Tungkai kaki yang sudah terasa pegal tetap dipaksa untuk berlari. Dingin menusuk kulit putih pucat. Suara-suara binatang malam masuk ke indra pendengaran hingga telinga berdenging.
Jisoo terus berlari tanpa henti meskipun hampir seluruh tubuh terasa sakit. Luka-luka gores yang terasa perih itu menghiasi kaki hingga betis. Ditambah hanya kaki sebelah kanan yang menggunakan sepatu sedangkan sepatu sebelah kiri entah bagaimana nasibnya.
Sesekali ia menoleh ke belakang untuk memastikan apakah orang itu masih mengikuti atau tidak. Jisoo berhenti sejenak menyetabilkan napas sekalian meremas lutut.
Iris meneliti sekitar, tatapannya jatuh ke sebuah bangunan konstruksi yang mungkin sudah tak dilanjutkan pembangunan.
"JISOO!"
Jisoo meringis kala suara itu memanggil namanya. Rasa bingung plus ketakutan semakin mendominasi pikiran. Ia tak fokus berpikir sekarang, yang ia tahu sekarang tungkai lelah itu membawanya masuk ke gedung tua tak terawat tadi.
Terus berlari hingga menaiki tangga sambil memegang pembatas tangga yang sudah berkarat. Bibirnya terus merapalkan doa dan sumpah serapah pada si pengejar. Keringat dingin jatuh dari kening dengan bekas luka yang mengering. Surai hitam yang biasa diurai itu terikat asal asalan dan terlihat sangat hancur karena terkena keringat dan guncangan karena berlari
Orang itu tetap tak berhenti mengejar malah semakin gencar. Menatapnya penuh nafsu, ikut berlari meskipun tak secepat gadis di depan. Jisoo sudah lelah terus berlari seperti ini. Seharusnya waktu itu dia mendengarkan apa yang dikatakan oleh Taehyung. Pasti hal seperti ini tak akan terjadi
Sekarang yang hanya bisa dilakukan Jisoo adalah berlari agar lolos dari kejaran manusia keji di belakang. Jisoo menoleh, orang itu masih mengejar dengan sorot mata bengis. Bahkan ada seringai terukir di bibir yang tak dapat Jisoo lihat dengan jelas
Jisoo bergidik ngeri dan hampir saja menangis ketika sampai di atas atap gedung dan tak ada lagi jalan untuk kembali. Jisoo menutup pintu belakang tergesa, mencari benda apapun untuk menahan agar pintu itu tak terbuka dengan mudah
Setelah mengambil beberapa benda seperti balok kayu dan drum kosong yang dirasa cukup untuk menahan, Jisoo kembali meringis tatkala pintu yang sudah ia tutup sedikit menampakkan celah dan menampilkan sosok yang sedari tadi mengejar dengan tudung hitam yang hampir menutupi seluruh wajah. Bibir itu kembali memberi seringai menakutkan
"Kau pikir hanya dengan ini kau bisa menahanku, hm?"
BRAKK
Pintu seng tersebut terlepas begitu saja dengan sekali tendangan. Jisoo mundur selangkah, tak habis pikir kekuatan apa yang dimiliki orang itu? Sekuat apa sampai bisa menendang pintu tak bersalah itu dengan sekali tendangan
Langkah kaki beralaskan bot hitam itu semakin mendekat. Jisoo dapat merasakan bulu kuduknya meremang, kaki dengan sebelah sneakers mundur perlahan
Manusia serba hitam itu mendekat dengan sebilah pisau dapur di tangan kiri dan kantong kresek hitam di tangan kanan. Mata Jisok memanas, takut itu yang ia rasakan dan terus berdoa dalam hati agar ada seseorang yang akan menyelamatkan dari manusia gila yang ada dihadapan
Perlahan, tudung yang menutup wajah itu terbuka. Semakin jelas menampakkan seringai bengis. Jisoo menatap tak percaya, shock itu yang ia rasakan saat orang dihadapannya membuka tudung yang sedari tadi menutupi identitas
"KAU!?"
-bersambung-
Nyeongan yorobun! Diriku memang bukan penghuni baru di wattpad. Tapi ini adalah cerita pertama yang aku publish disini. Kuharap kalian suka hehe:) jangan lupa voment ya. Kritik dan saran dikomentar
Terima kasih banyak💜
Pontianak, 9 Mei 2019
Edit: 29 Juli 2021
![](https://img.wattpad.com/cover/185245882-288-k554388.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me
FanficAlih-alih mengorek masa lalu ketika kembali ke kampung halaman, Jisoo justru harus menghadapi sebuah kasus besar di mana ia terlibat secara langsung sebagai seorang wartawan yang meliput berita. Namun harus berurusan lagi dengan cinta pertamanya, Ki...