Taehyung cuma berharap satu, tetangganya gak buat rusuh di hari pertama puasa. Karna puasa butuh kesabaran, dan Taehyung gak mau kehilangan sabar cuma karna Adia. Anak yang baru lulus SMA.
Tapi, kok...
"Dek, pentungannya kebalik, Ogeb kok kebangetan, ya."
Taehyung istighfar gak habis-habis. Semisal tangan gak lagi pegang obor, mungkin kepala Adia udah benjol kena toyor.
"Eh, benernya gimana bang?"
"Yang kecil itu untuk mukul, dek. Yang besar baru deh dipukul."
"Lah iya, pantes bunyi-nya gak mantep dari tadi. Maklum, anak ekonomi mana ngerti hal ginian."
Mau anak ekonomi, anak teknik,atau anak presiden pun, harusnya ya—— sekali lagi——harusnya ya ngerti kalo cuma soal hal pukul-memukul, gak perlu sekolah bidang keposrondaan dulu buat bisa bunyikan pentungan kayu yang tengahnya di bolongin dan di pukul pakai kayu yang lebih kecil.
"Gak ngerti tapi sok-sokan ikut ronda, situ sehat?"
"Ehe, santai dong bang, apa salahnya mencoba?"
Emang pada dasarnya Adia itu bebal, tengil, cerewet, gak bisa diam. Pokoknya, semua hal yang memalukan itu ada di Adia.
Taehyung juga gak ngerti kenapa bisa di kasih tetangga yang modelnya begitu, yang berani bergelantungan menyebrangi cabang pohon alpukat untuk sampai ke kamarnya. Yang seenak jempolnya ngetuk kaca balkon kamar Taehyung pakai kaki. Dan seakan gak punya dosa padahal habis ngelap upil di seprai kasurnya.
Taehyung beneran gak ngerti.
Serius.
"SAOORRR, SAOORR!" Duk! Duk! Duk!
Terkejut bukan main, hampir aja obor di tangan kanan Taehyung saling sapa dengan tanah."BANGON BUK, SAOOR! LIMA MENIT LAGI IMSAK!" Adia lanjut teriak. Pendustaan di awal Ramadhan, masih ada waktu satu jam lagi menuju imsak, lagi-lagi Taehyung cuma bisa istighfar.
Sebenarnya ya, yang jaga ronda hari ini ada empat pemuda, cuma pemuda. Karna sejatinya, dan se-normalnya peraturan komplek Merak Sakti, jadwal ronda pemudi itu gak ada, teman-teman.
Sejarahnya Adia bisa pegang pentungan di jam tiga pagi adalah, saat Yoongi, Seokjin——Abang Adia—— Taehyung dan Jimin lagi asik beli camilan untuk persiapan tempur, Adia muncul sambil bawa jaket untuk abangnya. Cerita-cerita, cengangas-cengenges, dan berujung gak mau pulang. Seokjin sih pasrah, tau sekali adeknya gak kenal peraturan.
"Bang, teriak juga dong---SAOR BUK, PAK. BANGUN BANGUN, MASAK NASI MASAK SAYUR,JANGAN LUPA MINUM ENERG*N BIAR KUAT PUASA LANCAR JAYA, SEMANGAT LUAR BIASA!"
"WOI, DEK! LO RONDA ATAU KAMPANYE?" Jimin teriak dari ujung gang komplek. Sambil ngayuh sepeda merah muda yang Taehyung duga milik Mona——adik Jimin——.
"KAGALAH, NGAPAIN! GUE AJA GOLPUT."
"Dek, ayo pulang. Bunda udah nelpon." Seokjin datang dari arah barat, doi dan Yoongi kebagian keliling di blok F sampai H. Tapi Yoongi pulang duluan, karna rumahnya pas banget di perbatasan kedua blok.
"Emang warga komplek udah bangun semua bang?"
Tengil-tengil gitu Adia juga masih mikir, semisal orang-orang belum pada bangun dan dia balik kerumah, nasib puasa mereka gimana?
Menurutnya, nasib kelancaran puasa pertama warga komplek Merak Sakti itu ada di tangannya. Ceileh.
"Dek, ronda juga formalitas doang, jaman sekarang udah ada yang namanya alarm digital."
"LAH DARI TADI GUE TERIAK-TERIAK BUAT APA DONG, YAELAH."
Ternyata, bukan cuma Adia yang kesal, Jimin juga. Doi banting sepeda. Lupa aja kalo itu sepeda bukan punya dia.
"GUNA GUE KETOK PINTU RUMAH ORANG SATU-SATU BUAT APA?"
"LAH BANG, RAJIN JUGA ADA BATASNYA. ITU SIH LO YANG KEBEGOAN!"
Jimin pundung duluan, mau protes tapi handphonenya keburu bunyi, dan saat ia menjawab telepon. Taehyung, Seokjin dan Adia gak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu. Mereka ambil langkah menuju rumah masing-masing. Yang kebetulan bersebelahan.
"Mama Lo udah pulang, Tae?"
"LOH? EMANG TANTE KIM KEMANA?"
Gimana ya, Adia itu mulut toa. Udah dibilang semua hal memalukan itu ada di dia. Harus teriak buat nanya gitu doang, maksudnya apa?
"Kaget gue bang, Ehe." Untungnya peka-an, di kasih tatapan maut sama Seokjin udah cukup buat dia sadar.
"Belum. Nenek gue sakit bang, jadi mama nginep."
"Yaudah sahur di rumah gue aja."
Adia nyeletuk, "Anjir-anjir-anjir."
"Apalagi sih dek?"
Lama-lama kesal juga. Seokjin sampai berantakin rambut Adia yang ketutup sarung. Gemes iya. Pengen noyor juga iya.
"Gue lupa bilang ke bunda buat masak sarden bang. Aduh, gimana dong? Padahal pengen banget."
Yang biasanya setiap puasa sahur pakai telor ceplok plus mie goreng, sekarang mau ada kemajuan, mintanya sarden. Kemajuan atau kemunduran, ya? Dua-duanya kurang sehat.
Tapi, mari ingat. Adia itu bebal.
Tanpa mereka sadari, jawaban Adia buat Taehyung lega luar biasa, dia sempat kira kalau umpatan Adia ditujukan ke dirinya. Semisal memang iya. Taehyung udah susun rencana untuk sahur pakai telur dadar doang.
"Udah dimasakin sama bunda."
"Kok bisa?"
"Abang yang bilang."
"Wih. Oiya, susu Milo udah dibeli bang?"
"Udah, yang 800gr. Biar awet."
"Film horror untuk maraton, udah di download?"
"Udah."
"WiFi rumah udah nyala?"
"Udah."
"Alhamdulillah."
"Kenapa?"
"Puasa hari pertama, bisa mageran dengan fasilitas lengkap."
Dua pemuda disana, sukses istighfar seratus kali. Alhamdulillah, berkah di awal Ramadhan.
Hi! Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Semangat dihari pertama! Ehe.
Salam kenal.
[Senin,06-05-19]
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan : Avocado Next House[✓]
Teen FictionPerjuangan Taehyung di bulan Ramadhan, bersama Adia si pecinta alpukat. [06Mei-03Juni '19]