Mungkin rasa sakit ini hanya akan hilang saat jantung tak lagi berdetak.
***
Warning!
Semua tokoh yang terlibat adalah milik Masashi Kishimoto. Saya hanya meminjam demi kelangsungan jalan cerita yang saya karang.
Ini murni karangan saya, jika terjadi kesamaan jalan cerita dan lain-lain, itu murni kesalahan yang tidak disengaja.
Terima kasih, selamat membaca ♥
Keterangan :
"..." percakapan biasa
"..." flashback
"..." di dalam mimpi*
*
*PRICELESS
BY DECELLA
RATE : T*
*
*Sore ini hujan mengguyur kota Konoha, membuat beberapa pejalan kaki harus singgah untuk meneduh terlebih dahulu dan sisanya nekat untuk menerobos, baik itu menggunakan payung atau jas hujan atau bahkan membiarkan tubuh mereka basah tanpa pelindung apapun.
Sama halnya dengan Naruto, lelaki itu memilih berteduh di halte bus, berdesak-desakan dengan beberapa orang yang bernasib sama dengannya. Disebelahnya ada Shion, gadis itu tampak menggigil kedinginan dan hal itu membuat Naruto semakin mengeratkan genggamannya pada tangan gadis itu.
Shion menoleh menatapnya dan Naruto tersenyum padanya. "Jangan pingsan dulu, ya? Kau harus kuat." kata lelaki itu menyemangatinya. Shion tertawa lalu memukul pelan bahu lelaki itu. Bisa-bisanya lelaki itu menggodanya disaat seperti ini.
Shion menghela nafas lega lalu menyandarkan kepalanya pada bahu tegap Naruto. Nyaman, setiap inchi tubuh lelaki itu selalu membuatnya nyaman. Oh Tuhan, Shion sangat beruntung memiliki lelaki itu.
"Lihat, lelaki itu sangat tampan!"
"Benar, apa ia blasteran?"
"Kurasa, dia memang seperti orang blasteran!"Shion menegakkan kepalanya, menoleh ke arah dua gadis yang sedari tadi membicarakan kekasihnya itu. Ia mendengus kesal, ingin sekali rasanya ia menegur mereka. "Kau tak perlu khawatir, aku hanya milikmu." bisikan Naruto membuatnya tertegun. Shion tersipu malu, lelaki itu memang benar-benar pandai mengambil hatinya.
"Lihat, kekasihnya sudah emosi tadi! Hihihi,"
"Berlebihan ah, palingan juga mereka masih menjadi sepasang kekasih, belum suami istri. Hahaha!"Dan Shion berusaha semaksimal mungkin untuk tidak meluapkan amarahnya. Ia memfokuskan pendengarannya pada suara hujan disana. Meskipun tangannya sudah mengepal dan ingin mengumpat, ia berusaha sekeras mungkin untuk tidak menimbulkan kericuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICELESS
Fanfiction[A Naruhina Fanfiction] Setiap mata ini memejam, maka munculah dia dengan gaun merahnya. Berdiri dengan jarak 10 langkah dari tempatku memijak. Tersenyum tipis dengan bibir pucatnya dan pandangan mata yang mulai tak menampakkan sinarnya. Dia cantik...