"Eh teh pendek, ups maksudnya teteh tinggi," gurau nya.
"Mau Lo apa ha? Udah dua kali lu menghina gua di depan umum," cetus Kiara.
Kali ini Kiara sudah kesal, kepalanya terasa ditusuk-tusuk lagi dan lagi tuh bocah mengejeknya di depan umum.
"Wih, jangan ngegas juga dong kalem mbaknya," ucapnya.
"Sumpah nih bocah udah bikin darah tinggi gua," batin Kiara
"Yaudah lu mau apa ha? sekali lagi lu mengejek gua, gua laporin lu ke Komnas HAM atas pelecehan terhadap seseorang," gerutu Kiara.
"Udah Ra, kan gua udah bilang jangan ladenin," pinta Tiara berusaha membujuk Kiara untuk berhenti jangan diladeni lagi.
"Awas Loh," ketusnya dengan tatapan tajam.
Kiara dan Tiara pun langsung pergi dari situ dan menghampiri kedai mie ayam. Kia pun duduk dan membiarkan Tiara memesankan makanannya.
"Lang lu kenapa suka banget sih ladenin teteh itu?" Tanya Ferdi
"Ya karna gua suka," jawabnya dengan memandang kepergiannya Kiara
"Aneh lu ya, lu gak takut emang dilaporin nanti?" Tanya Ferdi yang sudah tidak tau lagi dengan sikap temannya itu.
"Gak lah ngapain juga gua takut," jawab galang lalu ia meninggalkan temennya yang sedang sibuk makan.
"Lang, mau kemana ?" tanya Ferdi
"Mau ke kelas," jawab galang
"Makanan lu masih utuh nih," lanjut ferdi lalu mengangkat mangkuk makanan Galang.
"Udah buat lu aja, udah ah gua mau ke kelas bye," jawabnya sambil melambaikan tangannya.
"Sial! Kan Galang belum bayar nih makanan, kalau gua yang makan berarti gua juga yang bayar" ketus Ferdi.
*Tringgggg
bel sekolah pun berbunyi menandakan pembelajaran telah selesai, semua murid pun merapihkan peralatan sekolahnya dan memberi salam kepada guru.
"Anak-anak cukup sampai disini aja kita belajar ibu ucapkan terima kasih," ucap Bu Dewi lalu meninggalkan kelas satu per satu semua pada meninggalkan kelas.
"Guys gua balik ya," ujar ketua kelasnya kiara.
"Kiara gua duluan," ujar teman kelasnya kiara.
"Iya wa, hati-hati" ya begitulah meskipun kelas yang dikatakan Kiara itu penjara tapi setidaknya ada polisi yang baik eh maksudnya temannya yang masih menghargai Kiara dan menganggap Kiara ada.
"Aduh," lirihnya sambil merapihkan buku-bukunya yang terjatuh karena tertabrak orang.
"Sini gua bantuin," pintanya sambil mengulurkan tangannya.
Kiara pun menerima pintanya dengan refleks tapi tiba-tiba
"Lo lagi lo lagi, kenapa sih gua harus ketemu lu mulu, gak puas lu mengejek gua hah? Terus lu segala nolongin gua mau lu apa sih" cetusnya.
"Masih mending lu gua tolongin, makanya kalau jalan hati-hati mbaknya. Bukannya terimakasih dasar manusia gak tau balas Budi," ucap Galang lalu pergi dan meninggalkannya sendiri.
"Eh tunggu-tunggu," ucap Kiara. Galang pun terhenti langkahnya dan membalikkan badannya.
"Kenapa, kalau gak penting gua jalan nih," cetus galang
"Gua mau ucapin terima kasih," ucap Kiara
Tanpa menjawab Galang langsung pergi dan meninggalkannya.
*Dritt* sesuatu ada yang bunyi di dalam ransel Kiara, ia pun segera mengangkat telpon itu."Hallo nak, kamu dimana mamah udah di gerbang nih," ucap mamahnya dalam telpon.
"Iya mah bentar tunggu dulu ini Kiara otw," sahutnya lalu mematikan ponselnya dan menghampiri mamahnya yang kini sudah menunggu Kiara.
"Maaf mah jadi lama nunggu, tadi. Kia lgi ke toilet dulu," ucap Kiara dengan bohong
"Yaudah iya mamah maafkan," ucap Renata.
Mereka pun langsung memasuki mobil dan pulang. Hari ini Kiara tidak membawa motor nya ke sekolah tadi pagi dia terburu-buru dan menyuruh pak Slamet untuk mengantarnya ke sekolah.
****
Terimakasih banyak buat kalian yang udah baca🙏🙏🙏
Dan maaf kalau masih ada yang alur yang kurang dimengerti 🙏🙏🙏Terus next part nya ya dan bantu saya untuk selesaikan cerita ini dengan sempurna
Jangan lupa vote and comment karna itu bikin aku senang dan kalian dapat pahala udh bikin senang aku, terus bikin aku semangat untuk selesaiin cerita ini.
@r.rhma02
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soulmate's Alien
TienerfictieGalang Saputra, manusia yang kerap ku sapa dengan nama alien. Bagi ku dia adalah makhluk alien yang super duper nyebelin, tapi mampu membuat ku jatuh cinta. Pertemuan kami di awali pada Masa Orientasi Sekolah, dialah peserta didik yang berani mengh...