Gone

2.8K 292 47
                                    


Happy Reading.

°

Jin Hee menatap wajah Aliya dengan perasaan takut, sampai sekarang Aliya belum terkendali. Masih saja kesakitan dan Jin Hee tidak bisa melakukan apapun. Ini bukan sakit dari tubuh Aliya langsung tapi sakit karena tubuh Jimin yang terluka dan Aliya juga merasakan itu. Demi Tuhan Jin Hee takut, tidak ada obat untuk sakit Aliya. Inilah yang Jin Hee takutkan.

"Bibi!" Melihat Aliya meringis kesakitan Jin Hee semakin kalut. Dirinya tidak bisa melakukan apapun untuk Aliya.

"Nak bertahanlah. Kau akan baik-baik saja!" Aliya menggeleng dan meremas tangan Jin Hee.

"Bagaimana dengan Jimin Oppa? Bibi bilang aku terluka karena Jimin Oppa yang terluka! Bibi bagaimana keadaan suamiku? Aku ingin tau kabarnya, apa bibi tidak bisa mengetahui keadaannya?" Yang Aliya khawatirkan diantara rasa sakitnya adalah Jimin. Bagaimana nasib suaminya, kenapa rasa sakit ini tidak hilang dan ya siapa yang akan menolong Jimin disana, Jimin hanya bersama Mingyu dan Aliya sangat takut.

"Tidak akan terjadi apa-apa dengan Jimin, kau tidak perlu khawatir nak!" Tentu saja Jin Hee berbohong dengan ucapannya. Dirinya tidak tau apa yang akan terjadi pada Jimin. Jin Hee hanya ingin Aliya tidak khawatir pada Jimin.

"Bibi AKHH" Jin Hee terkejut mendengar teriakan Aliya yang semakin keras. Mencengkeram kuat perutnya.

"Aliya?" Mata Jin Hee membulat melihat perut Aliya. Bergerak-gerak seolah ingin robek.

"Bibi sakittt. Akhhh OPPAAAA" ini tidak mungkin. Usia kehamilan Aliya baru 3 bulan dan bagaimana bisa akan melahirkan secepat itu. Ini bencana untuk mereka, Jin Hee semakin takut apalagi dengan keadaan seperti ini. Aliya akan melahirkan dan masih berwujud manusia itu sama saja menggali kubur sendiri. Tidak ada manusia yang akan selamat jika melahirkan anak Vampir.

"Oppaaaqhhhhbh" Aliya semakin berteriak keras memanggil Jimin. Rasanya perutnya sangat sakit dan ini sangat menyiksanya.

"Aliya Bibi mohon tenanglah, jangan seperti ini" Aliya menggeleng. Rasa sakit ini lebih parah dari sebelumnya. Rasanya tubuh Aliya remuk seperti jatuh dari ketinggian. Sakit. Apalagi ada beberapa bayangan yang hinggap diingatannya. Isakanya tiba-tiba terdengar.

"Oppahhh Hikss" Aliya menangis dalam kesakitanya. Dirinya ingin Jimin, ingin suaminya.

"Aliya!" Mendengar suara lirih Aliya menahan sakit Jin Hee sungguh tidak tega. Yang dibutuhkan Aliya adalah Jimin dan tidak ada yang tau dimana Jimin.

"Apa belum ada kabar dari Panglima?" Tanya Jin Hee pelan, dirinya tidak bisa dekat-dekat dengan Aliya. Jin Hee takut sisi gelapnya muncul dan melukai Aliya. Tidak, Jin Hee tidak mau Aliya terluka karenanya.

"Belu~~~~"

"Bibi?" Mereka dikejutkan dengan munculnya Mingyu secara tiba-tiba dan jangan lupakan Jimin yang tidak berdaya dalam pelukan Mingyu.

"Jimin?" Mata Jimin yang awalnya terpejam terbuka mendengar panggilan lirih dari bibinya. Tersenyum tipis dan menggeleng.

"Oppa!" Jimin menoleh mendengar panggilan lirih yang sangat dirinya kenali. Mata Jimin memanas melihat istrinya berbaring tidak berdaya diranjang. Jimin tau ini salahnya. Sungguh, jika Jimin tau efek dari Aliya meminum darahnya akan seperti ini, Jimin tidak akan membiarkan Aliya minum darahnya, walaupun itu  satu tetes pun. Belum lagi kesalahannya yang belum merubah Aliya sepertinya. Ini semua kacau.

"Sakit!" Dengan bantuan Mingyu, Jimin mendekati Aliya. Menuju ranjang dimana Aliya berbaring tidak berdaya di sana.

"Dia ingin membunuhku!" Lirih Aliya saat sakit itu semakin terasa. Sementara Jimin hanya menunduk saat Mingyu berhasil menundukkan dirinya tepat disamping Aliya.

The Flower! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang