Oke mari kita flashback di empat minggu yang lalu sebelum kejadian
Lagi dan lagi, ditemukan mayat perempuan disebuah hutan di daerah Daegu. Ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Leher wanita itu digorok dengan kepala terbungkus plastik hitam.
Klik
"Aish, kau harus hati-hati Jisoo-ya, akhir-akhir ini selalu terjadi pembunuhan. Anak gadis semua pula."
Jisoo memutar bola mata bosan mendengar ceramahan singkat nyonya Kim yang baru saja menonton berita yang sedang gempar di Korea. Bahkan saat tahu ada siaran berita tersebut, channel TV langsung diubah yang tadinya mereka semua sedang menonton drama, menjadi saluran berita. Lalu TV berakhir dimatikan setelah menonton berita.
"Eomma jangan khawatir. Kejadiannya di Daegu. Kita sudah tidak tinggal di Daegu lagi."
Sebuah pukulan mendarat di kepala berhelai hitam tersebut dan suara mengaduh terdengar setelahnya
"Eomma! Jangan memukulku terus!"
"Salah sendiri, orang tua menasehati yang benar malah ditanggapi seperti itu. Dasar tidak sopan."
Jisoo memberengut, memanyunkan bibir berbentuk hati itu kesal.
"Yang dikatakan eomma itu benar, kau itu harus berhati-hati. Kau itu perempuan." Sekarang malah pria berbahu lebar yang duduk di samping yang bersuara menceramahi, Jisoo hanya bisa mendengus malas dengan mulut yang mengunyah kookies dari dalam toples kesal
"Terus kenapa kalau aku perempuan?" Jisoo bertanya retroris, "apa aku harus diremehkan juga? Aku ini juga punya sabuk karate!" lanjutnya sambil memperagakan beberapa gerakan kecil karate.
"Hei, meskipun begitu. Fisik perempuan itu tetap kalah sama laki laki. Bagaimana jika korban selanjutnya itu kau? Lalu dia memukul tengkukmu hingga pingsan, setelahnya kau bisa apa coba kalau sudah pingsan? Pasrah?"
"HEI!"
Nyonya Kim yang tadinya diam setelah beradu mulut dengan putri semata wayang itu juga memukul bahu Seokjin karena ucapan yang dikeluarkan untuk menakuti si gadis
"Aish, ini sakit eomma!"
"Makanya kalau ngomong jangan ngawur seperti itu. Omongan itu doa."
Seokjin pada akhirnya ikut memberengut dan mengatakan maaf. Mereka diam sejenak, Jisoo sibuk mengunyah, Seokjin yang mengelus area yang baru saja dipukul.
"Ah, ngomong-ngomong bagaimana pekerjaanmu, nak?"
Jisoo berdehem merasa bahwa dirinya diberi pertanyaan oleh ibu kemudian mengangguk "Hm, semuanya baik-baik saja. Saat ini teman-temanku sedang meliput berita tentang pemilihan presiden. Hanya aku, Nayeon dan Chaeyoung yang nganggur," jawab Jisoo sambil melahap kookies dalam toples kaca dihadapannya
Nyonya Kim beralih menatap putra sulungnya
"Hm, pekerjaanku lancar. Tak ada kendala dikantor. Eomma jangan khawatir oke?"
Nyonya Kim mengangguk. Menghela napas lega, karena cukup mengandalkan Seokjin. Sejak suaminya meninggal, hari itu adalah hari upacara kelulusan Jisoo, waktu itu mereka sekeluarga mau datang menggunakan mobil sedangkan Jisoo sudah berangkat terlebih dahulu dengan Jennie. Ban mobil yang dikendarai Ayah tersebut tiba-tiba pecah di saat mobil tersebut melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi mengingat mereka sudah terlambat.
Terjadilah kecelakaan tunggal dengan mobil yang menabrak pembatas jalan. Untungnya Jungkook, Seokjin dan juga nyonya Kim hanya mendapat luka yang cukup ringan. Namun, pada hari itu adalah hari terakhir ayah mereka menghirup udara dan dinyatakan meninggal setelah menjalani operasi darurat. Waktu itu, Jisoo mengira bahwa mereka tidak jadi datang entah karena adanya kendala atau masalah yang harus diselesaikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me
FanfictionAlih-alih mengorek masa lalu ketika kembali ke kampung halaman, Jisoo justru harus menghadapi sebuah kasus besar di mana ia terlibat secara langsung sebagai seorang wartawan yang meliput berita. Namun harus berurusan lagi dengan cinta pertamanya, Ki...