T I G A

17 0 0
                                    

****

"Pangeran Danial dan Putri Keira memasuki Istana!!" Ucap pengawal yang berjaga didepan pintu utama dengan lantang.

Kei tersenyum kearah beberapa pelayan dan juga pengawal yang membungkuk kearah mereka, lain halnya dengan Danial yang memasang wajah datar serta sorot matanya yang tajam membuat pelayan-pelayan itu bergidik ngeri.

"Ibu!" Keira berjalan sedikit tergesa saat melihat wanita yang sudah berumur berumur itu namun garis wajahnya masih menunjukkan kecantikkan.

"Keira hati-hati kau bisa terjatuh!" Medeline-Ibu Keira berujar khawatir saat melihat putrinya itu begitu bersemangat.

"Aku sangat merindukan ibu!" Keira memeluk Medeline erat.

"Ibu lebih merindukanmu" Ucap Medeline seraya Mengecup puncak kepala anak gadisnya itu.

"Kau tidak merindukan ayah?" Tanya seorang pria yang masih tampan diusianya saat ini.

Kei menoleh lalu tersenyum, berjalan kearah ayahnya dan memeluk tubuh Kristof.

"Anak ayah sudah besar ternyata" Gumam Kristof.

"Danial" Medeline memanggil putra ke-2 nya itu.

Danial berjalan kearah ibunya lalu merengkuh tubuh wanita itu "Ibu merindukanmu nak" Gumam ibunya.

"Aku juga" Ucap Danial dengan nada datar, namun Medeline tau putranya itu mengucapkan itu dengan tulus dari hatinya.

"Sudah acara peluk-pelukannya? Ayo kita makan malam, pasti anak gadisku ini sudah sangat lapar" Ucap Kristof lalu menuntun Kei menuju ruang makan.

****

Nampak terjejer begitu banyak makanan dimeja panjang itu. Namun yang paling mencolok adalah sebuah air mancur berukuran sedang yang berada ditengah meja itu mengalirkan cairan kehidupan bagi kaum Vampire . Darah.

"Ibu tolong ambilkan Kei Daging itu" Ucap Kei menunjuk Daging-Rusa yang tak dapat dijangkaunya.

"Ini sayang makan yang banyak" Ucap Medeline.

"Bagaimana sekolahmu Kei?" Tanya Kristof.

Keira mendongak "Berjalan dengan baik Ayah" Jawab Kei

"Apa kau mempunyai kekasih hm?"

Kei tersedak sesegera mungkin dia meminum cairan merah yang berada didepannya dengan sekali teguk "Tidak ayah! Tidak sama sekali" Elak nya

"Benarkah?" Ucap Kristof masih tak percaya.

"Tanyakan saja pada kak Gerald"

Gerald yang sedari tadi masih fokus dengan benda pipih ditangannya mulai mendongak "Iya benar ayah, Kei tidak kuijinkan untuk berdekatan dengan manusia diluar sana" Ucap Gerald.

"Good" ucap Kristof.

Keadaan menjadi hening kembali, mereka kembali fokus dengan makanan mereka masing-masing. Hingga Kei membuka suara membuat Kedua orang tuanya mendongak secara bersamaan.

"Ayah kenapa aku tidak tinggal disini saja bersama ayah dan ibu? Aku merasa sering bosan jika berada didunia manusia. Tak ada yang bisa kuajak berteman" Gumam Kei sendu.

"Kau tau sendiri Kei, ayah mempunyai banyak rival diluaran sana yang menginginkan kehancuran kerajaan kita. Tentu saja mereka akan mengincar orang-orang terkasih ayah, dan ayah tidak mau mereka melukai mu, dan juga ke-5 kakakmu"

"Benar apa kata Ayah Kei, kita tidak tau apa rencana yang mereka rencanakan untuk menghancurkan kerajaan ini" Ucap Gerald menambahi.

Kei nampak menatap Ayah nya lalu Ibu dan juga kedua kakaknya dengan tatapan sendu "Baiklah Kei mengerti, Terimakasih ayah"

Kristof mengangguk dan tersenyum manis kepada Putri satu-satunya itu.

****

"Apa kabar Kei disana" Gumam Kenzo sendiri sambil memandang bintang yang bertaburan diatas langit malam Swiss.

"Kau merindukannya?" Ucap Aksa yang tiba-tiba datang lalu duduk disebelah Kenzo.

"Kau selalu saja menguping!"

"Hey salahkan telingaku yang sangat tajam ini!"

"Lebih tajam mana dengan tatapan Danial?"

Aksa terdiam, pertanyaan yang sangat sulit. Pikirnya.

"Sudah jelas lebih tajam kuku ku ini bodoh!" Ucap Kenzo sembari memamerkan kuku-kuku tajamnya yang kapan saja bisa mengoyak kulit seseorang.

"Diam! Jangan mengataiku, kau bahkan bodoh melebihi patrick" Balas Aksa tak mau kalah.

"Terserah apa katamu yang penting aku tampan" Ucap Kenzo berbangga diri dengan menaik-turunkan kedua alisnya.

" Bahkan bokongku lebih tampan dari wajahm itu" Balas Aksa tak mau kalah.

"Mana sini coba kulihat!"

"Dasar Gila! Mana mungkin aku mau menunjukkan bokongku kepadamu!" Ujar Aksa kesal dengan memukul kepala Kenzo. Kenzo malah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi saudara nya yang usianya terpaut satu tahun darinya itu.


"Apa yang sedang kalian lakukan diluar sini?" Tanya Zio yang sudah berada tepat disebelah Aksa.

"Hanya membahas bokong Aksa" Jawab Kenzo asal.

Aksa memelototi Kenzo, ekspresinya itu justru terlihat lucu.

"Bokong? Kalian sudah gila?" Tanya Zio tak percaya.

Aksa mendengus kesal diraihnya rambut Kenzo lalu menariknya membuat Kenzo ikut kesal dan terjadi adegan bergelut diantara kakak beradik itu. Zio memijat pelipisnya,kembarannya itu tak pernah berubah sifatnya sangat bertolak belakang dengan dirinya.

"Lanjutkan pembahasan kalian tentang bokong, aku haus" Ucap Zio meninggalkan Aksa dan juga Kenzo yang masih asik dengan kegiatan mereka. Haus yang dimaksud Zio bukan haus ingin meminum air.

"Berhenti berkata bokong!!" Teriak Aksa membuat Zio yang berada didalam rumah tertawa terbahak.

****

The PathriciusWhere stories live. Discover now