2. Antara aku, bunda, dan dua pemuda jangkung .

220 26 27
                                    

Adia itu jago ngeluh, banget malah. Kalau aja ada yang namanya jurusan kuliah pengeluhan, Adia gak perlu sampai bakar otak untuk jadi lulusan terbaik sepanjang sejarah perkuliahan.

Gimana ya, akan sedikit rumit untuk menjelaskan betapa jagonya Adia dalam hal ini. Begini, anggap aja ngeluh udah jadi kegiatan sehari-hari, hobi, bahkan napas di kehidupanya.

Bisa dibilang, Adia termasuk manusia yang miskin syukur, mungkin itu termasuk alasan Allah belum kasih Adia nikmat waras. Udah terjawab tentang sebab sifat absurd yang Adia punya?

Saking mendarah dagingnya, di bulan Ramadhan-pun Adia gak bisa meliburkan sifat jeleknya itu walau barang sehari aja.

Ngeluh gimana, sih?

Contoh, ngomelin matahari di jam sepuluh pagi.

"Panas banget Bambang! Minum juga nih gue ntar! Tau gak sih, tangan gue udah gatel banget buat buka kulkas."

Astagfirullah...

Bunda nyebut, otak-nya full konsentrasi buat ingat-ingat tempo dulu dia ngidam apa sampai bisa punya anak gadis yang kelakuannya seperti ini.

Adia guling-guling di lantai, sedangkan bunda lagi duduk di karpet, punggungnya nyandar ke sofa. Memang posisinya lagi di ruang keluarga. Niat awal mau nonton televisi sambil lipatin kain jemuran semalam, kini malah beralih lihatin anak gadisnya yang udah mirip cacing kepanasan, padahal tengah hari aja belum.

"Dek, mending bantuin bunda lipat kain, nih."

Bukannya ambil posisi duduk, Adia justru berguling semakin liar, bahkan kepalanya hampir menabrak kaki meja aquarium milik Seokjin.

"Bunda, Adia kan lagi puasa. Mana ada tenaga untuk lipat-lipat, duh."

Pengen marah aja kalo jadi bunda, ya. Tapi bunda ingat dia lagi puasa. Gak boleh marah, nanti aja kalo udah buka. Marahnya di tabung dulu.

Tanpa alasan yang jelas, tiba-tiba suasana hening. Yang ada cuma suara host gosip di televisi. Bunda sampai ngira kalau anak gadisnya udah tidur.

Syukurlah kalau iya, telinganya bisa istirahat dari beribu keluhan tanpa solusi milik Adia.

Tapi, entah datang dari mana. Suara Seokjin sukses buat mata Adia dan bunda kebuka selebar-lebarnya.

Gimana enggak kalo yang keluar dari mulutnya aja bunyinya begini, "Bun, Abang bawa kolak, nih!"

What?!

"Bang, ini kan masih pagi."

"Abang mah buat Adia pengen buka setengah hari." Adia udah duduk sambil pasang wajah mewek yang super jelek. Walau kata Adia itu aegyo terimut yang pernah dia buat.

Tanpa di duga-duga, sosok lain muncul dari balik bahu lebar si Abang, dia pasang wajah super bingung yang gak bisa di tutupin sama sekali.

"Bukannya sebentar lagi udah magrib ya?" Gitu katanya.

Seakan ada suara burung gagak imajiner di dalam rumah. Semuanya bungkam.

Seokjin terdiam.

Bunda terdiam.

Adia terdiam.

Tukang cilok gang komplek terdiam.

Akang galon yang hampir mampir ikut terdiam.

Taehyung-pun terdiam.

Dan pembaca terheran-heran.

Yang tersisa hanya suara televisi yang sedang menayangkan gosip banyaknya sendal hilang di masjid saat tarawih pertama, tadi malam.

Allahuakbar, Allahuakbar...

Bagai di sambar petir saat mendengar suara adzan berkumandang, semua tersadar dari hipnotis tak bertuan. Bunda lega luar biasa. Lantas lanjutkan aktifitas lipat-lipatnya yang sempat tertunda.

"Jangan bercanda deh kalian, itu aja baru adzan Dzuhur."

Seokjin dan Taehyung saling pandang. Lantas mengecek arloji masing-masing, mengerutkan jidat secara bersamaan, lalu kembali tukar pandang.

Allahuakbar, Allahuakbar...

Kali ini suaranya bukan berasal dari Muazin di masjid depan komplek. Melainkan dari televisi yang sedang bunda tonton sejak tadi.

Semuanya kembali terdiam.

Masih progress tentang kebenaran pukul berapakah saat ini.

"Bunda, jangan bilang kalau baterai jam belum diganti sejak mati kemarin?" Seokjin was-was. Pasalnya, dia udah bilang kalau jam ruang tengah kehabisan baterai, dan sempat meminta Adia untuk belikan baterai yang baru, entah udah dilaksanakan atau belum, Seokjin juga gak tau.

"Dek?"

Panggilan Seokjin gak dapat sahutan, semuanya noleh ketempat semula Adia berada. Namun, Buntelan tengil itu kini udah hilang entah kemana.

"Loh, kemana?" Taehyung yang sejak tadi diam pun ikut buka suara.

"BUNDA, ITU ADZAN MAGRIB, AYO BUKA PUASA, AYO!"

Adia muncul dari pintu rumah, ajaib memang.

Tunggu loh, tunggu!

"Kamu dari mana?!" Seokjin dibuat kepalang bingung, stres luar biasa dengan tingkah adiknya yang gak pernah terduga. Ditambah dia lagi puasa. Otaknya gak punya bahan bakar cukup untuk mikir keras.

"DARI TERAS NGE-CEK LANGIT, HADUH BUNDA ITU MOBIL AYAH UDAH DI DEPAN, BUNDA BELUM MASAK KAN?"

Kini giliran bunda yang panik luar biasa.

"Assalamualaikum, ayah pulang."

"ASTAGFIRULLAH! AYAH KENAPA UDAH PULANG, SANA BALIK LAGI, BUNDA BELUM MASAK."

Setelah teriak, bunda lari ke arah dapur, gak sempat perhatikan tangan ayah yang lagi tenteng tiga plastik makanan buka puasa.

Sedangkan Adia tiba-tiba terpekur, baru tersadar dia melewatkan solat lima waktunya. Puasa pertamanya sia-sia.



Heyho! Aku kembali dengan kekacauan bahasa yang luar bisa:((
Oiya, Selamat berbuka puasa!


[07-05-19]

Ramadhan : Avocado Next House[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang