Let the game begin!

185 6 0
                                    

Mereka bertujuh memiliki permainan yang selalu mereka lakukan setiap tiga bulan sekali, ibarat arisan bagi ibu-ibulah, semacam wajib, mereka berkata bahwa permainan ini ritual menguji ke manly-an mereka.

Teknik permainannya cukup mudah, mereka akan menuliskan keempat nama pemain dan memasukkannya kedalam botol yang kemudian di kocok secara asal hingga keluar satu nama, dan setelah nama yang akan diuji keluar, barulah keenam orang lainnya merundingkan, ujian apa yang pas untuk orang itu dan mengapa. Setelah terkena ujian, akan ada 9 bulan masa suci, yang dimana artinya jika sudah terpilih, tidak akan terpilih lagi selama 3 ronde permainan yang akan datang.

Sebagai contoh, 3 bulan pertama Nicholas, 3 bulan berikutnya Benjamin dan 3 bulan kemudian Rudolf, maka di 3 bulan yang akan datang lagi nama Nicholas, Benjamin dan Rudolf tidak akan dimasukkan kedalam botol, menyisakan empat pemain, biar adil dan rata kata mereka.

Misalkan bulan ini Peter yang dapat ujian, 3 bulan berikutnya di permainan selanjutnya nama Benjamin, Rudolf serta Peter tidak akan ditulis, dan Nicholas kembali kedalam permainan. 9 bulan telah lewat dari masa uji, berarti mereka kembali bermain.

Jika yang diuji berhasil melewati dan menjalani misi tantangan yang diberikan, keenam pemain lainnya harus membayar fee kepada pemenang sebagai hadiah, dan masing-masing orang harus membayar 700 dollar, –setara dengan 10 juta Rupiah, sehingga pemenang mendapatkan uang tunai sebesar 4.200 ribu dollar, yang setara dengan 60 juta Rupiah.

Namun jika yang diuji kalah, ia harus rela membayar 350 dollar –setara 5 Juta, ke enam orang lainnya, jika dihitung habis biaya 30 jutaan yang dikeluarkan jika kalah. Biasalah, permainan menantang untuk orang-orang kaya.

Dan tak hanya uang, jika yang diuji kalah, ia harus rela memberikan barang berharganya kepada enam penguji, biasanya barang yang dipertaruhkan seperti mobil, motor, jam dan barang-barang bermerk lainnya. Serta penguji akan memberikan hukuman tambahan yang harus di jalani selama sebulan.

Maka dari itu para penguji akan tega memberi tantangan apapun untuk yang diuji, karena kalau yang diuji kalah mereka untung dan jika yang diuji menang, mereka yang rugi.

Keempat nama telah dimasukkan kedalam botol dan Rudolf yang bertugas mengocok dan menarik nama tumbal kali ini dari botol tersebut.

"Ya pemirsa, waktu yang kalian tunggu-tunggu telah tiba." Kata Rudolf, memulai dengan dramatis. "Ditangan saya terdapat satu nama manusia malang yang akan terkena uji coba, akankah manusia ini berhasil melewati tantangan? Atau tidak?"

Semua serentak menjawab, "Tidaaaak!"

"Saya harap juga tidak pemirsa." Lanjut Rudolf, "Baiklah untuk mempersingkat waktu, mari kita buka gulungan nama ini. Drum roll, please."

Bexto membuat gerakan seakan-akan mereka memukul drum, dibantu dengan suara yang dikeluarkan dari mulut mereka yang menyerupai suara drum. Peter dan Nathaniel mengeluarkan suara aneh, seperti hu ha hu ha, layaknya sedang ada ritual memanggil arwah. Kaigo dan Benjamin sendiri sudah melolong layaknya serigala. Mereka memang tampan, sayang sakit jiwa.

"Dan tumbal kita kali ini adalah......!" Teriak Rudolf, tidak memedulikan sekitar. Rudolf pun mencondongkan kepalanya ketengah dan membuat gerakan memanggil dengan tangannya, mengumpulkan semua kepala mereka di tengah meja, membuat lingkaran seperti berbisik-bisik, kemudian Rudolf pun membuka gulungan itu di tengah-tengah mereka agar semuanya bisa lihat. Perlahan kertas itu dibuka sampai terpampang jelas, nama Nathaniel Castien Moretto ditulis dengan indah dan rapih.

Semua pun bersorak ramai, berterimakasih kepada Tuhan dan Nathaniel. Mereka belima pun memberikan selamat kepada Nathaniel atas terpilihnya menjadi tumbal dan mendoakan yang terburuk untuknya.

"Sialan." Gerutu Nathaniel sambil senyum-senyum tidak jelas.

Rudolf yang dari tadi super excited pun berkata, "Ayo kita pilih ujian yang cocok untuk Nathan."

Mereka semua berpikir keras dan menyebutkan beberapa ide ujian yang pas untuk Nathaniel, namun terasa belum ada yang pas dan susah untuk dijalani Nathaniel.

"Oh, aku tau!" Seru Rudolf bangga.

Benjamin menoleh kearahnya, berbicara dengan nada malas, "Apalagi? Nathan harus ke kampus menggunakan dress polkadot selama 3 bulan? Idemu kadang cemerlang, namun tidak memungkinkan, Ulo."

Rudolf menggeleng, "Bukan, aku yakin kalian akan setuju dengan yang ini. Karena ini akan berdampak baik juga untuk Nathan."

Peter menaikkan alis, "Maksudmu?"

Mereka semua pun memperhatikan Rudolf dengan seksama dan mendengarkan ide briliannya itu.

CheckmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang