Sepeda di kayuh dengan pelan, sedangkan yang di boncengan sibuk menerangi jalan dengan modal senter smartphone. Karna hari ini ada pemadaman listrik, lingkungan komplek seakan rata tertutup arang. Gelap.
"Jadi, Lo ketiduran sampai ashar, dan ngira itu masih pagi?"
Mereka baru pulang tarawih. Nekat kabur sebab gak mau ikut tadarusan muda-mudi komplek.
Sebenarnya cuma Adia, tapi ia merengek minta Mona untuk antarkan dia pulang, sebab Seokjin hilang entah kemana bareng geng-nya. Bunda juga udah pulang duluan sama ayah. Sedangkan Adia takut gelap, buat Mona gak punya pilihan selain ikut bolos tadarus.
Hm, Setia sekali.
Satu-satunya tempat terang di lingkungan itu ya cuma masjid karna pakai mesin tenaga listrik cadangan. Sedangkan yang lainnya tanpa penerangan kecuali dari bintang-bintang dan bulan.
"Iya, jangan tanya kenapa gue sama bunda bisa tidur super lama. Kita berdua habis bongkar semua kamar untuk di cuci seprainya. Bahkan selimut paling tebal punya bang Seokjin juga. Belum lagi ngepel rumah karna menurut bunda, ramadhan itu bulan yang suci, rumah juga mesti di suciin."
Mona mendengus, "Ya kenapa gak dari sebelum puasa beresin rumahnya?"
"Biasa, males"
"Ya salah elu."
"Yaudah, sih. Terlanjur."
Perjalanan berlanjut tanpa adanya perdebatan yang mengudara. Berkat perjuangan Mona yang luar biasa, roda sepeda mampu antarkan mereka sampai depan rumah Adia dengan mulus dan selamat sentosa.
"Buruan turun, gue mau langsung pulang, gak usah repot-repot suruh mampir."
Adia putar bola mata jengah, pede sekali temannya satu ini. Ya, gak bisa ngomel juga sih, masih sadar diri kok. Dia gak ada bedanya. HehEHE.
"Titip salam sama bang Jimin."
"Di... Lo gak naksir Abang gue kan?"
Mona yang awalnya mau langsung tancap pedal malah ngerem mendadak. "Jangan ya, gue gak mau punya kakak ipar sakit jiwa kaya lu.""Setan!"
Adia udah nyulap sandal jadi rudal dadakan, tapi Mona lebih cepat ambil tindakan, dia melesat bagai ayam turbo yang sedang kepedasan. "BILANGIN KE ABANG LO, KALO PUASA JANGAN BU-DI!"
Mona udah jauh, tapi Adia yakin Mona masih bisa dengar teriakanya barusan, kecuali temannya itu mendadak tuli.
Sebenarnya, itu ledekan dari tahun lalu, sih. Jimin ketahuan buka diam-diam dan akhirnya sampai sekarang Adia gak pernah lupa untuk ngeledek tetangga jarak lima rumah-nya itu.
Ya, namanya juga manusia. Selalu ingat kesalahan orang lain. Eh, kesalahan sendiri suka lupa. Manusiawi, sih. Tapi jangan kebangetan juga DONG!
Pasang sandal lagi, rapihin muka, dan berdehem elegan, Adia udah niat buka pagar kayu rumahnya yang setinggi pinggang kalau aja pohon alpukat yang letaknya di perbatasan antara rumahnya dan rumah Taehyung gak bergoyang mencurigakan.
Pikirannya udah kemana-mana, belum sempat otaknya temukan jawaban, tangannya bergerak duluan buat arahin senter hp yang terangnya bagai ekor kunang-kunang.
Gak puas dengan hasil yang di dapat, Adia maju untuk memperjelas pandangan. Adia gak takut setan, teman-teman. Adia cuma takut kalau itu maling yang mau nerobos kamarnya, kalau ke kamar Taehyung sih Adia gak peduli. Ssssttt, jangan bilang-bilang orangnya.
"Siapa WOI? Maling ya? Kalau mau maling bilang-bilang dong." Gitu teriaknya.
Adia yakin kalau dia udah teriak sekuat mungkin, terlebih lagi tadi dia juga udah buat keributan sama Mona, lah masa iya ayah bundanya gak dengar?
Suasana rumah remang-remang kalau dilihat dari luar, Adia mulai parno berlebihan, kepalanya mengulang memori film kriminal yang kemarin dia tonton sendirian di kamar. Terbayang korban penculikan yang diikat di kursi dengan mulut dilakban. Pingsan dan berdarah-darah. Adia panik, teman-teman. PanIK! PANIK!
Akhirnya langsung buka pagar, lari sekencang yang dia bisa, tangannya sempat menggamit gagang cangkul bekas bunda berkebun kemarin lusa, dan saat tiba di bawah pohon alpukat yang lumayan menjulang dan rindang, baru aja akan melayangkan teriakan, tiba-tiba aja halaman samping yang gak seberapa lebar itu terang-benderang. Pemadaman telah usai.
Matanya bertemu tatap dengan terduga penculik yang dia incar. Sempat terkejut beberapa detik sebelum akhirnya berteriak begitu murka.
"JUNGKOOK, LO NGAPAIN DISANA, HAH?! MAU BUAT GUE JANTUNGAN?!"
Sial betul. Sial beribu sial pokoknya!
"Ya... Gue cuma ambil alpukat Lo satu, sumpah cuma satu."
Peduli setan, Jungkook.
Adia menengadah ke atas, tepat ke arah Jungkook yang tengah duduk tampan di atas cabang besar yang biasa Adia lewati untuk menyebrang ke kamar Taehyung, di tangannya terdapat alpukat yang tinggal setengah. Bijinya udah hilang, dan Adia baru sadar biji itu kini ada tepat di sebelah kanan kakinya.
"Tu-run, se-ka-rang, ju-ga." Gak teriak, tapi sensasinya lebih seram. suara datar penuh penekanan di setiap suku kata dengan tatapan maut milik Adia itu mampu buat Jungkook merinding sebadan.
"Oh, gak mau turun?" Maka Adia melepas gagang cangkul yang tadi sempat diambilnya, lalu memungut biji alpukat yang baru aja Jungkook buang, lantas membidikannya tepat ke arah hidung pemuda tersebut. Sontak aja Jungkook bergegas lompat turun dan berlari ke halaman depan.
"Tenang, Ya. Adia... Sayang, aku pacar kamu loh, nanti kalo hidung aku bengkok gimana? Adia, Yaya, Honey, Sweety, sadar sayang."
Telinga Adia gatal dengar semua panggilan gula itu, maka ia menggaruk daun telinganya sendiri sambil mendengus. Jengkel sekali karena gak berhasil marah ke pacarnya itu.
Yap! Adia punya pacar, teman-teman. HaHaHa, jangan terkejut gitu, dong. Gak perlu sampai segitunya, terima kenyataannya dengan lapang dada. karna Adia gak se-jo-nes kamu.
/Sengaja di Bold biar berasa./
"Nah, gitu dong. Sini peluk dulu, kangen kan? Udah seminggu loh kita gak ketemu."
"Gak muhrim."
Jungkook tertohoq teman-teman. Yang tadinya ngira bakal di peluk habis-habisan, bahkan sempat berhayal gak akan di bolehin pulang. Tapi malah penolakan yang dia dapat. Sekarang, Jungkook harus apa?
Hm.
Harus sab(d)ar. Sekarang bulan puasa:)
Dan Jungkook harus benar-benar pasrah saat Adia melengos masuk rumah tanpa menganggapnya ada.
Heyho! Terawihnya lancar?
Kalau kamu ngantuk, tenang aja.
KITA SAMA, HehEHE.
Sampai jumpa besok!
[08-05-19]
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan : Avocado Next House[✓]
Teen FictionPerjuangan Taehyung di bulan Ramadhan, bersama Adia si pecinta alpukat. [06Mei-03Juni '19]