10

1.5K 128 27
                                    

10 Oktober 20XX

Seorang Wanita muda berdiri di depan sebuah pusara, berdiam diri dengan ukiran nama di pusara itu terpantul dalam matanya yang tidak berriak.

"Ayo sudah saatnya kita pulang" panggil seorang laki-laki di sampingnya.

Sekilas kilatan melintas di mata wanita itu,ketika ia menoleh kesamping dan fitur tampan itu memenuhi pandangannya.
Menunduk saat merasakan sela-sela jarinya terisi jari-jari hangat sang pria.
Ia pun mengangguk.

"En.."

Pasangan itu berjalan berdampingan, meninggalkan area pemakaman. Hembusan angin lembut merontokkan sedikit kelopak bunga matahari yang tergeletak dibawahnya.

'Namikaze Naruto
10 10 XX - 10 10 XX'

Setibanya Karin di rumah yang ia lihat dan rasakan hanyalah kekosongan.
Tidak ada lagi ibu yang menyambutnya dengan segelas susu karena sekarang sosok itu hanya bisa duduk termenung sambil menggenggam sedikit kenangan  'darinya'

Tidak ada lagi ayah yang selalu menelfonnya, karena sosok itu memilih menyibukkan diri dengan segala pekerjaan demi menghindari kenangan akan 'dirinya'

'Naruto..., tolong kembalilah, kami semua merindukanmu...hiks' Karin hanya bisa menangis dalam diam.

Dia sakit, walau jantungnya kini baik-baik saja, tepatnya jantung adiknya baik-baik saja. Hatinya sakit, sangat sakit melihat kesedihan yang kini menggantung, semua itu salahnya. Kepergian Naruto adalah salahnya.

'Kenapa??' 

Nyatanya mereka lah yang mengabaikan Naruto di saat dia ada.

Laki-laki itu menuntun Karin lembut. Sudah 6 tahun sejak kepergian Naruto hari itu, dan penyesalan itu semakin dalam.

Karin masih ingat hari itu, malam itu.
Malam itu hujan, tidak begitu deras namun pasti membuatmu basah kuyup. Kondisinya mulai stabil, dengan orang tuanya menemani di sisinya. Juga ada Sasuke, orang yang ia sukai.

Malam itu ia dan orangtuanya sangat bahagia, karena dokter menemukan donor jantung yang tepat untuknya. Segala sesuatunya kemudian di persiapkan agar dia bisa menjalani operasi pencakokan jantung barunya dengan baik. Dengan kesibukan, kegembiraan, ketidaksabaran dan juga kecemasan. Mereka tidak memikirkan hal lainnya. Hanya fokus kepada Karin saja. Setidaknya itu yang tampak di mata seorang Karin. Walau terkadang ia teringat seorang adik yang tidak pernah mengunjunginya. Tapi dia tidak ambil pusing karna Naruto memang jarang melihatnya jika ia dirawat, sejenak ia tersenyum miris mengingatnya. Bagaimanapun ia tetap menyadari tahun-tahun ketidakadilan yang dialami adiknya. Ia menyadari ia begitu egois, tapi ia tidak bisa menahannya.

Tapi hal itu tidak akan lama lagi, karena ia akan sembuh, ia akan mengembalikan semua kasih sayang yang memang harus Naruto dapatkan. 'Bersabarlah sebentar lagi Naruto.., Sebentar lagi..' Batinnya.

6 bulan kemudian Karin berhasil pulih dan tubuhnya mulai sehat, Ia sudah diperbolehkan untuk kembali kerumahnya. Namun ia tidak menemukan sang adik setelah berhari-hari, saat ia bertanya kepada orang tuanya dia baru menyadari, ada yang berbeda di wajah mereka.

Dan berita itu bagaikan sebuah guntur yang memekakkan telinga

"...., Jantungmu yang sekarang berdetak itu , milik adikmu Karin"

'Apa?!'  Ia hanya bisa terdiam dan tertegun mendengar ucapan sang Ibu.

'Tidak! Kalian berbohong kan!!' Tidak!! Naruto!'

  Cairan hangat segera mengalir di kedua pipinya. Ibunya memeluknya sambil menangis. Sementara sang Ayah terduduk termangu di lantai.

'Padahal hanya tinggal sebentar lagi!,  Sebentar saja..., Naru..., Adikku.., Apa Tuhan menghukum ku, Benar ini hukumanku. Karna Aku egois. Benarkan Naru? Tuhan menghukumku Naru.. hiks'

Penyesalan itu tidak berguna. Hukuman harus berjalan, dan hidup akan terus berjalan. Tuhan akan selalu adil kepada hamba-hambanya. Benar...  Tuhan akan selalu adik kepada hamba-hambanya.


-END-






.
.
.
.
-Newyork 2xxx-

Jalanan begitu sibuk, orang-orang tidak pernah berhenti sibuk di kota ini. Udara panas dan pantulan cahaya matahari di kaca-kaca gedung yang tinggi. Suara Iklan dari setiap layar besar itu, dan klakson kendaraan seakan berpadu menjadi sebuah sonata yang khas akan kota ini.

Sebuah mobil mewah berhenti di depan gedung tertinggi di kota ini. Jejeran karyawan berpakaian rapi siap menyambut seorang gadis yang kini melangkahkan kakinya keluar dari mobil.

Gadis itu tinggi semampai, kulitnya putih bersih seakan dapat memantulkan cahaya matahari dengan lembut. Pembawaannya tenang dan anggun. Benar-benar ciri seorang wanita terhormat.

Rambut pirang lembutnya berkibar saat dia melangkah dengan percaya diri. Dan semua karyawan membungkuk hormat padanya.



#SampaiJumpadiCeritaSelanjutnya^^

Thanks to
- Allah Tuhanku atas hadiahnya
- Para pembacaku atas kesabaran dan kesetiannya
- Diriku Sendiri yang masih akan terus berjuang

Sorry to
- Allah Tuhanku atas semua dosa ku
- Para Pembacaku atas kelabilan diriku
- Diriku atas ketidakbertanggungjawabnya aku.

#staysave #stayhome #janganlupacucitangan #Indonesiabisa
#Coronasegeraberlalu #Indonesiacerdas

Till It's Dead Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang