D U A

22 0 0
                                    

****

    "Keira!!"

Teriakan itu membuat gadis yang kini tengah tertidur  pulas berjengit kaget dan terjatuh dari ranjangnya yang cukup tinggi.

"Aduh!" Meskipun tak berarti apa-apa pada tubuhnya namun tetap saja kepalanya terasa sedikit sakit karena berbenturan dengan lantai marmer itu, dia bangkit lalu mendengus kesal.

"Keira cepat bangun! Ini sudah Pukul 9 pagi!" 

Kenzo. Ia bisa menebak jika yang sedang meneriaki nya itu pasti Kenzo salah satu kakaknya yang paling menyebalkan diantara kakak-kakaknya yang lain. Pukul 9 apanya, jam saja baru menunjukkan pukul 7 pagi.

"Tidak perlu berteriak! Kei bisa mendengarnya" Gumam Kei yang tentu saja dapat didengar oleh Kenzo.

"Kalau kau dengar cepat mandi! Aku tau kau baru saja bangun dari sleep ugly mu itu"

Kei mendengus, enak saja dirinya dikatai jelek ketika tidur. Dia segera bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Kei menuruni anak tangga ketika sudah siap dengan pakaian santainya, terlihat semua kakaknya telah berkumpul dimeja makan dan tengah menikmati sarapan mereka.

"Morning my brother!" Ucapnya dengan ceria.

"Morning baby girl!" Ucap keempat Kakaknya,sementara Danial hanya memasang wajah datar tidak menjawab sapaan Kei. Seperti biasa, batin Kei.

"Ayo sarapan Kei" Ucap Zio

Kei mengangguk lalu duduk disamping Zio membuat Kenzo mengernyit tidak suka.
"Kenapa tidak duduk disebelahku Kei?" Tanya Kenzo

"Kau menyebalkan" Jawab Kei seraya memakan roti tawarnya

Kenzo mengerucutkan bibirnya "Lebih menyebalkan mana aku dengan Aksa?" Tanyanya

Aksa yang sedari tadi hanya diam menatap tajam Kenzo "Jangan sampai Captain America ku ini menghajarmu!" Ujarnya seraya mengacungkan miniatur Captain America yang sedari tadi dipegangnya.

"Bisakah kalian tidak berdebat untuk pagi ini?" Ucap Gerald yang kini sudah selesai dengan sarapannya dan menatap tajam kedua adiknya itu, sebagai kakak tertua dia harus bersikap seperti apa lagi agar kedua saudaranya itu tidak seperti ini terus?

Mereka diam seketika. "Hari ini aku akan ke kekerajaan, ada sedikit kekacauan disana" Ucap Gerald

Kei mendongak "Kei ikut!" Ucapnya penuh semangat dengan mata yang berbinar.

"Tidak!" Ucap Kelima kakaknya berbarengan.

"Tapi kenapa?" Tanyanya sendu

"Ini bukan masalah kecil Kei, aku tidak mau kau terluka jika berada disana" Jelas Gerald

Kei menghembuskan nafasnya, mau bagaimana lagi jika sudah begini dia pasti harus menuruti kemauan kakaknya itu. Namun, dia tak berhenti mencoba untuk membujuk kakak tertuanya itu.

"Tapi Kei rindu dengan ibu kak Gerald!" Rengeknya

Gerald nampak bingung. "Dengan syarat kau tidak boleh keluar istana" Ucapnya

Kei nampak berbinar lalu bangkit dari duduknya dan memeluk Gerald yang berada diseberang meja makan.

"Terimakasih banyak kak!" Kei mengecup pipi Gerald membuat kakaknya yang lain mengernyit tidak suka, selain Danial tentunya. Pria itu sedari tadi hanya memperhatikan keakraban kakak beradik itu tanpa berkomentar sama sekali.

"Tapi kau harus sekolah Kei" Ucap Zio lembut

"Besok Kei libur!" Ucap Kei

"Lalu siapa yang akan mengantar Kei kesana?" Tanya Kei pada dirinya sendiri.

"Danial, aku membutuhkan mu disana" Ucap Gerald

Danial menoleh lalu mengangguk masih setia dengan wajah datarnya. "Jadi, aku kesana bersama Kak Nial?" Tanya Kei

"Kau tidak suka?"

Deg!.

Kei menoleh, tatapan nya bertemu dengan manik mata bewarna hitam pekat itu. Tatapan begitu mengintimidasi membuat Kei sesegera mungkin menunduk. Ibu Kei takut!.

"Ti...tidak" Ucapnya.

"Kekacauan seperti apa?" Tanya Zio.

"Kawasan disebelah timur Pathricius diserang oleh sekelompok rogue"

"Kami akan ikut bersamamu"

"Tidak! Kalian berjaga disini, aku rasa musuh kita tidak hanya satu atau dua tapi lebih dari itu"

****

Kei benci saat seperti ini, dia sangat jarang sekali berinteraksi dengan Danial tapi sekarang? Dia sedang bersama kakaknya itu didalam mobil untuk menuju ke istana mereka.

Udara didalam mobil itu seakan menjadi lebih dingin dari udara diluar, Kei sama sekali tak berani menoleh barang sesenti pun kearah kakaknya itu.

Pernah sekali Kei ditatap tepat dimanik matanya oleh Danial, tatapannya mampu membuat Kei merinding ketakutan. Entahlah, pria itu mendapat darah keturunan dari siapa yang membuat karakternya sedingin itu. Bahkan Kristof-ayah mereka tak sedingin itu, kecuali jika menghadapi para rivalnya.

"Berhenti berpikir tentang ku!" Ucap Danial dingin.

Sial. Kei lupa kalau kakaknya ini sangat pintar membaca pikiran orang lain. Kenapa aku begitu bodoh!. Batinnya.

"Kau memang bodoh!"

"Kenapa kak Nial selalu mengataiku se–"

"Diam!"

Kei bungkam dia menghembuskan nafasnya lalu membuang pandangannya kearah luar jendela yang sudah memperlihatkan deretan pepohonan rimbun yang menjulang tinggi.

Semakin lama mobil yang mereka tumpangi semakin memasuki hutan yang menyeramkan jika dilihat manusia biasa tentunya, namun bagi Kei dia sudah sangat biasa melihat pemandanganna seperti itu.

Saat sedang asik dengan pikirannya, sekilas dia melihat seorang pria yang mengintip dibalik pohon yang cukup besar. Pria itu terus melihat kemana arah mobilnya berjalan.

"Kak ada seseorang yang mengintip disana!" Ucap Kei kepada Danial dengan wajah panik.

"Diamlah! Aku sudah tahu!" Jawab Danial kelewat dingin

*****

The PathriciusWhere stories live. Discover now