7. Keluarga besar Merak Sakti

92 18 24
                                    

"Selamat datang PARA HADIRIN SEKALIAN! Duh, sebenarnya Adia malu. Nerpes ini, nerpesssss banget."

Adia berdiri di tengah-tengah lapangan berpayungkan langit senja bergradasi. Malam ini dia iseng, beneran cuma iseng. Iseengggg sekali emang anaknya. Sampai-sampai dia sok-sokan ngacung tangan buat jadi penyambut di acara buka puasa bersama keluarga besar Merak Sakti.

Jarinya di kruwes-kruwes sendiri sampai merah, sok malu padahal kesehariannya malu-maluin.

Senyum manisssssss sekali demi menutupi malu saat Jimin tiba-tiba nyeletuk,

"Penyakit kelamin kali, dek. Nerpes."

"HERPES, BEGO!"

"Mona, mulutnya! Duh, maafin anak saya ya buk, pak. Suka kelepasan gitu anaknya."

"Tau! Abang sendiri di katain bego."

"Emang beguuu, sih."

Saking malunya, wajah Adia sampai merah bagai tomat yang siap di panen. Gak punya pilihan lagi selain mencoba menerima dengan hati legowo bahwa ia memiliki teman yang luar biasa bobrok.

"Ekhem! Dilanjut ya bapak-ibu sekalian, beserta adik-adik yang unyu luar biasa. Gak lupa kakak-kakak dan abang-abang penuh pesona  penunjang pamor Merak Sakti. Juga kakek-nenek para Legend yang Adia hormati. Terkhusus Oma dan Opa Adia yang lagi mojok di bawah pohon kelengkeng. Tepatnya di pojok kiri belakang sana."

/yang terpaksa senyum malu akibat kelakuan cucu terluknut mereka./

"Es teh-nya jangan kebanyakan. Itu gak pakai gula jagung, nanti diabetesnya naik." Lanjutnya. Opa dan Oma cuma cengangas-cengenges sambil gelengin kepala.

"Dan untuk Pak Namjoon sebagai RT, makasih banget udah ngadain acara luar biasa ini, ter-ter-ter-MAKASIH lagi karena TIDAK DI PUNGUT BIAYA SAMA SEKALI. I LOP YU PAK!"

Di barisan kursi paling depan, Namjoon sang bapak RT sedang tertawa lebar sekali, sampai dua Kubangan di pipinya terekspos gak termaafkan. Dimple maksudnya guys. Dimple!

Bersamaan dengan itu, suara adzan magrib berkumandang. Gak pakai lama, Adia langsung membuat pengumuman.

"Dengan ini Adia nyatakan, acara berbuka bersama keluarga besar Merak Sakti, resmi DIBUKA!"

Tepuk tangan bergema bersama cekikikan, entah gemas atau apa. Yang penting ketawa, udah.

Minggu malam di isi dengan keramaian penghuni kompleks, bahkan bapak satpam-pun ikut meramaikan. Gimana enggak, wong gratis, sopo seng ora gelem.

Semua larut dalam kenikmatan yang di suguhkan oleh bapak RT tercinta.

Tau diri juga kok, selepas minum segelas air dan memakan sebiji kurma, semua berhambur mendatangi masjid komplek untuk menjalankan kewajiban secara jama'ah.

Sedangkan hidangan di jaga oleh kaum cuti puasa, seperti Adia, contohnya.

"Di jaga ya, dek. Bukan di habisin."

Taehyung meledek saat melewati meja Adia. Oh, jelas kalau Jimin gak mau ketinggalan.

"Di jaga loh, bukan di musnahin." Begitu katanya. Emang gak afdol rasanya kalau gak meledek Adia. Serasa hidup kurang berkah, gitu.

"Gak janji, wle!"

Mereka terkikik, Adia masih sibuk mengunyah udang goreng krispi yang konon katanya buatan Kak Joohyun. Primadona dari blok G. Anak gadisnya Pak Namjoon.

"Buset dah, udang goreng rasa surga ini mah."

"Eh, anjir, Ya! Adia-adia-adia! Kak Seokjin mana?!"

Yang gak di sangka-sangka, Mona datang dengan segala ke bobrokannya. Dia gebrak meja kayu itu sampai udang meloncat dari piring. Di susul suara berisik Adia yang sedang tersedak. Lengkap sudah.

"Eh Keong! Ngapain Lo nyariin Abang gue?" Adia buka suara setelah menandaskan teh es dalam satu gelas besar.

"Mau nagih hutang lah bleguk! Lipbalm Minggu kemarin belum di bayar!"

Mona ambil posisi duduk di hadapan Adia, lantas mencomot keripik pisang di toples bulat yang Adia yakini milik Tante Kim.

Untungnya, lapangan benar-benar sepi, jadi gak ada yang protes sama teriakan mereka berdua. Cuma ada dua ibu-ibu yang lagi ngemil bakwan di depan, duduk manis dibawah lampu penerang lapangan.

"Lagi dinas dia di Bandung. Besok baru pulang."

"Yaelah, bang Seokjin mah gitu, suka kabur-kaburan."

"Berapa sih? Sini gue bayarin dulu."

Bukannya apa-apa, nih. Tapi Lipbalm itu sebenarnya sering Adia pakai juga. Berdua gitu sama abangnya.

Abang-adek goals gak sih?

Goals yang menipu mata masyarakat, sejujurnya.

Dalamnya bobrok luar biasa. Tentunya kita semua masih ingat insiden Seokjin yang menendang Adia untuk bangun sahur, kemarin lusa.

Mona berbinar, teman-teman. Dia gak akan se-memaksa ini semisal besok gak ada tuntutan buat isi bensin motor demi berangkat kerja. Sedangkan masalah terbesarnya adalah berhentinya aliran money dari orang tua.

Sepele tapi fatal, Mona pulang kemalaman saat bukber SMP kemarin malam.

Apalagi Mona belum gajian. Sedangkan mengharapkan Jimin bagai menunggu kecoak melahirkan anoa.

"Lima puluh tujuh, Ya."

Maka dengan santainya Adia merogoh saku dan menyodorkan lembaran hijau ke hadapan Mona. "Nyicil, Mon. Gue miskin."

Begitu katanya.

Lanjut mengunyah udang krispinya tanpa memandang wajah Mona yang menahan geram luar biasa.

"Gak usah banyak gaya di awal, Nyet! Bikin gue ngarep aja lo!"

Senja itu, Meja penuh makanan hampir terbalik karena Mona menoyor kuat kepala sahabatnya.




Hehehe
Aku tau ini gak jelas:v


[12-05-19]

Ramadhan : Avocado Next House[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang