E M P A T

16 0 0
                                    


***

Ruang temaram itu tampak menyeramkan dengan bau anyir yang menyengat penciuman setiap orang yang masuk kedalamnya. Nampak, siluet seorang pria bertubuh tinggi tegap tengah menyeringai dengan kilatan dimatanya yang bewarna merah pekat.

Ditangannya terdapat satu bilah pisau yang berlumuran darah korbannya. Dia menendang tubuh wanita yang tak bernyawa dihadapannya.

"Divan, bersihkan sampah itu!" Pria yang disebut Divan itu hanya mengangguk mematuhi perintah tuannya.

Pria itu melangkah meninggalkan ruang eksekusi untuk setiap penghianat dalam kaumnya. Langkahnya tak luput dari perhatian pelayan yang bekerja diistana itu, para pelayan itu tak berani terlalu lama memandang tuannya yang terkenal kearoganan serta haus kekuasaan itu.

"Aku tak membayar kalian untuk menatapku!" Ucap lantang penuh peringatan dari pria itu.

Sontak seluruh pelayan menunduk takut tak berani mengangkat kepala mereka. Pria itu kembali berjalan memasuki ruang pribadinya tak lupa memanggil sahabat sekaligus patner kerjasamanya itu.

"Aku minta kau mengutus bawahanmu untuk mengawasi Panthiricius, kurasa mereka sudah mengetahui kehadiranku" Ucap datar pria itu.

"Baiklah" Ucap Pria lainnya.

Pria itu kemudian keluar meninggalkan pria bengis haus kekuasaan itu, bibirnya nampak menyeringai iblis membuat siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir banyak kali untuk menatap pria itu.

"Bersabarlah Kristof tak lama lagi istanamu akan rata dengan tanah yang dibanjiri darah!" Gumam pria itu lebih mirip dengan desisan.

****

"Wanita yang kita utus untuk menyamar itu telah terbunuh oleh Pangeran Keynan" Ucap Diego, orang kepercayaan Gerald.

Gerald menggeram marah, rahangnya mengeras mendengar penuturan sahabat sekaligus orang kepercayaan nya itu.

"Sepertinya kita harus lebih memperketat penjagaan, Diego pastikan semua bagian istana dijaga pengawal!" Perintah Gerald.

Diego mengangguk lalu mohon undur diri. Gerald menggeram marah iris matanya kini berubah menjadi warna merah pekat dengan taring runcing yang mulai mrnyelinap keluar dari mulutnya.

"Kak Gerald?" Kei tiba-tiba datang yang membuat Gerald terkejut.

"Kakak kenapa?" Tanya nya lagi

Gerald menormalkan mata serta taringnya lalu berbalik kearah adiknya itu dan tersenyum manis.

"Tidak, Kei kenapa keruangan Kakak?" Tanya Gerald

Kei nampak menunduk dengan tangannya yang meremas gaun panjangnya yang terjulur kelantai.

"Kei ingin keluar" Ucap Kei

"Kakak sudah bilang bukan? Situasi saat ini tidak begitu baik untuk kau keluar dari Istana" Ucap Gerald memperingatkan

"Tapi Kei begitu bosan beberapa hari ini hanya berada didalam Istana, tidak ada yang bisa menghibur ku" Ucap Kei sendu

Gerald nampak berpikir lalu tersenyum tipis "Bagaimana kalau aku menyuruh Aksa dan Kenzo untuk kemari? Mereka sangat pintar dalam hal menghibur" Ucapan Gerald sontak membuat Kei menggeleng kuat

"Tidak! Yang ada Kei hanya dibuat kesal!" Gerutu Kei

"Lalu apa yang Kei inginkan? Selain keluar istana tentunya"

Kei menghembuskan nafas lelah lalu berbalik dan berjalan menjauhi Gerald. "Hey apa kau marah?" Gerald berjalan menghampiri adik kecilnya itu.

"Kak Gerald selalu saja melarangku! Aku ingin meminta kepada Ayah saja!" Kei lalu berlari dengan kekuatan Vampire nya untuk menuju dimana ayahnya saat ini berada.

