4

1.1K 130 2
                                    

Disclimer : Masashi kishimoto
Pairing : SasuFemNaru or Not?
Rate : T
Warning : Hati-hati netes ya, mbak, mas.( Khehe PD 😜) ; perubahan pairing.

#walaupun saya masih baru, di larang copy ya, hehe, selamat membaca

Enjoy...,

😸😸😸

'Memangnya siapa dia. Tidak mengenalku tapi sudah sok membandingkan aku dengan kak karin. Ohh, hanya karna dia dekat dengan karin. Dia bisa seenaknya?!. Tidak, dasar sok tau. Sok kenal. Sok dekat. Aku heran kak karin bisa menyukainya. Ah...Haha, benar. Tentu saja karna dia tampan. Tampan yang memuakkan.'

  Naruto terus menyumpah sarapahi sasuke sepanjang Dia berjalan di koridor sekolah. Dia tidak sadar jantungnya berdetak cepat karna Sasuke.

'Lupakan naruto. Lupakan. Cukup ingat hal yang menyenangkan saja. Okay !'  Naruto menghela napas.

"Hey culun!"

"Huh?!"  Naruto memutar badan 180 derajat. Dan melihat ada empat orang gadis cantik (baca menor) dihadapannya.  kendati tertawa di dalam hatinya.

"Lancang sekali kau. Baru kelas satu sudah ganjen mendekati sasuke-kun!"  seorang gadis berambut merah dengan bandana, mulai berteriak padanya.

"Apa maksudmu?" Tanya Naruto bingung. 'Aku? Mendekati sasuke? kapan?

"Ha ha. Gak usah sok polos bi*th, meskipun kau seorang Namikaze. Tapi kau sama sekali bukan lawanku."    gadis berambut merah itu melanjutkan.
'Sepertinya dia leadernya?' gumam Naruto. Saat melihat ketiga gadis lainnya tidak ada yang berani menyela.

"Nah itu kau tau. Lalu, kenapa kau merasa terancam." jawab naruto santai.

"JANGAN MEMBANTAH CUPU!!, YANG PASTI JAUHI SASUKE. Ini peringatan pertama dan terakhir untukmu. KAU MENGERTI!!" Dengan wajah memerah karna amarah, gadis itu pergi diikuti para pengikutnya.

 Naruto melanjutkan jalannya sambil menghela nafas legah.
'Huft.., kupikir mereka akan membully ku tadi."

'Ahh sial, aku akan terlambat'

👻👻👻

"Pastikan kalian mengumpulkan tugasnya minggu depan"

"Ha'i sensei"

"selamat sore"

Setelah ketua kelas menyiapkan salam. Naruto bergegas membereskan buku-bukunya. Ia harus cepat pulang, alasannya satu: Sampai lebih dulu dari semua orang, langsung masuk kamar. Tanpa melihat siapapun.Titik.

"Ano permisi, Namikaze-san," seorang gadis manis berambut indigo menginterupsi kegiatan naruto.

"Ya?"

"Ekhem, itu. Tugas makalah dari sensei tadi, kita satu kelompok kan. Mau kapan?" Hinata sedikit gugup di bawah tatapan datar Naruto.
'Dia...., dingin sekali sih' 

"Oh iya, kau saja yang tentukan."

"A-Apa tidak apa-apa?"

"Ya, kau saja yang tentukan"

"Baiklah, ka-kalau begitu, boleh minta nomor ponselmu Namikaze-san" Hinata menahan napas. takut dianggap terlalu lancang. Secara, tidak ada yang berani mengajak bicara Naruto sejak pertama masuk sekolah. Dan tidak ada yang pernah di ajak bicara olehnya. Kecuali ketua kelas mereka:Garra.

Naruto menyerahkan kertas berisi nomor ponselnya pada Hinata.
"Ini, dan panggil aku Naruto saja"

"Ah.., baiklah naruto lalu, panggil aku Hinata saja" jawab hinata. Naruto tersenyum tipis. Lalu pergi.

"Hinata, bagaimana??" seorang gadis bermata emerlad menghampiri Hinata.

"ku rasa dia gadis yang baik Sakura" Hinata menatap pintu kelas mereka yang terbuka.

"Kau yakin?!"

Hinata menolehkan kepalanya pada Sakura. "Iya, ku pikir tidak ada salahnya jika kita berteman dengan Naruto"

"Ya terserah lah, ayo pulang" Dan mereka meninggalkan kelas yang kini benar-benar kosong.

🤖🤖🤖

Rumah sangat sepi saat Naruto tiba. Tepat seperti yang dia inginkan. Benar..., kan?.

'Benar ini yang kuinginkan, ini yang kuinginkan' rapal Naruto berulang-ulang. Mengabaikan rasa sepi yang kini menyerangnya.

Naruto baru menaiki dua anak tangga, sampai mendengar suara ribut-ribut dari arah pintu. Ia berbalik, dan seketika menyumpahi refleksnya.

"Ma.., karin gak apa-apa, karin udah sehat. Lihat nih" karin melompat-lompat ringan.

"Aduh, duh. Karin, berhenti sayang. Jangan ambil resiko deh," suara mamanya terasa begitu khawatir. Naruto menggigit bibir.

"Iya karin, dengarkan mamamu. Berhenti membuat kami khawatir ya" suara Ayahnya terdengar sangat lembut. Naruto meremat baju seragam di depan dadanya. Oke cukup! Tanpa memperdulikan apapun lagi, Naruto naik ke kamarnya dengan wajah biasa seakan tidak terjadi apapun. 'Tidak terjadi apapun, dan aku tidak mendengar apapun.'

"Nak sasuke, terimakasih sudah mengantar kami pulang. Ayo kita makan malam. Sasuke makan malam di sini saja ya, bibi sudah menyuruh nenek Chio untuk masak banyak tadi" kushina membimbing karin ke meja makan, diikuti Minato dan juga Sasuke.

"Nenek Chio, tolong buatkan sup hangat untuk karin ya" Minato memandang pada maid yang sudah bekerja padanya sejak Karin masih bayi tersebut.

"Iya tuan."

"Ada apa lagi nek?, kenapa masih disini?" Tanya Kushina heran.

"Ah.., itu nyonya, em.., nona naru-"

"Ada apa lagi dengan anak itu" sela Minato datar, sebelum nenek Chio sempat menyelesaikan ucapannya.

Dengan gugup nenek Chio melanjutkan, "itu, nona naru baru pulang, dan.., dan dia belum makan tuan. Apa tidak sebaiknya dipanggil. Kasian nona,"

"Biarakan saja, jika dia lapar, maka dia akan makan sendiri. Dia sudah besar nenek Chio" Tanpa beban Minato melanjutkan makannya.

"Ta-tapi-"

"SUDAHLAH, BUAT SAJA SUPNYA!!"
Tanpa berkata apa-apa lagi, Nenek Chio langsung melesat ke dapur. Takut menghadapi kemarahan sang tuan rumah.

"Minato, kau tidak boleh berteriak seperti itu pada nenek Chio!" kushina membentak suaminya.

"Tapi kushina, dia pantas mendapatkannya. Dia sudah berani melawanku" Minato membela diri.

"Kau tahu benar maksudnya, Tuan Namikaze"  kata Kushina datar. Dan karin tau, jika ibunya sudah memanggil marga Ayahnya, maka itu artinya ibunya sudah benar-benar marah.
Dia tidak suka, ayah dan ibunya bertengkar gara-gara naruto. Tidak akan dia biarkan orang tua mereka memikirkan naruto. Tidak sedikitpun.

"Ma, Yah, Sudahlah. Kita makan saja ya, tidak enak. Ada sasuke disini, ya. Karin mohon" Pelas karin.

"ah.., benar. Maafkan bibi sasuke, maaf ya sayang" sadar kushina sambil mengusap kepala karin.

"Tidak apa-apa bibi" sasuke tersenyum dan memandang karin.

'sasuke tidak menanyakan apapun, bagus! itu artinya dia tidak peduli. ya Sasuke kau hanya harus peduli padaku'  pikir Karin. puas. 


TBC


Jangan lupa vote, komen, kritiknya, kakak-kakak!! 🤗

Till It's Dead Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang