Chapter 1

7 3 3
                                    

          Ruby Aerylin Jazeera? Oh dia? Kenallah! Siapa sih yang nggak kenal sama 'Ratunya SMA Atlantic' itu? Bahkan, tidak sedikit anak-anak dari sekolah lain yang mengenalnya.

"Kemarin, gue ngeliat Ruby jalan sama Wildan di PIM!! SUMPAH MEREKA KECE PARAHH!!" celetuk siswi dengan badge name 'Mawar Sharon' di dada kanannya.

"Seriusan lo?! Anjir itu anak, ya! Minggu lalu, gue mergokin dia jalan sama Galen!!" seru gadis berambut hitam legam itu. Yorikho namanya.

       Celetukan keduanya dijawab gelengan kepala oleh 'Tiara Kusuma', gadis yang cukup dekat dengan Ruby ini menanggapi cerita kedua temannya dengan raut biasa saja. Toh, Ruby memang begitu, 'kan? Apa yang harus dipermasalahkan?

"Kalian kayak baru kenal Ruby, aja. Dia 'kan emang gitu,"

       Sharon mengangguk-angguk sambil menggigit ujung pulpen berwarna biru dengan hiasan cermin itu, "Iya juga, sih. Tapi 'kan, lo tahu sendiri, topik 'Ruby jalan sama cowok' itu terlalu seru untuk dihindari,"

"Terlalu seru untuk dihindari, atau lo-nya yang doyan gosip?" pancing Tiara.

             Sharon hanya cengengesan dibuatnya, skakmat dah, batinnya.

"Gue bukannya doyan, Ra. Tapi, kalo gue denger dikit aja berita hot, ini mulut tuh lemes gitu, pengen cerita ke orang-orang. Lagian itu alamiah kali, 'kan setiap manusia punya jiwa ke-kepoan yang tinggi," elak Sharon. Ia berusaha mempertahankan dirinya yang sudah terlanjur tercap 'biang gosip' se-angkatan, dengan memperpanjang kata 'dikiiiiiiiiit' yang ia ucapkan.

             Tiara hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar pembelaan yang dikeluarkan oleh Sharon.

"Gue cuman ngikut-ngikut aja kok, Ra," jawab Yorikho sambil cengengesan.

🎬

                 Ruby itu sempurna. Semua orang juga tahu itu. Dia cantik, pintar, berbakat, dan lahir dari keluarga yang cukup terpandang. Hanya satu yang minus yaitu, sikapnya. Sepertinya sudah hal lumrah, jika orang yang terlajur lahir dalam keadaan yang 'baik-baik saja' pasti memiliki sifat sedikit sombong. Sama seperti Ruby.

                 Karena  semuanya terasa begitu mudah, Ruby seringkali merendahkan orang lain. Tidak peduli itu orang tua, teman, guru, bahkan presiden sekalipun. Kalau orang itu tidak selevel dengan Ruby, maka berarti ia bebas menindas orang itu. That's the rules.

                Dan pagi ini, sebuah berita menghebohkan masuk ke dalam indera pendengaran seorang Ruby. Katanya, bakalan ada siswa pindahan. Ruby sebenarnya tidak masalah dengan topik itu, asal kehadiran siswa baru itu tidak menggeser posisinya sebagai 'hot topic'. Tapi, karena kepindahan siswa baru itu mendepak Ruby dari posisi tersebut, maka mau tidak mau, Ruby harus bertindak.

1. Cari tahu dia siapa.
2. Main cantik dalam menindas.
3. Depak dari sekolah.

                  Itu adalah jurus jitu yang sudah beberapa kali Ruby pakai, dan bersyukurnya jurus-jurus tersebut selalu berhasil. Tidak ada yang gagal. Oh jelas, Ruby gituloh. Siapa sih yang bisa mengalahkannya?

"Sha, lo tahu nggak siapa murid pindahan itu?" tanya Ruby langsung saat ia baru saja memasuki ruang kelas. Tidak ada ucapan salam atau sapaan hangat. Ciri khas Ruby sekali.

"Elo tuh ya, nggak sopan banget! Baru dateng mah ngasi salam dulu, ini malah main nanya-nanya, aja. Ruby-Ruby, udah berapa kali, sih, gue negur lo?" Ruby memutar bola matanya malas mendegar 'siraman rohani' dari Tiara.

LEONARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang