S E M B I L A N

18 0 0
                                    

****

Sarah kini tengah duduk termenung dibangku taman belakang kediaman para lelaki tampan yang ditemuinya satu Minggu lalu itu, pikirannya melalang buana memikirkan bagaimana nasib ibunya diluar sana.

"Ck, kenapa aku harus memiliki ayah seperti dia" Gerutunya.

Dari jauh Danial yang kebetulan lewat memperhatikan Sarah yang tengah merenung dari kejauhan, wajahnya tetap datar seperti biasa.

"Sarah sedang apa kau di sini?" Tanya Kenzo yang tiba-tiba sudah berada dibelakang Sarah.

Gadis itu berjengit kaget dan spontan berdiri menghadap Kenzo.

"Ah, aku hanya beristirahat"

"Memangnya kau habis mengerjakan apa?"

Sarah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan terkekeh "Tadi aku menata taman itu" Tunjuk Sarah pada taman yang dipenuhi oleh berbagai macam bunga tepat didepan mereka.

"Woah, selama aku tinggal disini aku tidak pernah melihat taman rumah Serapi ini" Gumam Kenzo mengagumi indahnya taman yang tersusun rapi.

"Dulu dikediamanku aku selalu menanam berbagai macam bunga"

Kenzo mengacungkan kedua jempol nya sebagai apresiasi "Kapan-kapan ayo kita berkebun bersama"

Sarah tertawa kecil dan menganggukkan kepalanya, sekilas matanya melihat keberadaan seseorang dibalik pepohonan yang tak jauh dari posisinya saat ini.

"Kau memperhatikan apa Sarah?" Tanya Kenzo.

Sarah mengerjapkan matanya "Aku seperti melihat seseorang disana" Tunjuk nya pada pepohonan itu.

Kenzo mengikuti arah tatap Sarah, dan setelahnya tersenyum tipis.

"Mungkin kau hanya salah lihat, ayo kita masuk. Dua saudara ku yang lain akan kembali malam ini"

Sarah masih memperhatikan pepohonan itu dan terpaksa melangkah mengikuti Kenzo yang menyuruhnya masuk.

Sementara Danial yang sedari tadi berada di pepohonan itu hanya menghembuskan nafas lega, baru kali ini dia merasa takut ketahuan oleh seseorang, hm bukan Danial yang seperti biasanya.

***

"Kak Gerald aku tidak sabar ingin bertemu gadis yang diceritakan oleh Kak Aksa" Ucap Kei yang saat ini sedang berada diperjalanan menuju kediaman nya yang berada di tengah kota Luzern.

"Benarkah? Apa kau sudah bosan dengan para kakak mu yang semuanya laki-laki?"

"Tentu saja! Aku ingin memiliki seorang sahabat perempuan yang bisa menjadi tempat curhatku!"

"Mengapa seperti itu?"

"Kakak tahu sendiri semua yang aku lakukan selalu dibatasi oleh Kak Gerald dan yang lainnya, huh! Aku merasa seperti Cinderella yang dikawal oleh lima pengawal" Kei menggerutu keras.

"Itulah gunanya kami, kami pelindung mu Keira"

Kei hanya menghembuskan nafas lelah lalu mengangguk, dia harus terima selalu terkungkung didalam kehidupan dengan kelima kakak laki-laki yang menyebalkan.

The PathriciusWhere stories live. Discover now