karena manusia seharusnya bisa tau, membunuh tidak menyelesaikan suatu masalah."

Sudut bibirnya tertarik kala ia mengingat ucapan itu. Benar, Hira sudah banyak merubah hidupnya.

***

"Al, aku membawakan beberapa makanan untukmu." Daniel masuk dengan membawa beberapa kantung yang diduga adalah makanan.

"Terima kasih, tapi-"

"Aku tidak lapar," Sambung Daniel cepat, ia menghela nafas kasar. "Al, kau tau? Harus berapa kali aku mengingatkanmu untuk menjaga kesehatan tubuhmu juga. Bukan hanya Hira yang butuh perhatian, tapi tubuhmu juga memerlukannya, Al."

Alfred diam. Ia hanya terus menggenggam tangan mungil Hira yang terasa dingin sambil menatap gadisnya yang masih tertidur pulas.

"Ayo makan dulu, Al."

Benar kata Daniel, ia juga harus memperhatikan tubuhnya. Alfred bangkit dan berjalan menuju sofa yang berada disebelah kanan tempat tidur Hira.

"Bagaimana? Sudah puas dengan hasil yang kau rencanakan?" Tanya Daniel yang menyinggung soal Gera. "Perusahaan itu akan bangkrut secepatnya, aku yakin."

"Rencana awal yang kita buat memang gagal, tapi soal hasil akhir tidak sepenuhnya gagal."

"Ya, dan aku belum puas sebelum mendengar bahwa manusia itu benar-benar mati membusuk disana."

Alfred mengambil potongan apel, "Omong-omong, siapa manajer perusahaan itu sekarang?"

"Aku tidak tau pasti siapa namanya, yang jelas dia adalah mantan sekretaris nya
dulu."

"Kenapa kau merasa bahwa perusahaan itu akan bangkrut?"

Daniel mendekat untuk membisikkan, "Karena perusahaan itu sudah dicap sebagai perusahaan yang banyak tindak kriminalnya. Apalagi yang melakukannya adalah manajernya sendiri, lalu apa yang harus mereka pertahankan?"

Setelah lama berhibernasi, akhirnya saya kembali. Maaf bila membuatmu menunggu(?) Jika tidak juga bukan masalah

Memories at the end of duskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang