S E P U L U H

9 0 0
                                    

   "Ayah, sekarang bukan hanya para warewolf pemberontak saja yang mengusik kerajaan kita. Bahkan ada beberapa manusia yang tertangkap berada di wilayah Pathricius, aku khawatir keberadaan dunia ini akan diketahui oleh manusia bumi"

Kristof yang tengah duduk di singgasana nya menatap lekat pada putra pertamanya itu helaian rambutnya yang sedikit panjang bergerak saat dia mengangukkan kepalanya.

"Kau Putra Mahkota Gerald, aku rasa masalah kecil seperti ini bisa kau atasi sendiri" Ucap Kristof membuat Gerald menghela nafas.

"Aku mengerti Ayah, tapi bagaimana dengan para manusia itu?"

Kristof menoleh menatap kearah seorang pria bersurai putih "Bagaimana pendapat mu?" Tanya nya.

"Apa tidak sebaiknya kita tutup saja portal menuju dunia ini Yang Mulia?"

Gerald melotot tak percaya "Tidak bisa seperti itu!" Bantahnya.

"Kenapa tidak bisa Gerald? Kau sendiri yang mengatakan jika para manusia itu sudah berani masuk kedalam dunia kita, jika kita membiarkan nya mereka akan menyebar luaskan tentang ini" Ucap Ayahnya.

"Tapi Ayah, bagaimana dengan kehidupan ku dan yang lainnya disana? Kami sudah merasa nyaman berada di bumi"

"Ingat status mu Gerald? Ayah dan Ibu mu sedari awal tidak pernah menyetujui kau dan adik-adikmu berada di bumi" Kristof menghela nafas sejenak "Dan ini akibatnya para manusia itu sudah mengetahui portal menuju alam ini"

Gerald terdiam, yang diucapkan oleh Ayahnya memang sangat benar. Sedari awal memang dia yang memaksa ingin tinggal dibumi karna sudah terlalu lelah dengan kehidupan menjadi seorang putra mahkota yang dibebani dengan tugas-tugas kerajaan.

"Ingat juga kau yang akan menggantikan Ayah menjadi Raja, dan penobatanmu itu tak lama lagi. Jadi cepatlah tinggalkan Bumi"

"Baiklah Ayah"

***

Keira kini tengah duduk dibangku taman belakang rumahnya bersama Sarah yang tengah menguncir rambut nya menjadi dua.

"Kak Sarah menurut mu Kak Danial seperti apa?"

Sarah terkejut, kenapa Keira tiba-tiba bertanya seperti itu?

"Ap-apa yang kau bicarakan"

Keira terkekeh, sudah sebulan lebih Sarah bersama dengan nya dan juga Kakak nya yang lain membuat dia menjadi semakin akrab dengan perempuan cantik itu.

"Kakak tidak bisa menyangkal nya, aku melihat jika Kak Nial tertarik padamu"

Tertarik?

"Kau hanya salah menyimpulkan" Sangkal Sarah.

Keira menghadapkan tubuhnya kearah Sarah lalu menatap wajahnya intens.

"Kenapa?" Tanya Sarah bingung ditatap seperti itu.

Keira menyentuh dagunya dan membuat gerakan seakan menilai "Aku tidak keberatan mempunyai kakak ipar sepertimu"

"Uhuk!" Sarah tersedak air liurnya sendiri, Kakak ipar katanya?!

"Jangan mengada-ada!" Sarah memukul bahu Keira pelan membuat gadis yang lebih muda lima tahun darinya itu terkejut.

"Wah, ternyata kak Sarah bisa kasar juga ya, Apa kakak tau? Kak Nial menyukai wanita kasar" Bisiknya diakhir kalimat.

Sarah hanya diam tak mau merespon dia mencoba sibuk dengan buku ditangannya, Keira sudah semakin jahil kepadanya.

The PathriciusWhere stories live. Discover now