Gerald geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya itu yang tak pernah berubah dengan sifat manjanya walaupu usianya sudah 17 tahun jika dihitung dalam umur manusia.

****

Kenzo kini tengah disibukkan dengan memilih bahan makanan di salah satu Mini Market didekat rumahnya. Dia nampak bingung dengan sayuran yang ada ditangannya.

"Yang mana yang namanya sayur buram? Tumbuhan ini sama-sama hijau tak ada yang berwarna buram" Gumam Pria itu sendiri

Dia menggeram kesal "Sudah kubilang aku tidak mahir dalam hal ini!" Gerutunya kesal lalu menaruh kedua sayuran itu kembali.

"Biar kubantu"

Tiba-tiba datang seorang gadis manis menghampirinya, gadis yang tingginya hanya sebatas dadanya itu mulai mencari sayuran yang dicari oleh Kenzo.

"Kau siapa?" Tanya Kenzo sembari mengernyit namun ekspresinya itu mengundang gelak tawa gadis itu.

"Hey! Kenapa kau tertawa! Sungguh tidak sopan!" Sarkas Kenzo membuat gadis yang sebelumnya tertawa itu menutup mulutnya lalu menormalkan ekspresi wajahnya.

"Perkenalkan namaku Ayra,kau bisa memanggil ku Ayra" Gadis yang baru saja memperkenalkan dirinya itu mengulurkan tangannya namun tak kunjung dibalas oleh Kenzo, pria itu justru memperhatikan wajah gadis dihadapannya itu.

"Kenapa kau memperhatikanku seperti itu?" Tanya Ayra

Kenzo terkesiap lalu menggelang, dia tak kunjung menjabat uluran tangan Ayra membuat gadis itu menghembuskan nafas pelan lalu kembali tersenyum.

"Kau ingin mencari sayuran apa?" Tanya Ayra

"Hmm sayur buram"

Ayra mengernyit bingung "Buram?"

Kenzo menggaruk tengkuknya yang tak gatal dengan memasang wajah yang nampak bingung "Aku juga tidak tahu" Ucap Kenzo

Ayra nampak berpikir dengan melihat jejeran berbagai macam sayuran yang berada didepannya lalu tatapannya jatuh pada sayur bayam yang tak jauh dari posisinya.

"Apa maksudmu sayur bayam?" Tanya Ayra dengan menunjukkan sayur yang dimaksud kedepan wajah Kenzo.

"Entahlah yang kuingat Zio berkata warnanya hijau, dan tumbuhan ini semua bewarna hijau membuatku pusing saja"

"Zio? Siapa lagi itu" Tanya Ayra seraya memasukkan beberapa wadah stearofome yang berisi sayuran hijau itu ketrolli yang dibawa oleh Kenzo.

"Dia saudaraku"

Ayra hanya ber 'oh' ria menanggapi ucapan Kenzo "Apa lagi yang ingin kau cari?" Tanya Ayra

"Tidak ada" Jawab Kenzo

Ayra tersenyum "Baiklah aku pergi dulu, ah iya siapa namamu?"

"Kenzo" Jawab Kenzo singkat

"Ah nama yang bagus, baiklah aku permisi"

Gadis itu lalu berbalik meninggalkan Kenzo yang masih mengernyit bingung, tumben sekali gadis itu tak menjerit heboh karna melihat ku, batinnya.

Ya memang saat dirinya maupun saudara nya yang lain berada ditengah keramaian pasti ada saja kaum hawa yang menjerit tertahan ketika melihat mereka, bagaiman tidak? Dengan tubuh mereka yang tinggi, wajah tampan, kulit putih bersih serta tubuh atletis yang kelima saudara itu miliki akan sangat mudah meruntuhkan pertahanan kaum hawa. Seperti saat ini, beberapa gerombolan gadis nampak memperhatikan Kenzo dengan jeritan mereka yang tertahan.

"Dasar Wanita! Seperti tidak pernah melihat pangeran tampan saja!" Dengus Kenzo lalu keluar dari Mini Market itu setelah membayar semua barang belanjaannya.

****

The PathriciusWhere stories live. Discover now