Disclimer : Masashi kishimoto
Pairing : SasuFemNaru
Rate : T
Warning : newbe hehe ^^#walaupun saya masih baru, di larang copy ya, hehe, selamat membaca
🍥🍥🍥🍥
Tiga belas tahun berlalu, naruto kecil telah menjelma menjadi seorang gadis yang sangat cantik dan manis, jika saja dia tidak menutupinya dengan gaya anak cupu dengan kacamata besar bertengger di hidung mancungnya. Sangat berbanding terbalik dengan sang kakak yang tampil anggun dan modis.
Sarapan pagi keluarga namikaze berjalan seperti biasa, dengan karin sebagai topik utamanya.
"Karin, kau sudah menyiapkan keperluanmu di semester baru sayang?" kushina menatap anak sulungnya perhatian, melupakan si bungsu yang baru saja memasuki masa SMAnya.
"Sudah ma, sudah karin siapkan dari jauh-jauh hari, supaya tidak lelah"
"Apa banyak? Jika berat minta tolong tetsu saja untuk membawanya"
"Tidak apa ma, karin tidak ingin menyusahkah semua orang karna karin sakit"
"Anak papa memang bertanggung jawab ya" minato mengusap kepala karin dengan penuh kasih sayang.
Naruto makan dengan tenang, dan cepat di kursinya, "Ini hari pertamaku masuk SMA mama, dan peralatannku sudah kusiapkan, naruto harap naruto punya banyak teman nanti" Naruto berucap dalam hati, tanpa ada niat dikeluarkan, toh, orang tuanya tidak akan peduli. Selama ini naruto selalu menjadi yang terbaik di sekolah, bahkan hasil ujian masuk SMA nya ini adalah nilai tertinggi sehingga pihak yayasan pengelola memberikannya beasiswa, tapi tentu saja tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia dan yayasan itu sendiri. Ayahnya memang masih memberikannya atm dan biaya hidup naruto. Tapi semua itu tidak pernah naruto gunakan, menabungnya.
"Naru berangkat" ucap naruto lirih karena dia tau tidak akan ada yang meresponnya. Semuanya sudah berubah sejak tigabelas tahun yang lalu.
"Eh.., naruto, bukannya kita satu sekolah, kau sekarang adik kelasku bukan. Berangkat bersama nee-san saja ya" karin menahan pergelangan tangannya.
"Huh??"
"Berangkatlah bersama nee-san mu naruto" ucap ayahnya. Naruto kagum, Ini adalah kalimat ke-empat yang ayahnya katakan dalam minggu ini, lebih banyak satu buah dari minggu lalu, karena baik naruto maupun orang tuanya tidak ingin memulai suatu percakapan pun. Semenjak saat itu naruto menjadi sangat pendiam, dia hanya bicara jika perlu, menurutnya hal tak berguna bernama bicara itu hanya membuang-buang energi jika tidak terlalu penting.
"Hm.." naruto mengangguk.
"Baiklah, kami berangkat, ma, pa"
"Hati-hati dijalan sayang, jangan sampai kelelahan oke"
"Iya mama, muach.." karin mengecup pipi kushina.
Naruto juga ingin melakukannya, tapi tidak jadi, karna mamanya langsung masuk ke dalam. Nafasnya tercekat, matanya berkaca-kaca, naruto memejamkan mata dan meremas roknya kuat, lalu menghembuskan nafas untuk mengatur emosinya, kemudian menyusul karin yang sudah menunggu di dalam mobil bersama pak tetsu.
Ketika naruto dan karin tiba di sekolah, mereka menjadi pusat perhatian para siswa dan siswi disana, atau mungkin hanya karin lah yang menjadi pusat perhatian dengan kecantikan dan keramahannya.
" hey, lihat deh karin senpai, selalu terlihat cantik ya, aku suka sekali gayanya"
"Kau benar, dia itu bagaikan bidadari, selain cantik dia itu ramah sekali"
"Ahh.., aku benar-benar mengaguminya"
Naruto yang mendengar bisik-bisik di sekitarnya itu, seketika mundur teratur, ia tidak ingin mencemari nama baik kakaknya karna berjalan dengan gadis cupu sepertinya.