Do You Remember?

11.5K 442 49
                                    

Happy Reading.

*

Tangan kecil itu terayun bebas keudara yang segar. Musim gugur sudah datang, daun-daun kering mulai berjatuhan dan berserakan ditanah. Membuat daun-daun itu terlihat seperti gumpalan sampah yang harus disingkirkan. Padahal jika dilihat dengan jelas daun-daun itu sebenarnya indah.

Gadis itu hanya diam duduk sambil menikmati angin yang terus menerpa tubuhnya. Sesekali mengeratkan jaketnya, udara disini benar-benar dingin tapi tidak membuat gadis itu pergi. Justru udara itu yang menahannya berlama-lama disini.

Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskanya berkali-kali. Gadis itu memang butuh waktu tenang untuk dirinya sendiri. Hanya untuk dirinya, ditemani alam dan tidak ada kebisingan. Hanya suara alam yang menenangkan fikirannya.

"Hei~~~"

Gadis itu memutar matanya kesal mendengar sapaan orang yang begitu ia kenal. Suara familiar yang membuat gadis itu berubah ekspresi. Wajah yang awalnya tenang jadi kesal. Bisa dibilang sedikit merah karena marah.

"Dia menunggu"

Aliya gadis itu hanya melengos dan tidak peduli pada suara yang menginstruksi kegiatannya. Jujur Aliya tidak suka diganggu saat seperti ini.

"Oh ayolah dia bisa marah"

Mendesis kesal dan bangkit dari duduknya. Mengemasi barangnya dengan cepat dan meninggalkan laki-laki yang menghela nafas panjang.

"Benar-benar kekanakan"

Laki-laki itu berjalan mengekor Aliya. Tentu saja dengan jarak 10 meter belakang tubuh Aliya. Laki-laki itu tau jika Aliya tidak suka dikawal terlalu dekat. Katanya malas dan sangat mencolok.

Aliya berjalan dengan pelan, mengabaikan tatapan dari semua orang. Dimanapun Aliya berada pasti akan ada tatapan itu, bukan tatapan memuja atau terpikat, hanya tatapan lapar yang siap memakannya. Tapi laki-laki yang ada dibelakangnya sudah cukup membuat semua menunduk. Tidak akan ada yang berani menatap langsung sang petinggi Kerajaan. Panglima yang terkenal kekejaman dan kebenaran. Melakukan apapun untuk kebenaran, termasuk melindungi Ratu didaerah ini. Ratu yang menjadi bahan gunjingan, Ratu yang tidak dianggap karena masih berstatus Manusia.

Ratu yang dipersunting Raja muda, Raja yang baru menduduki tahta. Raja yang terkenal dengan kebijaksanaan dan keadilan. Raja yang membuat kerajaan ini aman dengan kekuatannya.

"Saya akan mengantar Sampai sini" dan Aliya tidak terlalu peduli. Terus berjalan masuk pada gerbang emas yang ada didepannya. Penjaga disana menunduk hormat dan membukakan pintu untuk Sang Ratu. Langkah anggun yang menarik minat tapi tidak berniat menatap, ketakutan pada sang Raja membuat semuanya bungkam.

Langkah Aliya terlihat ragu untuk memasuki rumah yang sudah dirinya tinggali selama 20 tahun, dulu tempat ini menjadi tempat yang paling tidak bisa Aliya tinggalkan tapi Aliya begitu ingin meninggalkan tempat ini sekarang. Semua seperti neraka untuk Aliya.

"Yang Mulia menunggu anda diruang pribadinya Ratu" memilih menyerahkan barang-barang yang dirinya bawa pada seorang pelayan yang ada disampingnya. Melepaskan mantel berwarna coklat yang membungkus tubuhnya pada pelayan itu. Memperlihatkan tubuh tinggi semampai Aliya, rambut sepinggang warna hitam terang dengan sebuah tanda Bunga teratai dilehernya mencolok. Karena pakaian Aliya adalah putih, terlihat kontras dengan tanda yang berwarna merah.

"Katakan aku tidak menerima kunjungan dari siapapun" hanya kata-kata itu yang Aliya lontarkan sebelum menyusul suaminya.

Langkah Aliya terlihat ragu, memperhatikan pintu dengan hiasan emas itu, tingginya bisa sampai 3 meter dan ada beberapa penjaga disana. Kedua penjaga itu membungkuk hormat pada Aliya, membukanya dan mempersilahkan Aliya masuk. Selalu begitu, Aliya benci masuk kedalam penjara.

The Flower! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang